Oleh Ana Ainiyatul Farihah
Tawaran beasiswa belajar mengalir deras dari mana-mana. Ada beasiswa dari perusahaan, negara, institusi pendidikan, dsb. Namun acap kali tak semua bisa mendapatkannya. Pemberi beasiswa mensyaratkan beberapa hal, salah satunya yaitu lulusan universitas ternama. Lalu bagaimana yang sudah jauh dari kota dan sebutlah ndeso bisa mendapatkan akses tersebut? Kalau begitu jangan khawatir, ada beasiswa dari Kiai untuk santri. Berikut salah satu cerita dari penerima beasiswa tersebut yang berhasil diinvestigasi.<>
Suatu waktu Djulian Martin berhasil lulus di salah satu institusi pendidikan yang cukup ternama. Institusi ini bergandengan dengan universitas tersohor di Indonesia. Djulian berhasil diterima dan kemudian jika ia ingin bersekolah maka ia harus memberikan uang pangkal yang sekian juta rupiah tak mampu ia bayar.
Ia teringat mentornya yang pernah menyemangatinya untuk melanjutkan pendidikan setamat SMA ke perguruan tinggi. Demikian sekiranya kata mentornya.
“Meskipun kita nggak punya duit kita harus bisa sekolah tinggi. Kita bisa bekerja mengajar, mencuci piring, ada beasiswa, dst. Saya pastikan pada kalian. …”
Dengan mantap mentor ini memotivasi karena ia yakin bahwa dimana ada individu disitu sudah tersedia rizki baginya. Ia mendorong anak-anak agar tidak memikirkan biaya terlebih dahulu tetapi lebih terkonsentrasi belajar agar lulus.
Djulian kemudian menghubungi mentornya dan mengajukan permasalahannya. Sang mentor gelagapan karena ia harus bertanggung jawab pada kata-katanya dulu.
Sang mentor memang mengenal beberapa orang yang punya kuasa dan uang namun ia tidak bisa semena-mena. Lagi pula salah satu orang yang dikenalnya hanya mau member beasiswa pada orang tertentu.
Si mentor kemudian memastikan melalui sms,
“Djulian apa kamu waktu kecil sering ikut ngaji?”
“Iya kak.”
“Kalau sekarang?”
“hm… sudah enggak kak.”
“Kenapa enggak?”, Kemudian Djulian menceritakan keengganannya.
”itu dia masalahnya. Ya sudah, sekarang kamu temui Kiai di dekat rumahmu. Kamu cerita keadaan kamu.”
Pagi itu, pergilah Djulian sesegera karena waktu tak banyak. Sesungguhnya sang mentor bukan mengajurkan untuk minta duit pada Kiai untuk bayar uang pangkal. Akan tetapi ingin memastikan apakah djulian benar-benar NU karena orang yang dikenalnya membatasi bantuan untuk anak muda NU. Selebihnya sang mentor belum tahu bagaimana membantunya.
Sore hari, Djulian sudah mengabari mentornya lagi,
“Kak makasih, saya sudah bayar uang pangkal,” mentonya bingung.
“Jadi ada seseorang yang dikenalkan pak Kiai dan ngasih saya bantuan .”
Kini Djulian bisa kuliah di Politeknik Negeri Jakarta dan bekerja, dibantu oleh orang yang tidak mau disebut namanya. Entah Gus siapa.
Memang tidak ada beasiswa dari Kiai namun penulis melihat ada beberapa bekal yang diwariskan oleh para Kiai yang sesungguhnya memungkinkan kita untuk terus belajar. Semangat untuk ber-himmatul ulya, belajar sampai hari tua, dsb merupakan bekal yang menjadi beasiswa itu sendiri untuk para santri.
Kemudian, jika ada laporan bahwa beberapa generasi sibuk les matematika tidak mau ikut pendidikan diniyah dan tidak ke pesantren, bukankah selain menyiakan pendidikan agama juga menyiakan ‘beasiswa’ dari Kiai berupa semangat dsb?
Pendidikan umum juga penting, tak ubahnya seperti menjadi astronot tak kalah penting dengan menjadi ustadzah (Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan). Mendulang beberapa vak ilmu juga hukumnya fardhu kifayah. Namun jika Kiai ditinggalkan karena tidak dianggap penting, mungkinkah korupsi dsb juga merupakan salah satu akibat meninggalkan Kiai, meninggalkan ajaran dan petuahnya? Pendidikan umum dan agama, penulis pandang sebagai dua hal yang penting untuk memajukan pendidikan Indonesia. Demikian tersebut adalah doa.
* Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia; mantan Ketua Internal PC PMII UI Depok; Anggota Tim Pesantren Kilat, Santri Go To Campus oleh Mata Air Foundation, 2010 &2012
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua