Opini

Konsumsi Daging Kurban dalam Pandangan Kedokteran

Sen, 12 September 2016 | 23:03 WIB

Oleh Masludi S
Sekarang ini suasana Hari Raya Idul Adha masih terasa. Masyarakat Indonesia telah banyak termakan mitos yang belum tentu terbukti kebenarannya karena telah lama menganggap agama sebagai suatu bentuk seremonial semata, akhirnya sisi pencerdasan dan penyehatan yang terdapat dalam agama kian pudar oleh hedonisme ritual semata.

Berkurban adalah syari'at dalam Islam yang diadaptasi dari kegiatan Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail. Hal ini tidak saja diabadikan dalam Al-Qur'an tetapi juga beberapa agama samawi mengenal sejarah penyembelihan ini.

Umat Islam pada hari raya Idul Adha diperintahkan untuk berkurban bagi yang mampu. Hewan kurban dapat berupa kambing, domba, sapi, dan unta. Dalam beberapa iabada syari'at Islam lebih banyak menganjurkan hewan kurban kambing atau domba untuk berkurban. Misalnya pada perintah aqiqah. Yang diminta untuk disedekahkan adalah satu hingga dua ekor kambing. Termasuk ketika Idul Adha.

Hubungan Idul Adha dengan hewan kurban salah satunya adalah pada hewan kurban yang disedekahkan untuk disembelih seusai shalat 'Id. Sekarang mari ingat-ingat kembali, berapa kali telah terjadi Idul Adha dengan suasana hujan atau musim hujan. Di belahan bumi yang jauh dari garis khatulistiwa suasana musim hujan atau suasana musim dingin akan lebih terasa. Suhu akan cenderung berada di bawah angka suhu ruang normal atau bahkan di bawah nol.

Bayangkan apabila orang-orang miskin yang kelaparan merasakan cuaca ekstrem seperti ini. Kurban kambing adalah salah satu sumber makanan yang baik pada musim dingin. Menurut ilmu pengobatan Cina, pun dikatakan dagingnya bersifat panas. Namun karena anggapan panasnya daging kambing, masyarakat kita terkadang menjadi paranoid dengan daging kurban dari jenis yang satu ini.

Orang sehat atau penderita hipertensi akan menjauhi daging ini. Di situlah sumber fatal kesalahan mitosnya, "Kambing menyebabkan hipertensi." Mari kita kaji sebenarnya bagaimana daging kambing sebagai daging kurban justru menyehatkan?

Daging sapi memiliki warna merah terang, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik daging elastis, sedikit kaku, dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas. Sapi pedaging dapat dibedakan dari jenis kelamin dan umur, dimana dengan perbedaan tersebut akan membedakan mutu dari daging sapi. Komposisi daging menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) dalam 100 gram daging didapatkan komposisi daging sapi tiap 100 gram bahan. Komponen Jumlah adalah Kalori (kal) 207,00, Protein (g) 18,80, Lemak (g) 14,00, Karbohidrat (g) 0, Kalsium (mg) 11,00, Fosfor (mg) 170,00, Besi (mg) 2,80, Vitamin A (SI) 30,00, Vitamin B1 (mg) 0,08, Vitamin C (mg) 0, dan Air (g) 66,00.

Sedangkan daging kambing memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan daging sapi. Namun, kambing memiliki serat lebih kecil dibandingkan serat daging sapi, serta aroma daging kambing yang khas goaty. Daging kambing memiliki ciri yang khas, yaitu hampir tidak memiliki lemak di bawah kulit. Kelebihan lemaknya ditimbun sebagai lemak yang tersebar di antara serat daging. Komposisi daging kambing per 100 gram bahan dapat dilihat pada komponen jumlah kalori (kal) 154,00, Protein (g) 16,60, Lemak (g) 9,20, Karbohidrat (g) 0, Kalsium (mg) 11,00, Fosfor (mg) 124,00, Besi (mg) 1,00,  Vitamin A (SI) 0, Vitamin B1 (mg) 0,09,  Vitamin C (mg) 0, Air (g) 70,30.

Kesimpulannya pertama, tidak ada bukti bahwa daging kambing memiliki kadar lemak lebih tinggi dari daging merah lainnya. Bahkan berdasarkan sumber Direktorat Gizi Depkes disebutkan bahwa lemak daging kambing hanya sekitar 9,2 gr/ 100 gr daging, lebih rendah daripada lemak daging sapi yang bernilai 14 gr/ 100 gr daging. Sementara lemak pada kuning telur ayam jauh lebih tinggi, yaitu 31,9 gr/100 gr. Jika anda masih tidak yakin kita kembali kepada literatur klasik yang berbicara tentang daging dan daging kambing, karena mereka yang selalu didakwa sebagai tersangka penyakit semisal hipertensi dan stroke.

Ali bin Abi Thalib RA berkata, "Makanlah daging, karena daging dapat membersihkan warna kulit, mengecilkan perut dan memperindah tubuh." Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa daging domba sifatnya panas pada tingkatan kedua dan lembab pada tingkatan pertama. Karakteristik ini mirip seperti daging sapi muda. Fungsinya menambah darah bersih yang memperkuat tubuh bagi orang yang pencernaannya baik. Bisa bermanfaat bagi yang bermetabolisme dingin serta bagi penggemar olahraga berat di berbagai tempat dan musim yang dingin.

Karena sifat daging kambing yang panas, maka baik dikonsumsi pada musim dingin atau musim penghujan, sebagaimana kita saksikan ketika beruang akan berhibernasi mereka akan makan daging yang akan menghangatkan tubuh mereka pada musim dingin dengan suhu ekstrem. Bayangkan betapa bermanfaatnya jika daging kurban dimakan oleh para pengungsi yang kelaparan dan kedinginan di berbagai belahan dunia.

Ali bin Abi Thalib menyebutkan makan daging dapat mengecilkan perut. Sekarang kita korelasikan dengan masalah yang berhubungan dengan lemak dalam tubuh. Saat ini telah diketahui bahwa inflamasi kronis adalah salah satu titik awal dari penyakit jantung dan itu dapat dilihat pada CRP sebagai indikator dalam tubuh.

CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu jenis protein yang dihasilkan oleh hati ketika terjadi cedera akut, peradangan atau infeksi. Sementara CRP disebut juga faktor resiko baru (CMR) yang berkaitan dengan penambahan massa lemak di perut. Semakin besar perut seseorang karena lemak di bawah jaringan adiposa, maka akan semakin berisiko terkena serangan peradangan pada pembuluh darah yang berimbas pada serangan jantung, stroke, dan berkurangnya fungsi normal otak seperti pikun. Mudahnya, karena daging khususnya daging kambing kurban yang bersifat panas dapat mengecilkan perut, maka dapat dikatakan justru makan daging dapat mengurangi risiko penyakit yang telah diinventarisasi di atas.

Apakah mengonsusmsi daging kambing atau sapi bisa menyebabkan darah tinggi? Sebelumnya penulis akan membahas sekila tentang apa itu hipertensi?

Kata hipertensi atau tekanan darah tinggi sudah tidak asing lagi di masyarakat. Ini adalah penyakit yang banyak menimpa masyarakat, dahulunya sering diderita oleh orang yang berumur tua, namun sekarang yang muda juga bisa terkena hipertensi. Karena penyakit ini memang penyakit pola hidup walaupun ada juga pengaruh genetik sedikit. Pola hidup di zaman modern bisa menjadi penyebab utama banyaknya penyakit ini. Pola makan yang salah, seperti makanan instan, makanan olahan dengan minyak dan makanan dengan pengawet. Kemudian pola aktivitas, dengan berbagai kemajuan teknologi, tubuh dimanjakan dan jarang bergerak apalagi berolahraga. Yang paling penting adalah pikiran dan ketenangan, pola hidup di zaman modern penuh dengan tekanan dan stressor. Semua hal inilah yang menjadi penyebab utama penyakit hipertensi.
Umumnya tekanan darah normal pada saat istirahat adalah 100–140 mmHg untuk sistolik (bacaan atas) dan 60–90 mmHg untuk diastolik (bacaan bawah). Dikatakan hipertensi jika terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.

Hipertensi digolongkan menjadi hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Kebanyakan (sekitar 90–95%) hipertensi adalah golongan hipertensi primer, yaitu penyebabnya belum diketahui secara pasti, hanya beberapa perkiraan dan analisa. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui misalnya masalah ginjal, arteri, jantung atau sistem endokrin.

Tidak diragukan lagi memang terkadang memakan daging bisa meningkatkan tekanan darah. Kenyataan sering kita temui, ketika Idhul Adha setelah mengkonsumsi daging terus-menerus, banyak yang mengeluhkan tekanan darah yang tinggi seperti pusing dan tegang di kepala. Ketika tekanan darah diukur, memang meningkat.

Akan tetapi tidak semua yang mengkonsumsi daging terutama daging kambing, otomatis tekanan darah menjadi naik. Mereka yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi yang terkadang naik tekanan darahnya ketika mengkonsumsi daging kambing. Naiknya tekanan darah karena memang energi yang dihasilkan dari daging kambing yang dikonsumsi tersebut sangat tinggi. Kita misalkan, bila daging kambing sebesar 100 gr, ketika diolah menjadi gulai, kalorinya bisa meningkat, begitu juga ketika diolah menjadi sate, kalori bisa meningkat lebih lagi. Kalori ini yang nantinya akan diubah menjadi lemak tubuh.

Selain itu daging kambing juga mengandung zat yang dapat melebarkan pembuluh darah, pembuluh darah di jantung dan beberapa organ lain akan melebar. Sehingga ada benarnya juga bahwa daging kambing bisa meningkatkan libido dan kemampuan seksual laki-laki karena aliran darah ke organ seksual meningkat akibat pelebaran pembuluh darah.

Dari berbagai penelitian menunjukkan daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh/jahat lebih rendah, sehingga menunjukkan bahwa daging kambing itu lebih baik dan sehat. Tidak hanya dinyatakan daging kambing rendah kolesterol, daging kambing juga mengandung beberapa vitamin dan mineral, terutama pada daging kambing muda yang di dalam dagingnya mengandung zat besi, seng, protein, dan vitamin B12. Di samping itu daging kambing juga memiliki kandungan iron, potassium dan thiamine yang lebih tinggi. Di lain pihak kandungan sodiumnnya lebih rendah dibandingkan dengan daging lain. Sehingga justru daging sapilah yang lebih berbahaya untuk meningkatkan tekanan darah, ketimbang konsumsi daging kambing. Apa lagi bagi Anda yang telah memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kadar lemak tubuh berlebih seperti jantung, stroke, hipertensi, diabetes. Karena itu saran saya, supaya berbagai penyakit Anda tidak sampai kambuh, konsumsilah makanan dari olahan daging tadi dengan bijak, tidak berlebih dan lebih sekadar mencicip sebagai obat rasa kepengen dan penasaran saja.

Dan yang paling penting adalah mengingat bahwa hipertensi adalah penyakit pola hidup, dan terapinya secara kedokteran tidak hanya obat tetapi juga memperbaiki pola hidup. Hendaknya kita jangan makan berlebihan dan menjaga apa yang kita makan.

Sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda.

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

Artinya, “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas” (HR At-Tirmidzi).


Masludi S, mahasiswa pascasarjana program hukum kesehatan, anggota GP Ansor Indramayu. Kesehariannya ia menjadi dokter umum.