Oleh: A. Mustofa Bisri
Syahdan; begitu Kiai Cholil Bisri –Allah yarhamuh— dan kawan-kawan dari NU yang mempersiapkan berdirinya partai (PKB), termasuk H. Mathori Abdul Djalil, merasa sudah siap segala sesuatunya, mereka pun datang ke PBNU untuk melapor.
Gus Dur yang waktu itu menjadi ketua Tanfidziyah langsung mengadakan rapat-rapat yang akhirnya membentuk tim untuk memfasilitasi terbentuknya partai baru (PKB) yang tugasnya antara lain menyusun pengurus pertama.
Hubungan H. Mathori Abdul Djalil --terutama sebelum menjabat Menteri Pertahanan RI di zaman Presiden Megawati dan dipecat dari PKB-- dengan Gus Dur memang sangat dekat. Begitu dekatnya, hingga ada saja yang menjulukinya ‘anak emas’ Gus Dur. Tokoh Jawa Tengah ini sendiri tidak hanya menganggap dirinya murid Gus Dur tapi juga merupakan pengagum beratnya. Sikap atau ungkapan Gus Dur semusykil apa pun, Mathori bisa atau berusaha menafsirinya dengan tafsiran yang positif.
“Saya sendiri,” kata tokoh yang sempat digelari ‘raja pokil’ itu suatu ketika, “sering baru bisa memahami apa yang dimaui Gus Dur setelah dua tahun kemudian. Waktu pertama kali mendengar ungkapan atau melihat sikapnya, saya juga tidak mudheng, bahkan bingung.”
Jadi loyalitas Mathori kepada Gus Dur –waktu itu—memang tidak sekedar loyalitas bawahan kepada atasan. Apalagi, dia juga pasti menyadari bahwa penerimaan para kiai dan lainnya terhadap dirinya, sehingga dalam muktamar PKB yang pertama berhasil terpilih menjadi ketua umum untuk kedua kalinya, tidak terlepas dari ‘berkah’ Gus Dur.
Siang berganti malam, malam berganti siang. Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Akhirnya --seperti kita ketahui-- setelah sempat ‘menguasai’ Indonesia, Gus Dur menguasai PKB dan Mathori tersingkirkan. Sejak itu PKB benar-benar di bawah kendali Gus Dur sepenuhnya; seperti halnya NU sebelumnya.
Namun agak berbeda dengan ketika memimpin NU, dalam memimpin partai, banyak kebijaksanaan Gus Dur yang sulit dipahami termasuk dan terutama oleh para kiai yang dahulu menjadi pendukung fanatiknya. Di PKB, Gus Dur dianggap nyaris sama dengan Pak Harto di Golkar tempo dulu.
Kebijaksanaan Gus Dur adalah kebijaksanaan DPP PKB dan bukan sebaliknya. Para kiai –terutama yang terkenal dengan Kiai-kiai Langitan-- yang dulu selalu mendampingi Gus Dur, berangsur-angur merasa diabaikan. Pendapat dan saran mereka tak pernah lagi didengarkan oleh Gus Dur. Bahkan sering kebijaksanaan Gus Dur bertabrakan dengan kehendak para kiai itu; seperti seringnya Gus Dur membekukan DPC-DPC tanpa alasan yang jelas. Sampai-sampai ada saja yang menjuluki PKB sebagai partai kutub, saking banyaknya DPC yang (di)beku(kan).
Puncaknya, pertikaian di kalangan elite PKB menjadi semakin carut-marut. Saya sendiri, karena diminta saudara-saudara di bawah, sudah ikut berusaha mendekatkan kedua belah pihak hingga akhirnya kehabisan cara. Masing-masing pihak yang berseberangan seolah-olah sudah semakin tidak lagi memikirkan PKB dan warga pendukungnya. Bagi saya sendiri, pertikaian ini sungguh absurd. Mereka yang bertikai –yang nota bene para politikus NU— justru lebih mempercayai “pihak luar” untuk menyelesaikan masalah mereka. Bahkan belakangan di antara mereka, ada tokoh yang meminta Amin Rais --yang dulu sering dikecam saat berseberangan dengan Gus Dur-- untuk menolong menjadi mediator. Lucu dan sekaligus mengasihankan!
Boleh jadi sikap tokoh yang mencerminkan ketidakberdayaan itu disebabkan karena pada hakikatnya pertikaian di elite PKB bersumber dan bermuara dari dan kepada dua puncak pimpinan yang justru menjadi kekuatan inti PKB, dua pihak yang seharusnya menjadi pemimpin dan penyelesai masalah-masalah intern: Gus Dur dan para kiai (“Langitan”). Karena keyakinan bahwa kedua pi
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Cerpen: Tirakat yang Gagal
4
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
5
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua