ASEAN DEFENSE FORUM (ADF): Rencana Amerika Hidupkan Kembali Persekutuan Militer di Asia Tenggara?
NU Online · Selasa, 17 Oktober 2006 | 09:11 WIB
Oleh: Hendrajit*
Amerika Serikat nampaknya semakin dilanda paranoid dan kecemasan yang semakin menjadi-jadi. Menurut salah satu sumber terpercaya, beberapa bulan terakhir, para penentu kebijakan keamanan pemerintahan Presiden George W. Bush sedang melakukan persuasi diplomasi tingkat-tinggi untuk membujuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN untuk membentuk semacam persekutuan militer di kawasan Asia Tenggara. Yaitu ASEAN DEFENSE FORUM (ADF). Dan Filipina didorong untuk tampil sebagai pemrakarsa utama terbentuknya organ militer tersebut.
Apakah ini akan mengarah pada pembentukan persekutuan militer Asia Tenggara ala SEATO(Southeast Asian Treaty Organization) seperti pada masa perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet? Memang belum bisa dipastikan dan sejauh ini belum ada konfirmasi dari kalangan anggota Komisi I DPR maupun instansi pemerintah seperti Departemen Luar Negeri maupun Departemen Pertahanan.
Namun demikian, beberapa sumber terpercaya (reliable sources) menginformasikan bahwa Amerika Serikat sedang melobi Filipina, salah satu sekutu utama Amerika di Asia Tenggara untuk memprakarsai terbentuknya ADF. Dengan kata lain, para penentu kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika ingin agar Filipina membujuk dan meyakinkan beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapore dan Thailand, supaya setuju untuk menggalang persekutuan pertahanan dan keamanan melalui ADF sebagai mekanisme untuk menjalin komunikasi dan koordinasi antar negara ASEAN sehingga bisa diarahkan untuk menjadi kekuatan militer yang pro Amerika.
Meski informasi lebih lanjut masih harus diklarifikasi, namun ada beberapa indikasi yang membenarkan informasi tersebut. Pertama, dalam bulan ini ada beberapa anggota DPR Komisi I yang berkunjung ke Filipina. Apakah ini ada kaitannya dengan rencana pembentukan ADF yang disponsori Amerika Serikat? Belum ada konfirmasi lebih lanjut. Namun sebagai sebuah tren, hal ini patut untuk dicermati secara seksama perkembangan selanjutnya.
Yang jelas, Filipina sejak awal perang dingin antara Amerika/Kapitalisme-liberalisme versus Komunisme Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina, memang merupakan sekutu terpercaya Amerika di kawasan Asia Tenggara.
Ketika Indonesia sebagai tuan rumah memprakarsai dan menyelenggarakan Konperensi Asia-Afrika di kota Bandung tahun 1955, Filipina termasuk yang secara minoritas tetap bersikukuh mendukung sikap Amerika Serikat yang skeptis dalam memandang Konperensei Asia-Afrika sebagai sebuah kekuatan ketiga yang berada di luar orbit Amerika maupun Uni Soviet sebagai negara komunis.
Karena itu wajar jika Amerika sangat mengandalkan Filipina untuk tampil ke depan sebagai pemrakarsa terbentuknya ADF yang diharapkan bisa menjadi sebuah persekutuan militer negara-negara Asia Tenggara dan diarahkan untuk melayani kepentingan-kepentingan strategis Amerika Serikat di Asia Tenggara baik di bidang politik, ekonomi dan militer.
Menurut salah seorang anggota DPR komisi I bidang pertahanan kepada penulis baru-baru ini, gagasan Amerika untuk membentuk ADF rasa-rasanya memang cukup masuk akal mengingat pemerintahan Presiden Bush akhir-akhir ini semakin dilanda kecemasan dengan semakin menguatnya pengaruh Republik Rakyat Cina di kawasan Asia Pasifik dan khususnya Asia Tenggara.
Amerika nampaknya semakin khawatir karena dalam berbagai prediksi yang mereka buat melalui riset beberapa lembaga pengkajian, meramalkan bahwa Republik Rakyat Cina akan muncul sebagai kekuatan raksasa di Asia Pasifik. Dan ini membuat Amerika semakin paranoid.
Apalagi pakar politik Amerika Samuel Huntington dalam bukunya yang tersohor the Clash of Civilization, membuat proyeksi di tahun 2010 bahwa Amerika dan Cina akan pecah perang berskala luas yang akan menyeret negara-negara lain di kawasan Timur Tengah maupun Asia Tengah. Yang tentunya pada akhirnya akan menyeret negara-negara kawasan Asia Pasifik untuk menentukan di pihak mana mereka berada di tengah konfrontasi antara kubu Amerika versus Cina.
Di sinilah pentingnya ADF sebagai gerakan preemptive Amerika untuk mengantisipasi skenario terburuk ketika harus melakukan konfrontasi terbuka dengan Cina di kawasan Asia Pasifik dan Tenggara khususnya. Jika menelusur berbagai skenario yang dibuat Huntington maupun para pakar politik dan strategi Amerika terhadap ancaman dari Cina, maka terbentuknya ADF bisa jadi bukan sekadar sebuah spekulasi tapi memang benar-benar ada suatu design dari Amerika untuk menggalang dukungan dari negara-negara Amerika untuk menetralisasi menguatnya dominasi Cina di Asia Pasifik.
Yang menjadi persoalan kemudian, jikalau ADF memang jadi kenyataan dan dirancang untuk menjadi organ kemiliteran dan keamanan yang melayani kepentingan Amerika di Asia Tenggara, maka bisa membawa beberapa implikasi sebagai berikut:
1. ASEAN sebagai kekuatan politik yang sejak berdirinya dimaksudkan sebagai kekuatan ketiga yang bersahabat secara seimbang dengan Ameri
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua