Opini

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Belum Jadi Perhatian Capres

NU Online  ·  Senin, 7 Juni 2004 | 09:05 WIB

Oleh H.M. Rozy Munir

Indonesia saat ini berpenduduk hampir mencapai 220 juta orang, yang merupakan urutan penduduk nomer empat dunia terbesar. Namun dari berbagai karakteristiknya seperti struktur umur, Indonesia masuk komposisi penduduk usia muda yang sudah mengarah kepada komposisi penduduk usia tua.

<>

Dengan adanya pergeseran ini, maka semakin banyak lansia yang memerlukan penanganan. Disamping itu juga dengan semakin meningkatnya penduduk anak ke penduduk usia kerja, maka semakin banyak penduduk yang mencari lapangan kerja dan menambah prosentase penduduk menganggur. Karakteristik lainnya berupa penyebaran yang timpang. Beban tekanan tetap di Jawa, Bali yang terkonsentrasi dengan 130 juta jiwa, sama halnya dengan jumlah seluruh penduduk Indonesia, 2-3 dasawarsa yang lalu.

Adanya arus urbanisasi yang cepat menambah padanya kota besar, menengah dan kecil yang mengakibatkan terkorbankannya lahan subur serta hutan untuk lokasi pemukiman, sekolah, kantor industri dan perdagangan yang berdampak pada kerusakan lingkungan (baik hutan, laut maupun udara) dan pada gilirannya mengancam punahnya berbagai species, primata dengan flora faunanya.

Bayangkan, dari 750 ribu jenis serangga di dunia, sepertiganya 250 ribu terdapat di Indonesia. 16.000 jenis lumut, 15.000-nya berada di Indonesia. Terdapat 50 ribu jenis kerang yang 40 % nya terdapat di kawasan nusantara. Ada 6300 jenis binatang melata dimana 2000 jenis ada di Indonesia (sumber data dari KLH dan Bappenas).

Hutan tropis sebagai paru dunia sebagian berada di kawasan khatulistiwa Indonesia, yang saat ini terancam karena adanya exploitasi berlebihan dengan berbagai illegal logging (yang tidak tahu bagaimana menghentikannya). Pertanyaan yang muncul adalah adakah kita benar-benar peduli terhadap situasi ini?

Pernah terjadi pada kisah di zaman nabi Muhammad, seorang tua renta yang menanam pohon kurma. Waktu ditanya kenapa berpayah-payah menanam kurma pada usia magrib ini, dia menjawab untuk generasi mendatang. Jelas dengan tegas jawabannya tidak untuk kepentingan sesaat tapi untuk anak cucu. Karena dia tidak akan menikmati hasilnya untuk dirinya sendiri.

Dari ilustrasi tersebut, dapat ditambah lagi contohnya, Indonesia sebagai anggota PBB yang bersepakat mensukseskan MDGs (Millenium Development Goals) dengan 8 butir kesepakatan internasional.

Jika kita sudah benar-benar konsen, inilah waktu yang tepat untuk menggugah pasangan calon presiden dan wakil presiden memfokuskan dalam visi dan misilnya untuk penduduk dan lingkungan harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangungan. Beberapa argumentasi menyangkut isu strategis ini antara lain : Pertama, tujuan pokok kebijakan pembangunan adalah untuk kesejahteraan penduduk. Kedua, kondisi kependudukan dan lingkungan hidup yang akan sangat mempengaruhi dinamika pembangunan. Ketiga, pembangunan yang tidak mengindahkan dimensi pembangunan sama artinya dengan menyengsarakan generasi berikutnya.

Dengan demikian, pembangunan berwawasan kependudukan dan lingkungan akan lebh memberikan jaminan akan munculnya kedamaian (peaceful) dengan pemenuhan hak individu akan kesejahteraan (rights base development). Sedangkan kesepakatan MDGs antara lain, Negara anggota PBB harus dapat menghapus kemiskinan dan kelaparan berat; mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; memprioritaskan kesetaraan gender; melawan penyebaran HIV / AIDS dan penyakit kronis lainnya (malaria, TBC); menurunkan angka kematian anak, menjamin keberlangsungan lingkungan, dsb.

Hari lingkungan saat ini sedang gencar peeringati, sednagkan hari kependudukan dunia akan jatuh pada bulan Juli mendatang. Lalu apakah para pemimpin sudah peduli dan apakah kita sudah peduli? Marilah segera kita susun rencana besar untuk keberlangsungan generasi berikut agar lebih maslahah dan bukan menambah masalah.