Opini KIRAB KOIN NU

Koin NU Banyuwangi, dengan Strategi Berbeda

Kam, 14 Juni 2018 | 12:30 WIB

Koin NU Banyuwangi, dengan Strategi Berbeda

Kirab Koin NU di Banyuwangi.

Oleh Noor Shodiq Askandar

(Sebuah catatan perjalanan ahir kirab Koin Raksasa di Banyuwangi)

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih dua setengah bulan, Kirab Koin NU sampai di penghujung.Mulai dari Banten, melewati beberapa kabupaten dan provinsi, dari ujung barat pulau Jawa sampai kota paling timur yang sungguh indah, Banyuwangi. Kota di mana sebuah gerakan pemuda didirikan dan Shalawat Badar, sebuah shalawat yang kini terkenal di seantero negeri diciptakan oleh KH Ali Mansur.

Ya, Banyuwangi menjadi titik akhir rangkaian panjang kotak infak sebagai simbul gerakan sedekah yang dikumandangkan di bumi pertiwi yang kita cintai bersama

Namun demikian, perjalanan di Banyuwangi tak bisa dilakukan dengan cara konvensional sebagaimana yang dilakukan di daerah lain. Sekolah libur, pesantren libur, dan pegawai negeri swasta sedang menikmati cuti bersama. Jadilah Banyuwangi harus mencari cara yang berbeda dengan yang daerah lain, dengan mengedepankan gerakan sedekah di masyarakat khususnya Nahdliyin.

Langkah jitu diambil oleh Banyuwangi dengan melakukan kampanye gerakan sedekah di simpul-simpul keramaian. Pagi dilakukan di masjid masjid, siang sampai dengan sore di dekat pasar, dan di kantor NU ataupun di masjid. Pilihan ini tentu pilihan, meskipun bisa menimbulkan polemik “NU kok narik sumbangan di jalan?”

Saya yang melihat sendiri, justeru tak berkesimpulan demikian. Kenapa demikian? Bukan uang yang menjadi tumpuan utama, akan tetapi kampanye harus sampai ke seluruh lapisan masyarakat.

Dan ini hal terbaik yang bisa dilakukan. Di masing-masing tempat, juga berkumpul aktivis NU. Mulai dari pengurus mwc, lembaga, lajnah dan banom. Mereka bersama bergerak untuk yang terbaik bagi umat. Kampanye sedekah dan kemandirian organisasi pada masyarakat yang nanti menjadi sasaran utama gerakan berikutnya.

Saya juga melihat semangat masyarakat yang mendukung gerakan ini. Bahkan Camat Sempu yang saya ajak, menyatakan kesediaannya untuk bergabung bersama LAZISNU, dan kemudian menawarkan untuk bersinergi dalam program yang telah dijalankan selama ini.

Tentu kita semua berharap perjalanan kotak infaq raksasa NU berkhir indah di Banyuwangi. Berakhir bukan berarti berhentinya sebuah kegiatan, akan tetapi justeru menjadi awal dari sebuah gerakan bersama sebagai arus baru dalam kemandirian menuju satu anad perjalanan Nahdlatul Ulama di bumi pertiwi.

Bravo kirab kotak infak raksasa. Bravo NU Banyuwangi dan sukses untuk kita semua atas ridha Allah subhanahu wata'ala.

Penulis adalah Ketua NU Care-LAZISNU Jawa Timur, dosen Universitas Islam Malang (Unisma)