Oleh : KH Ma'ruf Amin
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ''Telah bersabda Rasulullah SAW, setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan ada pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji, jangan berteriak-teriak (pertengkaran), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan, 'Sesungguhnya saya sedang puasa.' Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi.
<>Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, apabila ia berbuka ia gembira dengan bukanya, dan apabila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira karena puasanya.'' ( HR Al-Bukhary dan Muslim) Dalam kaitan ini Rasulullah SAW dengan tegas bersabda, ''Kam min shaimin laisa lahu min shiyamihi illalju'i wal 'athasyi, berapa banyak dari mereka yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa, kecuali rasa lapar dan haus.''
Agar ibadah puasa yang kita laksanakan selama bulan suci Ramadlan ini, dapat diterima oleh Allah SWT, hendaknya ibadah puasa tersebut memenuhi syarat-syarat sahnya puasa. Yang lebih penting lagi adalah niat. Niat harus benar-benar ikhlas, semata-mata karena Allah SWT kemudian tidak disertai dengan perilaku yang membatalkan puasa.
Lafal niat ini sangat penting diucapkan oleh seseorang yang akan melaksanakan ibadah puasa. Oleh karena itu, ada baiknya jika setiap malam seusai shalat tarawih berjamaah secara bersama-sama melafalkan niat puasa semata-mata karena Allah SWT.
Rasulullah SAW memberi bimbingan bahwa Allah Maha Pencemburu (ghayyur) jika seorang hamba berniat puasa bukan karena Allah, tapi karena niat yang lainnya.
Tindakan dan perilaku yang dapat membatalkan puasa, antara lain, berbohong, menipu, mengadu domba, ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), ataupun menyaksikan sesuatu dengan pandangan yang penuh syahwat. Walaupun secara hukum ibadah puasanya benar, namun jika perilaku-perilaku tersebut di atas dilakukan, maka bisa jadi pahala puasanya batal. Termasuk di dalamnya menyaksikan tayangan ghibah di layar kaca selama Ramadhan, dapat membatalkan pahala puasa.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, ''Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda, barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat (untuk menerima) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya.'' Maksudnya Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya.
Marilah kita jaga dan pelihara pahala ibadah shaum dan puasa dari hal-hal yang membatalkannya. Jangan sampai seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, kita tidak mendapatkan apa-apa dari amal ibadah puasa kita kecuali rasa lapar dan haus.
* Rais Syuriah PBNU
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
4
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
5
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
6
Khutbah Jumat: Jagalah Alam, Jangan Malah Merusaknya
Terkini
Lihat Semua