Di dalam Islam, ada banyak macam puasa. Dari puasa yang sunah puasa hingga puasa wajib. Puasa Senin dan Kamis, puasa enam hari bulan Syawwal, puasa Hari Arafah, puasa Hari Asyura (10 Muharram), puasa Dawud, puasa tengah bulan, puasa Rajab, puasa Sya’ban, puasa nazar, hingga puasa Ramadhan. Tetapi dari sekian puasa yang ada, hanya Puasa Ramadhan yang ingar-bingar dan gegap-gempitanya begitu kentara karena memang seluruh umat Mukmin yang sudah memenuhi syarat diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh.
Apapun jenis puasanya, prosedur dan tatacara dalam menjalankannya hampir sama dan bahkan bisa dikatakan sama. Mereka tidak boleh makan, minum, berhubungan badan, dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Saat berpuasa, mereka juga dianjurkan untuk melakukan amal yang baik, baik ibadah yang bersifat individual-spiritual seperti membaca dan menghatamkan Al-Quran, mengaji kitab-kitab kuning, dan memperbanyak zikir, maupun ibadah yang bersifat sosial seperti bersedekah, berzakat, dan memberi makan orang berpuasa yang sedang membutuhkan.
Di dalam Al-Quran dan sunah disebutkan beberapa motif dan alasan mengapa orang Islam diperintahkan untuk berpuasa, mulai dari motif agar mereka bertakwa kepada Allah, agar diampuni dosa-dosanya, terhindar dari api neraka, terhindar dari perkataan dan perbuatan yang keji, nista, dan merusak (zuur), agar sehat, sebagai pembersih jasad atau badan, untuk menegakkan salah satu tiang agama, dan sebagai pencegah, pengendali, dan pengontrol nafsu makan, minum, syahwat, serta nafsu yang mendorong ke arah kejahatan lainnya.
Meski demikian, pijakan pertama (starting point) seseorang melaksanakan puasa–terutama yang wajib–adalah sebagai manifestasi dari keimanan dan ketaatan seseorang kepada Allah SWT karena sudah menyuruh hamba-Nya untuk berpuasa. Berbeda dari ibadah lainnya, puasa adalah ibadah sangat eksklusif, yaitu ibadah yang hanya diketahui oleh Allah dan seseorang yang bersangkutan. Keeksklusifan puasa juga ditegaskan Allah di dalam hadits Qudsi, “Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya.”
Kalau tidak dilandasi dengan keimanan, ketaatan, dan motif-motif yang jelas sebagaimana yang disebutkan di atas, seseorang akan enggan untuk berpuasa. Bahkan, mereka akan mempersoalkan puasa itu sendiri dan menganggapnya sebagai sesuatu yang menyiksa diri sendiri karena tidak boleh makan, minum, dan berhubungan badan sepanjang hari.
Puasa di dalam Islam jelas bukan untuk menyiksa diri karena larangan untuk tidak melakukan makan, minum, berhubungan badan, dan yang membatalkan lainnya hanya bersifat sementara, yaitu 12 sampai 13 jam saja, bukan sehari-semalam penuh. Mereka harus berbuka puasa ketika waktunya sudah tiba. Islam juga tidak menghendaki seseorang untuk berpuasa secara terus menerus sepanjang tahun.
Memang, ada negara-negara yang memiliki waktu siang yang lebih lama daripada waktu malamnya seperti Denmark, Swedia, Norwegia, dan Islandia (21 jam waktu siangnya saat musim panas), Rusia (20 jam disinari sinar matahari saat musim panas), Finlandia (19 jam), Inggris (18 jam), dan Kazakhztan (18 jam).
Namun demikian, ada fatwa yang menyatakan bahwa negara di mana mataharinya tidak pernah tenggelam bisa disesuaikan dengan bulan-bulan di mana durasi siang dan malamnya sama. Hal ini dicetuskan oleh Majelis Fatwa dan Riset Eropa (The European Council for Fatwa and Research). Sebuah lembaga yang bermarkas di Dublin dan dibentuk oleh Federasi Organisasi-organisasi Muslim Islam di Eropa (Federation of Islamic Organizations in Europe) pada tahun 1997.
Sejauh ini, puasa sudah banyak dikaji, dikupas, diteliti, dan dibicarakan di berbagai macam forum ilmiah yang diselenggarakan baik oleh sarjana Muslim maupun non-Muslim, baik secara lisan maupun tulisan, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai.
Sabda Nabi Muhammad yang berbunyi “berpuasalah kamu agar kamu menjadi sehat” menjadi tesis bahwa puasa bisa menjadikan seseorang sehat. Terkait hal ini, tidak sedikit peneliti dan akademisi yang meneliti tentang puasa dan kesehatan. Di dalam tulisannya Fasting as a Way of Life, Allan Cott menyatakan bahwa puasa memiliki manfaat medis yang unik, yaitu puasa memberikan istirahat fisiologis yang berguna bagi sistem pencernaan, sistem saraf pusat, dan menormalkan metabolisme tubuh. Penyakit-penyakit yang menyerang perut dan tubuh bagian dalam, obatnya juga harus dari perut dan bagian dari dalam tubuh itu. R.I Scott dan M.G Lanberg juga menyatakan bahwa puasa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi hormon endorphin yang biasa mempengaruhi emosi, dan mengurangi aktivitas jantung.
Bahkan di dalam penelitiannya, salah seorang ahli biokimia terkemuka Uni Soviet, Vladimir N Nikitin, mengungkapkan bahwa menahan makan pada waktu-waktu tertentu seperti diet atau puasa dengan membatasi konsumsi lemak dan karbohidrat bisa memperpanjang umur binatang hingga dua kali lipat. Nikitin melakukan riset tersebut dengan menggunakan tikus-tikus sebagai bahan percobaan. Biasanya tikus-tikus itu hanya berumur dua setengah tahun, tetapi setelah ia mengatur pola makan dan minum atau mengontrol rasa lapar tikus itu dengan seksama dengan mengurangi makanannya secara periodik, maka tikus-tikus itu bisa hidup hingga empat setengah tahun.
Puasa juga diharapkan menjadi “alat” untuk berempati dan menimbulkan rasa sosial antarsesama. Dengan berpuasa, kita diajari untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kekurangan, terutama dalam hal makanan dan minuman. Bukan sekadar merasakan, tetapi kita yang mampu juga diharuskan untuk membantu mereka yang tidak mampu dengan cara memberi makanan berbuka, memberi sedekah, dan menunaikan zakat untuk mereka.
Terlepas dari itu semua, menurut saya inti puasa hanyalah dua, yaitu untuk mencapai ibadah yang bersifat individual-spiritual, bertakwa kepada Allah, dan juga untuk mencapai ibadah yang bersifat sosial-kemaslahatan, terbentuknya empati atas mereka yang tidak mampu dan terciptanya tatanan masyarakat yang sejahtera. Wallahu a‘lam bis shawab.
*) Penulis adalah Wasekjen Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPII) Pusat.
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
5
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
6
Badai Perlawanan Rakyat Pati
Terkini
Lihat Semua