Obituari

KH Ahmad Ghazalie Masroeri, Manajer Ahli Rukyat dan Hisab

Rab, 19 Februari 2020 | 08:52 WIB

KH Ahmad Ghazalie Masroeri, Manajer Ahli Rukyat dan Hisab

KH Ahmad Ghazalie Masroeri (tengah) saat menghadiri peresmian Imah Noong pada 25 Januari 2014. (Foto: Imah Noong

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyebut KH Ahmad Ghazalie Masroeri sebagai orang alim dalam ilmu falak sehingga menjadi rujukan banyak pihak. Kiai Said dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan, selama Kiai Ghozalie hidup, selama itulah Lembaga Falakiyah PBNU akan diamanahkan kepadanya. 

Salah satu jasa besar Kiai Ghazalie adalah menjaga dan memastikan bahwa penanggalan NU berpegang teguh pada hitungan metode rukyat yang didukung hisab. Publik tahu, begitu vokal Kiai Ghazalie saat berbicara mengenai rukyat saat menentukan 1 Syawal yang disiarkan langsung oleh stasiun tv-tv swasta beberapa tahun lalu.  

“Orang selalu salah paham terhadap NU yang mengedepankan rukyat. Di zaman modern kok rukyat, bukan hisab. Itu kan tradisional. Orang seperti itu tidak tahu, justru NU itu gudangnya ahli hisab,” kata Kiai Ghozalie kepada NU Online pada 2012 saat menyambut Ramadhan 1433 H. 
 
Menurut Kiai Ghozalie, ahli rukyat NU adalah ahli hisab. Jadi, bisa kedua-duanya. Bukan berarti mengedapankan rukyat dengan meninggalkan hisab, tapi justru menggabungkannya. Kiai Ghazalie sendiri adalah ahli di kedua bidang itu karena memang santri dari ahli falak, KH Ahmad Turaichan, Kudus. 
 
Ketika kondisi matanya terganggu sehingga tak bisa melihat, tidak kemudian Kiai Ghazalie melemah dalam rukyat yang tentu saja mengedepankan fungsi mata. Ia kemudian mewakafkan dirinya menjadi manajer para ahli rukyat NU. 
“Saya juga perukyat, karena mata saya sudah begini, (kurang bisa melihat) jadi manajer para perukyat,” tegasnya.  
 
Di NU, Kiai Ghazalie memadukan para ahli hisab, ahli rukyat, ahli astronomi, sekaligus ahli fiqih untuk menghasilkan penanggalan yang berkualitas. Mereka berpendidikan dalam dan luar negeri. Ada yang dari Inggris, Prancis, ada juga dari lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), tapi latar belakang mereka adalah pesantren-pesantren NU. 
 
Di bawah manajer Kiai Ghazalie, Lembaga Falakiyah menciptakan metode-metode baru dalam penanggalan, misalnya Al-Mawaqid diciptakan Dr. Ir. Hafid, Samrotul diciptakan Fikr Ghazali Muhammad. Di masa dia pula Lembaga Falakiyah PBNU memiliki NUMO (Nahdlatul 'Ulama Mobile Observatory) yang digawangi Hendro Setyanto.
 
Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Zunus Muhammad