Opini

Puasa dan Pendidikan Karakter

NU Online  ·  Selasa, 7 Agustus 2012 | 01:27 WIB

Oleh Susheri

 

Tidak terasa, sudah dua pertiga yang pertama kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1433 H. Masih ada waktu sepertiga yang terakhir lagi yang tersisa di bulan Ramadhan ini. Waktu yang tersisa ini hendaknya kita maksimalkan untuk beribadah, supaya kita memperoleh berkah, rahmah, dan juga maghfirah.<>

Bulan Ramadhan merupakan bulan teristimewa dibanding bulan-bulan yang lainnya. Di bulan Ramadhan banyak keistimewaan yang tidak ditemukan di bulan yang lain. Misalnya; tidurnya orang yang sedang berpuasa dihitung pahala, nafasnya orang berpuasa merupakan dzikir, semua amalan ibadah pahalanya dilipat gandakan oleh Allah swt, kemulian malam lailaitul qadar dan masih banya keistimewaan yang lain. 

Di bulan Ramadhan banyak sekali ibadah yang kita lakukan mulai habis sahur hingga akan sahur lagi. Rangkaian ibadah seperti puasa, tadarus, shalat dhuha, shalat tarawih, shalat witir shalat tahajjud dan yang lainnya apabila dilaksanakan dengan ikhlas dan khusu’ maka kita akan memperoleh keutamaan di bulan yang suci ini. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Baqarah 183, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa”. Tidak lain, keutamaan yang akan kita peroleh adalah ketaqwaan. 

Kadar ketaqwaan inilah yang akan menentukan pola hidup seseorang. Sebagaimana diketahui, bahwa bertaqwa berarti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Artinya, orang yang bertaqwa memiliki ahlak yang mulia, karena ia terjaga dari perbuatan yang tak berguna/bermanfaat. Orang yang berqwa tidak akan melanggar aturan yang ditetapkan oleh agama dan pemerintahan (ulil amri). Dengan kata lain orang yang bertaqwa tidak mungkin melakukan perbuatan-perbuatan tercela (ahlak mazmumah), seperti dzalim, hasad, memfitnah, takabur, ujub, dan lain-lain. 

Dalam bulan Ramadhan, puasa juga merupakan pelatihan yang luar biasa. Puasa yang berarti menahan, (menahan lapar, dahaga, dan nafsu) mulai dari sahur hingga datang waktu berbuka. Puasa bisa melatih kondisi fisik, mental dan sepiritual seseorang yang menjalankannya. Tentu bila seseorang menjalankan puasa secara totalitas. Artinya, puasa dijalankan dengan rasa ikhlas dan sabar. Fisik seseorang yang berpuasa akan menjadi lebih baik/stabil/sehat karena system pencernaannya sudah diistirahatkan selama menjalankan puasa. Ibarat mesin, sistem pencernaan adalah mesin yang bekerja secara terus menerus. Namun, di bulan Ramadhan lewat ibadah berpuasa system pencernaan dapat diistirahatkan. Sehingga setelah berpuasa selama satu bulan, system pencernaan kita akan kembali menjadi lebih fresh lagi. 

Begitu pula dengan kondisi mental kita. Selama berpuasa kita dilatih untuk menahan hawa nafsu. Artinya kita berlatih untuk mengendalikan emosi kita. Misalnya di bulan selain puasa yang biasanya suka marah, dalam bulan puasa ini kita berlatih untuk tidak marah. Bagi yang biasa menuruti hawa nafsunya (makan, birahi, jajan dll), di bulan puasa ini berlatih mengontrol hawa nafsu itu. Dalam hal ini, bila kita bersungguh-sungguh menjalankannya maka setelah selesai puasa sebulan kondisi emosional kita akan stabil dan terkontrol. 

Di samping kondisi fisik dan mental, kondisi spiritual juga dilatih dalam bulan puasa ini. Bila di bulan selain bulan puasa kita kurang bersemangat dalam menjalankan ibadah, maka dibulan puasa ini kita menjadi lebih semangat menjalankan ibadah, karena pahalanya dilipatgandakan. Mungkin ibadah seperti shalat dhuha, shalat tahajjud, tadarus kurang (jarang) kita lakukan, maka di bulan puasa ini kita lakukan secara maksimal. Bahkan shalat tarawih yang hanya ada di bulan puasa menjadi sebuah kebutuhan yang sulit untuk ditinggalkan, karena memang momentum itu datangnya satu kali dalam setahun. 

Nah, bila kita menjalankan ibadah secara ikhlas dan istiqamah di bulan puasa ini, maka setelah satu bulan penuh kondisi spiritual kita akan meningkat. Rasa keimanan kita akan semakin meningkat pula. Bahkan, dosa-dosa kita yang telah lalu akan diampuni oleh Allah swt. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, “dari Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim).        

Pendidikan Karakter

Momentum di bulan puasa ini juga merupakan waktu yang baik untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada putra-putri kita (siswa, santri, mahasiswa dll). Sebab di bulan puasa ini mereka mendapatkan teladan yang nyata untuk ditiru dan dipraktikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Perlu dipahami bahwa aplikasi daripada pendidikan karakter butuh sekali yang namanya lingkungan pendukung, yakni keluarga dan masyarakat, dan di bulan puasa ini semua orang (Muslim) mempraktikan hal itu secara kolektif. 

Sebagai contoh, misalnya anak di lingkungan keluarga diajak/dilatih untuk berpuasa bersama keluarga. Di samping itu, perilaku baik, perkataan sopan, rasa tanggung jawab, jujur, disiplin akan ditampilkan saat berpuasa. Mengingat berpuasa adalah menahan dan menjaga hal-hal yang dapat merusak pahala puasa, yaitu dengan melakukan perbuatan, perkataan dan perilaku yang tidak baik, seperti, berbohong, marah tanpa alasan, dan lain sebagainya. Bila hal ini diterapkan di bulan puasa, maka efektivitas dan efesiensi pengajaran pendidikan karakter  akan lebih maksimal.    

Bulan puasa bisa dikatakan semacam kursus kilat/pelatihan dasar/kawah candradimuka bagi seorang yang menjalankannya. Pada saat-saat puasa inilah nilai-nilai karakter yang baik yang meliputi rasa tanggung jawab, disiplin, jujur, peduli sesama, ketuhanan, pribadi yang mulia, sosial dan lain-lain bisa dengan mudah diajarkan sekaligus dipraktikan kepada putra-putri kita. Sebagai orang tua, selain mengajarkan juga memberikan contoh nilai-nilai karakter yang baik. Di bulan puasa ini pulalah, seseorang yang menjalankanya bisa mengamalkan nilai-nilai karakter yang luhur tersebut, sebab subtansi dari puasa sendiri pada dasarnya adalah nilai-nilai karakter itu sendiri. 

Di bulan puasa yang penuh dengan berkah dan kemulian ini, harapannya pendidikan karakter bisa diaplikasikan dan diajarkan dengan baik bagi yang menjalankannya, mulai dari orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, kiai pada santrinya, dosen pada mahasiswanya dan lain sebagainya. Sebab, esensi dari puasa sendiri itu memuat nilai-nilai karakter. Sehingga nilai-nilai karakter yang baik ini benar-benar dapat melekat di jiwa tak hanya di bulan puasa saja, namun untuk sampai akhir hayatnya. Amien.


* pengurus pesantren Daarun Najaah ‘Ala, Kasubid pendidikan