Memulai Perubahan dengan Terapi Ramadhan
NU Online Ā· Ahad, 21 Juli 2013 | 01:02 WIB
Manusia pada dasarnya tidak setia atas kemandekan dan kebekuan, karena dalam dorongan terdalam hatinya menginginkan adanya suatuĀ perubahan. Tentu, manusia yang mau berusaha baik Ā tidak akan mengamini atas semua jenis perubahan. Ia hanya ingin perubahan yang baik dan lebih baik.<>
Dalam Ramadhan sebulan penuh ini, Allah Taāala dengan kemahabijaksanaan-Nya mendorong dan mendukung semangat fitrah perubahan manusia itu dengan terapi paket puasa besertaĀ amaliah ibadahĀ Ramadhan lainnya.
Pertama, puasa sendiri yang dalam pengertian dasarnya adalahĀ sebagai upaya menahan diri, adalah piranti efektif untuk menundukkan āmusuhā utama manusia, yaitu berperang melawan ādiri sendiriā yang dalam bahasa Rasulullah Muhammad shallallah āalaih wasallam disebut Jihad Akbar dan Jihadun Nafs (perang melawan hawa nafsu). Bahkan dinyatakan oleh Rasulullah, jihad ini lebih utama dari jihad perang.
Kedua, ibadah puasa adalah ibadah istimewa perlambang keikhlasan hamba, sehingga dinyatakan oleh Allah Taāala sebagai ibadah untuk-Nya, disebabkan kekhususan penisbatannya kepada Allah. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis qudsi :
āSetiap perbuatan kebaikan memperoleh pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali, kecuali puasa : ia adalah milik (untuk)-Ku, dan Aku-lah yang menentukan besar pahalanya. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, kegiatan yang dilakukan secara bersama adalah elemen penting perubahan itu. Ā Ilustrasinya sederhana saja. Kadang atau mungkin juga kerap kali, ketika kita melakukan ibadah sendirian, terasa kurang semarak dan semangatĀ jika dibanding melakukannya secara bersama, berjamaāah. Inilah barangkali alasan mengapa banyak pesantren dan sekolah yang menerapkan kebijakan salat dhuha berjamaah, padahal dalam kaca mata fiqh salat ini tidak dianjurkan dilakukan secara berjamāah. Alasan untuk memotivasi siswa atau sarana pendidikan yang dengan pembiasaan itu akan melahirkan semangat beribadah adalah hal yang diharapkan efektif. Nah, dalam Ramadhan ada beberapa kegiatan danĀ ibadah yang biasa dilaksanakan secara bersama, antara lain, salat Tarawih berjamaāah, Tadarus Quran bersama, buka bersama, sahur bersama dalam suasana kekeluargaan.
Keempat, Ramadhan di mana Al-Quran turun pada bulan mulia ini, adalah bulan motivasi beribadah. Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabarani)
Dalam Ramadhan pula ada satu malam yang paling utama di sisi Allah yang selalu diburu hamba-Nya, yaitu datangnya malam Lailatul Qadr yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr.
āSesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS al-Qadr [97]: 1-5)
Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah:āSiapa saja yang bangun pada malam Qadr karena dorongan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang lalu.ā (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Kelima, Ramadhan mengajarkan awal kebiasaan baru dan Ā kedisiplinan selama sebulan penuh. Awal perubahan adalah jika kita mau bertekad dalam hati untuk menampilkan kebiasaan baru dengan teratur disiplin. Ramadhan menawarkan hal penting ini lebih daripada hari-hari dalam bulan lainnya. Selama satu bulan, selalu Ā berbuka puasa sebelum maghrib, sahur sebelum munculnya fajar shadiq shubuh, dan bertarawih.Yang istimewa, jika sebagian kita selama ini tidak membiasakan diri bangun malam untuk shalat malam, Qiyamul Lail, pada RamadhanĀ kebiasaan baru tersebut diawali dengan menumbuhkan kebiasaan Ā salat tahajjud berbareng dengan waktu sahur.
Nuansa Ramadhan sebagaimana tergambar di atas adalah suguhan Allah untuk kita semua. Kemudian akhirnya semuanya kembali pada pribadi kita masing- masing untuk mengetuk dan mau membuka diri dalam memaknai Ramadhan ini. Dengan demikian menjadi sepatutnyalah untuk kita sambut danĀ jemput dengan gempita peluang berharga yang dihadiahkan Allah Taāala ini. Semoga Ramadhan kita berkah. Amiin.
Ā
Ā
* Yusuf Suharto
Ketua Aswaja NU Center Jombang, dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Darul āUlum Jombang
Ā
Ā
>>>RUBRIK TAUSHIYAH RAMADHAN INI DIDUKUNG OLEH
PIMPINAN PUSAT IAKATAN SARJANA NAHDALATUL ULAMA (ISNU)
Ā
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
Terkini
Lihat Semua