Banser Non-Muslim dan Kisah Enam Orang Buta Meraba Gajah
NU Online · Jumat, 5 Mei 2017 | 11:30 WIB
Bisakah setiap dari kita menentukan dilahirkan sebagai orang Arab, Jerman, Indonesia atau China? Jika jawaban atas pertanyaan tersebut bisa maka betapa dahsyatnya setiap dari kita. Tapi fakta yang ada, kita tak sedahsyat itu. Ada yang mau tunjuk jari dan mengaku bisa menentukan, memilih sendiri dilahirkan sebagai orang atau bangsa apa?
Pertanyaan tersebut patut diajukan ketika dunia maya gaduh dengan beredarnya foto Kartu Tanda anggota (KTA) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU bernama Lie Tjin Kiong dengan nomor anggota XII-01.26.06.160003.
(Baca: Heboh Hoax Non-Muslim Tionghoa Jadi Anggota Banser)
Banyak ungkapan rasis atas Lie Tjin Kiong, anggota Banser Satkoryon Tandes Surabaya tersebut. Adapula yang menuding Banser bukan hanya untuk orang Islam. Dalam konteks harakah (gerakan), bukan aqidah, pernyataan Banser bukan hanya untuk orang Islam seratus persen benar, karena Banser, sebagaimana tercantum dalam Nawa Prasetya memang juga untuk Indonesia yang beragam.
Namun salahnya juga seribu persen. Di mana letak kesalahannya? Ketidaktahuan yang mengingatkan cerita 'Kisah Enam Orang Buta dan Gajah'. Orang buta yang memegang bagian badan mengatakan bahwa gajah itu seperti dinding tebal. Lalu orang buta yang memegang bagian gading meyakini gajah itu bentuknya panjang meruncing dan tajam.
Pengenalan terbatas dan tidak utuh mengenai sesuatu atau mengenai seseorang dapat menyesatkan atau membingungkan karena jelas akan memberi informasi salah. Karena itu supaya gamblang, perlu kiranya penjelasan, supaya otak tidak kosong dan berisi.
Selain itu, perlu pula menyimak QS 49, Surat Al Hujurat Ayat 6: Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun binaba-in fatabayyanuu an tushiibuu qauman bijahaalatin fatushbihuu 'ala maa fa'altum naadimiin(a). Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Untuk diketahui, bahwa untuk menjadi anggota Banser tidak hanya selesai mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar). Namun juga harus berbai'at yang diawali dengan:
اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله
Bismillahirrahmanirrahim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullah (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Dan Muhammad adalah utusan Allah).
Bukankah Syahadat merupakan keharusan dibaca bagi siapa yang masuk Islam? Syahadat yang dalam bahasa Arab Asy-syahādah merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam sekaligus ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam.
Lantas bagaimana mungkin seseorang yang syahida, telah bersaksi Allah adalah tuhan dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah bukan Muslim? Adakah alasan tepat, bisa diterima akal sehat atas tudingan Banser bukan Islam?
Salah jugakah Lie Tjin Kiong karena terlahir sebagai China? Tidak berhakkah pengurus Masjid Cheng Ho, Surabaya, Jawa Timur yang mengikuti Diklatsar Banser pada tahun 2001 itu bersyahadat untuk menjadi muslim?
Penulis Asinfokom Satkornas Banser
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
3
Innalillahi, A'wan Syuriyah PWNU Jabar KH Awan Sanusi Wafat
4
RMINU Jakarta Komitmen Bentuk Kader Antitawuran dengan Penguatan Karakter
5
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
6
Pesantren Jawaban Kebutuhan Pendidikan Karakter dalam Dinamika Kota Global
Terkini
Lihat Semua