KH A Hasyim Muzadi
Umat Islam diuji kesabarannya di seluruh dunia. Setelah pernyataan Paus Benediktus XVI dalam kuliah umum di Universitas Regensburg, Jerman, yang bernuansa memojokkan Islam belum lama ini, tatkala ia mengaitkan jihad dengan pedang untuk menyebarkan Islam.
Sepekan lalu, Stasiun TV Denmark menayangkan rekaman video amatir aktivitas anak muda anggota Partai Antiimigran Rakyat Denmark (DPP) yang terlibat dalam lomba Kartun Nabi Muhammad. Kasus ini menjadi heboh, setelah dimuat harian lokal Denmark, Nyhedsavisen edisi 6 Oktober 2006.
Denmark tercatat sebagai rekor dalam sejarah penghinaan Nabi Muhammad, pasca kasus pemuatan 12 Kartun Nabi Muhammad oleh koran Jyllands-Posten, September 2005. Koran yang konon dikelola kaum fundamentalis Yahudi itu tiba- tiba menjadi rating dunia, karena pemuatan karikatur Nabi Muhammad bergulir ibarat bola salju dikutip media-media Barat mulai BBC TV-News Inggris, Die Welt Jerman, France Soir dan Le Monde Prancis, El Periodice Spanyol, De Volkskant Belanda, la Stanpa Italia, DVIslandia, hingga Magyar Hirlap Hungaria.
Dari Eropa kartun itu menyebar ke benua Amerika, Australia, Afrika dan Asia. Kali ini, anak-anak muda Denmark, kembali terlibat dalam lomba kartun yang mengolok-olok Nabi Muhammad. Dalam adegan rekaman video ditunjukkan Nabi Muhammad naik unta sembari menenggak bir, bahkan ada yang digambarkan seperti unta buang air kecil sambil minum bir dan teroris pemabuk yang sedang menyerang kota Kopenhagan (Ibu Kota Denmark).
Reaksi Islamo Fobia
Kasus lomba kartun Nabi Muhammad semakin memperkuat kesan bahwa sebagian komunitas Barat memakai standar ganda. Dalih kebebasan pers dan demokrasi dijadikan instrumen untuk memantik api permusuhan dan meningkatkan ketegangan hubungan antar peradaban.
Kita semakin yakin, bahwa kini agama sedang dibajak oleh kaum radikalis dan politisi yang mencoba membawa agama untuk kepentingan mereka dan bukan untuk kepentingan agama itu sendiri. Sudah saatnya dunia, mendefinisikan ulang tentang kekebasan pers dan kebebesan berekspresi.
Karena tidak hanya Islam yang dirugikan dalam kasus penodaan simbol-simbol sakral keagamaan ini, Kristen dan Budha dan lainnya sering menjadi obyek pelecehan dengan dalih kebebsan berekspresi ini. Kebebasan berekspresi tetap bisa diterima oleh umat dan agama, sejauh memberikan pencerahan dan tidak menginjak- injak keyakinan agama apa-pun dan merobohkan pilar-pilar toleransi beragama.
Fenomena Denmark ini menunjukkan bahwa saat ini ada serangan berencana yang dilakukan secara sistematis untuk menodai kesucian agama Islam. Fakta bahwa ini upaya sistematis dan terencana adalah data penelitian yang diungkap oleh Danish Watchdog, sebuah pemantau pers di Dermark yang didirikan oleh kaum imigran ENAR, menyebut 19 dari 24 editorial Jylland-Posten pada 2004 mengungkapkan pandangan negatif tentang etnis minoritas.
Sebanyak 88 dari 120 isu yang diangkat menyangkut etnis minoritas itu lebih intens ke persoalan Islam yang semuanya bernada negatif. Kecenderungan pembunuhan karakter oleh media itu juga berlangsung di negara-negara Eropa lainnya, sehingga menimbulkan kesalahan persepsi tentang Islam di benak masyarakat Eropa. Dan ini telah berlangsung jauh sebelum insiden 11 September di AS itu.
Kejadian ini sekaligus membantah anggapan banyak pihak bahwa umat Islam adalah sumber ekstrimisme. Sebab, kemarahan yang dilakukan oleh umat Islam selama ini hanya sebatas reaksi terhadap kejadian berulang-ulang yang menghina sakralitas Islam. Dus dengan demikian, mereka sendirilah yang menjadi sumber ekstrimitas dan fundamentalisme serta pemicu kekerasan dan konflik itu.
Anggapan bahwa kaum muslimin selama ini sebagai sumber konflik keagamaan dan konspirasi dalam kekerasan terbukti tidak benar. Dengan demikian opini dunia yang selama ini dibangun bahwa umat Islam sebagai sumber kekerasan maupun terorisme, sebenarnya hanya sebatas reaksi terhadap islamo fobia. Menghadapi upaya sistematis komunitas Denmark untuk memicu konflik dan kekerasan ini, umat Islam harus cerdik dan cermat serta terus melakukan konsolidasi dan meningkatkan ikatan persaudaran ukhuwah islamiyah.
Dengan demikian, posisi umat tidak mudah tergoyahkan dan tak mudah dipecahbelah oleh mereka yang sengaja akan memancing api dalam sekam. Dengan persaudaraan Islam yang kokoh, umat Islam tidak mudah diprovokasi oleh mereka yang menginginkan Islam rusak dan hancur. Kita berkewajiban melawan dan mengingatkan mereka yang berusaha menyeret agama sebagai sumber konflik.
Sebab, jika dibiarkan akan semak
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua