Opini

Belajar dari Keberhasilan Gerakan KOIN NU MWC Ngantru

Jum, 26 Januari 2018 | 06:00 WIB

Oleh Nuruddin

Pelan tapi pasti, itulah kalimat yang dapat saya simpulkan dari gerak langkah kemandirian NU di MWCNU (Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama) Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Bersama PAC Ansor Ngantru dan Banser, Senin malam, 22 Januari 2018, Kotak Infaq NU atau disingkat KOIN NU dibethok untuk dihitung bersama. Hasil yang saya ketahui—sementara dari 800 kotak—terkumpul Rp8.000.000 padahal sisa kotak yang belum dihitung adalah 1200 kotak. Jika dihitung rata-rata per kotak Rp 10.000, maka hasil tiap bula dari KOIN NU MWCNU Ngantru adalah Rp20.000.000, jumlah yang fantastis.

Dana yang terkumpul dari KOIN NU ini selanjutnya dicatat dan dilaporkan kepada organisasi dan masyarakat, serta ditasyarufkan untuk kepentingan melayani Jama'ah dan Jam'iyyah NU. Misalnya untuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, ataupun yang lainnya sesuai aturan yang berlaku dan membutuhkan prioritas penanganan demi jamaah dan jam'iyyah.

Secara tidak langsung, adanya KOIN NU di MWCNU Ngantru Tulungagung juga menjadi sarana konsolidasi organisasi, karena dengan adanya KOIN NU, minimal para pengurus lebih intensif bertemu dan membahas tindak lanjut setiap pertemuan. Sehingga energi yang dimiliki pengurus, jamaah dan jam'iyyah, benar-benar tersedot untuk hal-hal positif dan bernilai guna bagi jamaah dan jam'iyyah. Dengan kesibukan dan momentum bernilai saat berkumpul, para pengurus NU tidak sempat lagi menyisihkan energi untuk debat kusir atau orang Jawa menyebut dengan istilah "udhur pok" (debat tanpa hasil).

KOIN NU juga sebagai salah satu upaya membangkitkan rasa kepemilikan dan kebanggaan pada NU. Karena dengan kemauan mengeluarkan uang receh atau kertas yang dimasukkan di Kotak Infaq, minimal semangat berkidhmah kepada organisasi NU akan tergugah. Selain itu, sejak awal, NU sudah terbiasa mandiri tanpa mengharap pemberian dari luar NU. Sehingga NU memang gagah dan mampu berdiri sendiri sebagai organisasi yang sehat, kuat, dan rahmatan lil 'alamiin.

Lima Kunci Keberhasilan

Kunci keberhasilan MWCNU Ngantru adalah: segera memulai, memulai sosialisasi dengan tim khusus, dengan keluar masuk jam'iyyah serta menjelaskan semua poin yang terkait KOIN NU. Selain itu, MWCNU Ngantru juga segera memulai membuat kotak dengan 5 personel tukang profesional yang siap menerima pengerjaan pembuatan Kotak Infaq NU, dan memulai mengisi kotak dari sekarang dan secepatnya oleh kita yang sudah ada, selanjutnya ditularkan kepada teman saudara dan warga. Prinsipnya adalah "kalau tidak kita siapa lagi?" lantas "kalau tidak sekarang kapan lagi?"

Kunci kedua, mereka segera bergerak sambil belajar menutup kekurangan yang ada. Ketiga, menjalankan seluruh kegiatan dengan tanggung jawab sebagai kader penggerak. Keempat, menularkan pengetahuan dari yang bisa membimbing kepada yang belum bisa karena setiap manusia punya modal untuk bisa melakukan apa pun. Kelima, ada waktu khusus yang diluangkan ditengah kesibukan sehari-hari.

Sumber daya yang dimiliki NU sebagai organisasi yang turut melahirkan NKRI sangat luar biasa. Segalanya NU punya. Kelebihan, kekurangan, masalah, dan solusi bahkan laboratoriumnya, NU punya. Tinggal mana yang digerakkan, dan bagaimana cara menggerakkannya. 

Kemampuan menggerakkan sumber daya NU juga sangat variatif, ada yang tradisional, ada yang menggunakan pendekatan fiqih, ada pula yang menggunakan pendekatan sejarah. Semua pendekatan boleh digunakan, dengan tujuan kemaslahatan umat. Kadang yang jadi masalah adalah, pendekatan yang digunakan hanya untuk menghadang tujuan berjalannya sebuah program. Misalnya program KOIN NU (Kotak Infaq NU). Muncul berbagai pertanyaan, apakah para muassis (pendiri) NU juga melakukan penggalangan KOIN NU? Bagaimanakah hukum syar'i KOIN NU? Bagaimana tasharufnya? Bagaimana KOIN NU menurut UU yang ada di Indonesia? Sampai pada pertanyaan bagaimana jika infaq tidak usah dinamai NU.

Masyarakat harus dipahamkan bahwa para muassis NU punya Nahdlatut Tujjar yang bergerak di bidang perekonomian perdagangan, dana sumbangan organisasi juga dihimpun. KOIN NU ini, mengambil spirit para muassis NU yakni semangat kemandirian tanpa menggantungkan kepada siapa pun, termasuk pemerintah.

Jika dipertanyakan bagaimana hukum dan tasharufnya sampai pada posisi KOIN NU, ini sudah selesai dibahas di aturan, karena KOIN NU ini adalah gerakan nasional yang diresmikan oleh PBNU dan Koai Said juga rawuh di Sragen, Jawa Tengah. Masalah distribusinya, di Sragen mengambil segmen: pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pengembangan kampus NU. Bidang pendidikan misalnya bisa untuk membantu  beasiswa warga NU, membantu biaya pendidikan warga yang kurang mampu, dan lain-lain. Bidang kesehatan, kerja sama dengan Pemkab Sragen untuk mendirikan RSNU di empat titik sekaligus yang nantinya diperuntukkan layanan kesehatan warga NU. Bidang ekonomi, diperuntukkan memberi tambahan modal pedagang ethek atau membantu perbaikan gerobak dengan label NU. Kenapa itu dipilih di Sragen? Karena yang paling butuh ya empat prioritas tersebut. Lha PCNU, MWCNU di luar Sragen silakan disesuaikan dengan kesepakatan dan kondisi dimasing-masing.

Masalah di atas, juga harus didukung dengan keterbukaan wawasan bahwa menata sebuah gerakan harus dimulai dari diri sendiri, dan pengurus NU sendiri. Bagaimana mau menata orang lain kalau dirinya sendiri tidak bisa di tata? Bahasa saya, untuk berkhidmah kepada NU dalam hal apa pun hanya butuh orang dengan kriteria: pertama, "pinter" karena orang yang pinter akan punya perhitungan dan pertimbangan dalam segala langkahnya; kedua, "kober" (punya waktu) untuk ngurusi dan berkhidmah kepada NU. Banyak orang pinter, tapi mayoritas mereka tidak punya waktu (tidak kober); ketiga, "bener", benar dalam pelaksanaan, penataan, pengadministrasian, pelaporan, dan pelayanan. Maka jika kriteria "pinter, kober, dan bener" ini dapat dipenuhi, maka pekerjaan akan mudah dan selesai sesuai target dan harapan.

Keberhasilan MWCNU Ngantru dalam mengelola KOIN NU sehingga beberapa hari yang lalu dihitung dan dikumpulkan keseluruhannya dari KOIN NU, jika dirata-rata per Kotak berisi Rp 10.000, dan jumlah kotak MWCNU yang sudah beredar di MWCNU Ngantru Tulungagung adalah 2.000 kotak, maka gambaran kasar tiap bulanya adalah 20 juta uang receh terkumpul di MWCNU Ngantru. Bisa dibayangkan misalnya MWC NU Ngantru menyetop uang receh tersebut dalam dua bulan saja, saya yakin pasar dan toko di Ngantru akan kelabakan uang receh. 

Perlu kita belajar bagaiman MWCNU Ngantru Tulungagung memulai sosialisasi menyebarkan Kotak KOIN NU kepada warga. Pasca PKPNU, mereka dengan semangat bekhidmah kepada NU yang membara karena baru di-charge, kader NU sejumlah 72 kader ikut pawai Agustusan dengan pakaian kaos PKPNU satu peleton membawa bendera NU, dan bendera merah putih serta meneriakkan "Siapa kita?" "NU", "NKRI?" "Harga Mati", "Pancasila?" "Jaya". Padahal beliau-beliau adalah para kiai dengan usia di atas 60-an tahun. 

Selanjutnya semangat itu dikonversi menjadi aksi sosialisasi kepada warga NU dari rumah ke rumah, dari jamaah Yasin-Tahlil ke jam'iyyah NU. Semua dilalui dengan tekun, telaten, sabar, dan ikhlas. Bahkan Tim pembuat kotak juga ditata. Lima orang tukang kayu profesional menggarap kotak yang nantinya diedarkan ke warga yang berminat dan tidak terpaksa setelah mendapat sosialisasi. 

Sejatinya, pada bagian mengonversi semangat menjadi aksi inilah yang kadang terlupakan, muncul ego sektoral bahwa hanya dia yang super dan mampu, sehingga tidak melibatkan yang lain. Kadang juga, menganggap, ini pekerjaan manajemen, hanya butuh orang-orang pilihan. Memang betul ini pekerjaan manajerial, tapi tetap membutuhkan bantuan dari semua pihak, butuh kebersamaan, dengan tetap ada penanggung jawab.

Tulisan di atas saya kumpulkan dari berbagai sumber di Ngantru, baik langsung maupun tak langsung. Ada peran duo kembar Kaji Aya Nawafi' Maksum dan Kaji Ahmad Yuzki Maksum yang luar biasa mempola PAC GP Ansor Banser Ngantru menuju kemandirian NU. Sahabat-sahabat Ansor Banser, IPNU, IPPNU PAC, seluruh jajaran MWCNU Ngantru, Pak Tomy,  Kiai Mastur dan semua kader NU di Ngantru. "Bravo Ngantru Berdikari". Kalimat saya, "Pelan tapi Pasti!"


Penulis adalah pengurus Lakpesdam NU Tulungagung