Oleh Fathoni Ahmad
Muslimat NU, siapa yang tidak mengenal organisasi perempuan NU yang digawangi emak-emak atau ibu-ibu ini. Perjuangan, jasa, dan kiprahnya yang cemerlang diakui dari zaman ke zaman. Organisasi perempuan terbesar di Indonesia ini terus bertranformasi sesuai perubahan zaman dengan program-program nyata.
Pada Ahad (27/1), Muslimat NU menggelar peringatan Harlah ke-73 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta. Tak kurang dari 120.000 warga Muslimat NU dari 34 provinsi berduyun-duyun menyemut ke Jakarta.
Mereka memenuhi jalanan-jalanan ibu kota dengan mengenakan batik kebanggaan berwarna hijau. Stadion kebanggaan Timnas Indonesia itu pun seketika berwarna hijau. Bukan karena rumput stadion, tetapi karena menggebyarnya ibu-ibu Muslimat yang memenuhi sudut dan tribun stadion GBK.
Perhelatan meriah yang berhasil memecahkan beberapa rekor dunia MURI itu bukan mobilisasi massa tanpa faedah. Menggaungkan tema Khidmah Muslimat NU Jaga Aswaja Teguhkan Bangsa diwujudkan para ibu Muslimat dengan bermuhasabah dan bermunajat, shalat tahajud, shalat hajat, dzikir, shalawat, dan beristighostah berjamaah di keheningan malam.
Bahkan, mereka tidak beranjak dan bergeser selangkah pun ketika hujan mengguyur stadion. Jamaah Muslimat NU tetap khusyu memanjatkan doa untuk keselamatan bangsa dan negara.
Ketua Panitia Harlah ke-73 Muslimat NU Hj Yenny Wahid mengungkapkan bahwa kegiatan Harlah ke-73 ini tidak hanya dilakukan secara meriah di Jakarta, tetapi juga dilakukan serentak di daerah-daerah karena dibarengi dengan doa untuk keselamatan bangsa tersebut.
“Kegiatan ini diikuti serentak oleh jutaan anggota Muslimat NU, baik secara fisik maupun yang berada di daerahnya masing-masing, bersama-sama bermunajat meminta kepada Allah SWT untuk keselamatan bangsa,” kata Yenny Wahid di sela-sela persiapan Harlah di GBK.
Saat ini jumlah anggota Muslimat NU diperkirakan sekitar 32.000.000 orang. Jumlah tersebut berasal dari jamaah yang tersebar di 34 pimpinan wilayah (PW), 524 pimpinan cabang (PC), 2.295 pimpinan anak cabang (PAC), dan 26.000 pimpinan ranting (PR).
Jumlah tersebut termasuk jamaah yang tersebar di luar negeri dalam wadah Pengurus Cabang Istimewa (PCI). Saat ini PCI Muslimat NU terbentuk di antaranya di Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Arab Saudi, Sudan, Belanda, dan Inggris.
Tidak mau hanya berbangga dengan jumlah atau kuantitas, Muslimat NU sejak awal berdirinya mempunyai komitmen untuk berkhidmah di tengah masyarakat. Wujud komitmen tersebut, saat ini Muslimat NU telah memiliki pelbagai macam layanan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Beragam kegiatan yang selama ini dilakukan Muslimat NU adalah kepribadian, sosial, kesehatan, dakwah, ekonomi dan koperasi, litbang, tenaga kerja, pemberdayaan, layanan kesehatan keluarga, dan lain-lain.
Sejumlah layanan tersebut terwadahi dalam yayasan-yayasan. Yayasan yang dikelola antara lain Yayasan Kesejateraan Muslimat NU (YKMNU), Yayasan Pendidikan Muslimat NU (YPMNU), Yayasan Haji Muslimat NU (YHMNU), serta Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim Muslimat NU (Hidmat MNU).
Dalam memberikan pelbagai layanan di masyarakat, saat ini Muslimat NU di seluruh wilayah mengelola aset pendidikan, kesehatan, maupun koperasi.
Di bidang pendidikan, Muslimat NU memiliki lebih dari 16.000 Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), mengelola Raudatul Athfal (RA) dan Taman Kanak-kanak (TK) lebih 9.800, dan lebih 6.400 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Di bidang kesehatan, Muslimat NU mengelola satu-satunya Klinik Hemodialisis yang sudah mengantongi ISO, Rumah Sakit Ibu dan Anak di Jombang berstandar nasional serta rumah sakit umum yang dikelola secara profesional.
Di bidang pemberdayaan ekonomi, Muslimat juga mengelola Induk Koperasi Annisa. Saat ini jumlahnya 143 koperasi yang berbadan hukum.
Muslimat NU juga memperkuat layanan sosial melalui 144 panti asuhan yang dikelolanya untuk merawat anak-anak terlantar. Juga untuk merawat lansia dengan membuka panti lansia berbasis pesantren.
Pada momen Harlah ke-70 di Stadion Gajayana Malang, Jawa Timur pada 2016 lalu, Muslimat NU dengan gagah berani membentuk Laskar Anti-Narkoba. Laskar ini tersebar di 34 provinisi yang dipimpin oleh seorang komandan laskar. Sosialisasi bahaya narkoba dilakukan pada setiap kegiatan dan forum-forum pengajian.
Dalam setiap kesempatan, Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa menekankan perubahan zaman yang saat ini berjalan dengan cepat. Dakwah tidak hanya cukup dilakukan di panggung dan mimbar, tetapi juga melalui internet, dunia maya.
Khofifah menyebutnya Dakwah bil IT yang juga harus dilengkapi dengan Dakwah bil Mal dan Dakwah bil Hal. Sebab itu, ibu-ibu Muslimat NU sekarang juga harus memahami dan menguasai teknologi informasi dan media sosial sebagai basis dakwah di era digital.
Penulis adalah warga NU kelahiran Brebes, Jawa Tengah; meliput kegiatan Muslimat NU sejak 2014