Oleh: KH A. Hasyim Muzadi
Puasa Ramadhan sebenarnya tidak hanya bermakna secara individual, justru tekanan terhadap makna sosialnya lebih didominankan. Karena itu, banyak anjuran bagi mereka yang berpuasa untuk melakukan banyak kebajikan yang begitu dibutuhkan dalam masyarakat. Karena Indonesia dikenal sebagai negara yang sukses melakukan toleransi antara umat beragama, belakangan –terutama sejak reformasi– masalah kerukunan antarumat beragama ini terusik.
<>Saya tidak akan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan akidah atau keyakinan karena sudah jelas itu urusan masing-masing pemeluk agama. Yang ingin kita kembangkan ke depan, bahwa sekarang ini kita tak terhindarkan hidup dalam masyarakat pluralis atau majemuk dengan berbagai keyakinan agama. Karena itu, berbuat kebajikan atau amal sosial antara umat beragama tampaknya menjadi hal yang perlu diperluas dan diintensifkan.
Pertama, karena kondisi negara kita dewasa ini masih terpuruk dan terus terbelit krisis ekonomi, sehingga pemecahannya memerlukan kerja sama dan koordinasi antara sesama anak bangsa, antarpemeluk umat beragama.
Kedua, ada potensi yang bisa digerakkan antar umat beragama dalam rangka untuk membuat kebajikan sosial bersama- sama, misalnya untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Jadi, pluralisme di sini tidak ada kaitannya dengan masalah akidah atau keyakinan, tetapi lebih pada aspek sosial atau muamalah. Dalam konteks kebangsaan dan kemasyarakatan, di mana kita tak bisa terhindarkan dengan kondisi sosial yang majemuk, maka umat Islam sebenarnya tak perlu kiranya membesar-besarkan adanya perbedaan.
Yang harus kita cari dan kita dorong sekarang ini adalah bagaimana mencari kesamaan visi dan misi terutama soal kerja sosial dan kemanusiaan. Yang jelas, Alquran juga memberi penegasan bahwa segala perbuatan amal saleh manusia tetap akan mendapat balasan dari Allah. Mengenai keyakinan kepercayaannya, Allah sendiri yang akan memutuskan.
Banyak hal yang bisa diperbuat di negeri ini dengan mengembangkan kerja sama dan koordinasi untuk penegakan amal sosial dan proyekproyek kemanusiaan. Proses pemberdayaan masyarakat yang nuansanya untuk pemberdayaan kemiskinan dan pengangguran tampaknya perlu untuk kita tingkatkan. Namun, dengan catatan, janganlah proyek seperti ini diarahkan untuk kembali membenturkan keyakinan antar umat beragama, atau untuk mengajak orang masuk ke agamanya.
Islam menjunjung toleransi beragama, dan justru menghormati dan menghargai adanya perbedaan karena latar belakang sosiologis, antropologis, maupun agama. Bahkan, di dalam perintah Allah dalam Alquran yang mewajibkan puasa Ramadan sebagai puasa wajib, juga menyebut tentang toleransi beragama, yaitu bahwa puasa itu juga telah dilakukan kaum atau umat beragama lain sebelum Islam.
Banyak ayat-ayat dalam Alquran yang mengakui adanya pluralitas ini, seperti firman Allah: ”Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran, dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semua, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS Al-Maidah (5): 48).
Jadi jika kita menyimak ayat di atas, jelas Allah menginginkan adanya pluralisme itu justru bisa dijadikan ajakan untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan.Saya kira, ayat tersebut sangat kontekstual dengan keberadaan bangsa Indonesia, yang sekarang harus dipacu, ber-fastabiqul khoirah dalam rangka keluar dari krisis, dan menuju kondisi negara yang lebih baik, makmur dan adil, atau menuju negara baldatun thoyibatun warabbun ghofur.
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Cerpen: Tirakat yang Gagal
4
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
5
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
6
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
Terkini
Lihat Semua