Opini

GP Ansor, Pengabdian Tanpa Tagar Media Sosial

Rab, 8 Januari 2020 | 13:00 WIB

GP Ansor, Pengabdian Tanpa Tagar Media Sosial

Banser membantu proses pembuatan jembatan darurat di Sungai Cidurian dan Sungai Ciberang, Lebak, Banten, Selasa (7/1) (Foto: NU Online/Gatot Arifianto)

Oleh Gatot Arifianto
 
Banjir mengepung sejumlah wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Menjelang pergantian tahun 2019-2020, kalang kabut, duka dan riuh berkepanjangan di lokasi terdampak bencana hingga media sosial, masih berlangsung hingga Rabu, 8 Januari 2019. Ada bela. Ada bully. 

Keberadaan Ansor dan Banser dipertanyakan. Tagar atau hestag terima kasih pada kelompok tertentu muncul. Badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) ini masih kalem karena sadar bencana kemanusiaan terjadi diatasi bersama, tidak tunggal. Banyak pihak berkontribusi positif. Menyumbang tenaga, pikiran dan harta. Apa yang harus membuat organisasi dipimpin Gus Yaqut ini merasa perlu paling berjasa dan besar kepala?
 
Jauh dari Jakarta yang riuh, personel Banser Tanggap Bencana (Bagana) PW GP Ansor Jawa Tengah, Kabupaten Lampung Timur, Kota Cilegon dibantu Satkorcab Lebak, Banten memasuki sejumlah daerah terisolir. 

Mereka ambil bagian, menjadi relawan, mendistribusikan pangan dan obat. Turun tangan pula membangun jembatan darurat yang mengalami abrasi sekitar satu kilometer akibat diterjang banjir bandang. Termasuk, membuka jalan tertutup longsor. Mereka bersama beragam relawan, dari Basarnas, TNI, Polri hingga masyarakat. Bahu membahu membantu korban bencana. Apa yang harus membuat besar kepala?

Semangat Antiambyar
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut genangan banjir di sejumlah titik terdampak banjir di Jabodetabek mulai surut. 10 cm hingga 300 cm. 

Tapi khidmah anak-anak muda NU bagi kemanusiaan tak kunjung surut kendati tanpa gaji dan tagar terima kasih. PC GP Ansor di seluruh DKI Jakarta sejak 1 Januari 2020, belum kehilangan semangat dan daya. Keukeuh, tak ambyar seperti cendol dawet limangatusan. Demikian pula di dua provinsi lain.

Di Lebak, Banten yang terdampak bencana banjir dan longsor akibat sungai Sungai Ciberang dan Sungai Cidurian meluap dan mengakibatkan 1.310 rumah rusak berat, hanyut 1.226, terendam 520 dengan jumlah pengungsi mencapai 4.368 KK berasal dari 29 desa di enam kecamatan, Ansor dan Banser juga terlibat aktif membantu sesama, sinergi dengan sejumlah pihak berwenang.

Melewati jalan tanah basah, anggota TNI dan Bagana mengangkut seorang warga Desa Cigobang yang sakit menuju posko. Peralatan mereka pakai seadanya, sarung dan bambu. Selasa 7 Januari 2020, mereka baru saja berhasil dievakuasi, setelah terisolir.

PC GP Ansor Lebak juga telah mendistribusikan makanan, perlengkapan kebutuhan bayi dan melakukan bantuan pemeriksaan kesehatan bagi warga Desa Cigobang yang mengungsi ke Desa Banjar Irigasi, Kecamatan Lebak Gedong. 

Selanjutnya di Jawa Barat, Ahad 5 Januari 2020, puluhan Banser Kabupaten Bogor bergerak cepat memasuki wilayah Kampung Gunung Kembang, Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, menyusul terjadinya longsor dari bukit yang berada di sekitar daerah itu.

Mereka berjalan kaki, melewati jalan tanah yang licin, menyeberangi sungai sembari membawa puluhan kardus berisi makanan. Lokasi tersebut belum terjamah bantuan karena akses jalan tertutup.

Jembatan Kemanusian
Ahad 5 Januari 2020, BNPB menyebut, 60 orang meninggal akibat banjir. 2 masih dinyatakan hilang. Jumlah warga terdampak banjir dan longsor di Jabodetabek mencapai 409 ribu jiwa. Dari jumlah itu, lebih dari 173 ribu jiwa ada di tempat-tempat pengungsian.

Menjadi relawan membutuhkan hati selain kompetensi penanggulangan bencana, termasuk semangat dan energi.Situasi tak meski sama, ada yang mudah dijangkau, dan sebaliknya.

Situasi medan cukup berat membuat tim relawan belum bisa memasuki wilayah Kampung Gunung Julang, Desa Lebak Situ. Jalan diinformasikan pihak berwenang masih tertutup lumpur cukup tebal, dan masih terjadi longsoran.

Namun pada Selasa, 7 Januari 2020, Kampung Muara, Desa Ciladaeun, berhasil ditembus. Aktivitas daerah terdampak banjir bandang itu berangsur normal. Dapur umum yang diback up oleh Baznas sudah tersedia. 

Relawan yang berhasil masuk daerah yang berada di dekat pertemuan dua sungai besar, yakni Sungai Ciberang dan Sungai Cidurian, antara lain adalah Baznas dan Banser. 

Jalan semula tertutup longsor berhasil dibuka dengan alat berat sudah bisa dilewati kendaraan roda empat mulai pukul 11.00 WIB. PC GP Ansor Lebak dilaporkan bersiap mengirim bantuan logistik.

Himpunan informasi, daerah Ciuleksa Kabupaten Bogor, Jawa Barat terdampak bencana cukup parah juga berhasil dimasuki tim relawan. Warga sudah mengungsi ke Banjar Irigasi. 

Namun di Ciuleksa Utara, warga tidak mau mengungsi sehubungan telah membuat posko di depan balai desa sendiri. Pula warga di Ciuleksa Hilir, juga tidak mau mengungsi. 

Di Desa Cigobang, tim relawan bersama TNI, berhasil membujuk 417 warga untuk mengungsi ke Pusat Komando Pendidikan Latihan Tempur (Dodiklatpur) di Ciuyah.

Keberadaan kader Ansor dan Banser dalam bencana kemanusiaan akibat banjir dan longsor awal tahun ini terdokumentasikan dan terpublikasikan di akun media sosial para kader.

Sejumlah pihak mengapresiasi positif kiprah nyata pemuda NU di beberapa wilayah terdampak bencana. Diantara teriakan benci dan sebaliknya, Ansor dan Banser memilih sadar ketimbang ambyar. Dicaci tak tumbang, dipuji tak terbang dan perlu tagar terima kasih.

Dengan segala kekurangan, anak-anak muda NU yang dipimpin Gus Yaqut memilih menjadi jembatan kemanusiaan. Jembatan apa yang meminta ucapan terima kasih setiap membantu kendaraan melintasi sungai? 

Namun demikian, jika ada yang berteriak mana Ansor, mana Banser, maka tepuk dada kita dan jawab: ini!
 
 
Penulis adalah Gusdurian, Sontenger, Banser.