Oleh Badrul Munir
Saat berbuka puasa, kita terasa nikmat menyantap hidangan berbuka. Mengapa? Karena Allah memberi indra pengecap yakni lidah. Para ahli saraf berpendapat, terdapat jutaan sel pengecap di lidah manusia dan yang unik setiap sel bertugas menangkap setiap rasa secara "khusus" dari ratusan rasa yang ada. Itulah yang menerangkan kenapa ibu-ibu bisa memberi komentar kurang garam atau kurang merica setelah mencicipi makanan.
Di area lidah ada lokasi tersendiri untuk rasa yang berbeda, seperti rasa manis dirasakan lidah depan, rasa pahit dirasakan lidah belakang dan lainnya. Dan yang menakjubkan, area untuk rasa manis paling luas di seluruh lidah.
Itulah mengapa saat berbuka disunnahkan makanan manis seperti kurma, selain agar cepat dimetabolisme menjadi tenaga, juga agar memberikan "kenikmatan lebih" bagi yang berpuasa, dan satu salah kemurahan dari Allah SWT kepada hamba-Nya yang sedang puasa.
Selain lidah, indra pengecapan dibantu oleh indra pembau yang ada di rongga hidung. Ada jutaan sel khusus yang bertugas menangkap seluruh bau yang ada, bahkan masih banyak sel pembau yang tersisa yang disiapkan Allah yang belum dipakai manusia. Keduanya (indra pengecap dan pembau) bekerja sama menyalurkan impuls ke otak agar saat menyantap makanan berbuka terasa lebih nikmat.
Namun setelah beberapa suap makanan atau mendekati keyang, indra pengecap dan pembau menurunkan sinyal ke otak dan ini disebut "feed back mechanism", ditandai dengan tanda "berkurangnya rasa lezat" dalam lidah dan rasa mulai penuh dalam lambung. Saat itu seharusnya kita segera menghentikan aktivitas makan sesuai anjuran rasul (dan demi kesehatan).
Akan tetapi, sering kali kita kehilangan kontrol diri dan terus makan sampai kekenyangan. Bahkan malas shalat terawih akibat kekenyangan. Bukankah hakikat puasa adalah berlatih menahan diri (imsak) dan berlatih berbagi sesama? Lalu ke mana makna puasa saat kita berbuka bila berbuka tanpa sunnah rasul? Maka sesungguhnya ada "puasa" di balik nikmatnya berbuka puasa .
Selamat berbuka puasa (sesuai sunnah)
*) Dr Badrul Munir Sp.S, dokter spesialis saraf RS Saiful Anwar/FK Universitas Brawijaya Malang
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua