Nasional JELANG MUKTAMAR KE-34 NU

Usul Muktamar Daring, PCINU Pastikan Kesiapan Teknologi dan SDM

Rab, 1 Desember 2021 | 12:15 WIB

Usul Muktamar Daring, PCINU Pastikan Kesiapan Teknologi dan SDM

Logo Muktamar Ke-34 NU. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) sedunia mengusulkan agar Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama tetap dilaksanakan pada 23-25 Desember 2021. Namun, teknis pelaksanaannya dilakukan secara daring.


Menanggapi usulan itu, Ketua Panitia Pelaksana KH M Imam Aziz menyampaikan sangat mengapresiasi usulan dari PCINU ini.


"Ini usulan yang sangat baik. Usulan ini bisa menjadi pertimbangan PBNU," ujarnya kepada NU Online pada Rabu (1/12/2021).


Ketua PCINU Jerman, Muhammad Rodlin Billah, memastikan bahwa terdapat beberapa alternatif teknologi yang dapat memfasilitasi pelaksanaan Muktamar NU secara daring, sekaligus ketersediaan para ahli yang akan membantu implementasinya. Menurutnya, penggunaan teknologi semacam ini bukanlah sebuah halangan.


“Meski tentu kita masih perlu konsolidasi lebih jauh serta mempelajari dengan seksama, mana platform teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan panitia dan para masyayikh (kiai),” ujarnya.


Soal ketersediaan tenaga ahli, di lingkungan PCINU Jerman saja ada banyak sarjana teknologi informasi, jelasnya. Mulai dari tingkat sarjana, master, doktor, peneliti, bahkan profesor. Belum lagi menghitung tenaga ahli dari PCINU lainnya. Ia menyebut bahwa PCINU Inggris Raya, PCINU Jepang, PCINU Korea Selatan, dan PCINU Amerika Serikat - Kanada juga telah menyatakan dukungannya.


Namun, pria yang akrab disapa Oding itu menegaskan bahwa masih ada satu tantangan cukup besar, yaitu soal perubahan paradigma. Misalnya, soal kekhawatiran tidak optimalnya upaya penjelasan teknis penggunaan teknologi ini kepada para kiai. Ia yakin bahwa hal tersebut dapat diatasi bersama-sama dengan kecakapan yang dimiliki oleh Nahdliyin, baik dari lingkungan berbagai PCI maupun yang ada di Indonesia.


“Saya yakin ada banyak Nahdliyin yang praktisi IT, tidak hanya dari lingkungan PCI yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tersebut, namun juga di Indonesia. Setiap permasalahan besar menjadi ringan bila kita punya komitmen untuk melaksanakannya bersama-sama,” kata peneliti bidang komunikasi serat optik di Institut Teknologi Karlsruhe, Jerman, tersebut.


Apabila usulan PCINU Sedunia ini kemudian dianggap sebagai solusi terbaik oleh para masyayikh, maka tidak ada jalan lain selain mengusahakannya semaksimal mungkin hingga hari H tiba. “Usaha mesti kita maksimalkan, disamping juga dengan adanya dukungan dan keterlibatan para masyayikh, insyaallah bisa,” ujarnya.


Dua Pertimbangan

Oding menyampaikan bahwa ada dua pertimbangan penting yang perlu diperhitungkan sebelum memutuskan menggunakan suatu teknologi baru, khususnya dalam bidang teknologi informasi.


Pertama, adalah mengetahui dengan baik visi atau misi apa yang ingin dicapai oleh satu kegiatan ataupun organisasi tertentu, dan sampai dimana pencapaian tersebut dalam realitanya. Biasanya, antara kedua hal ini terdapat ruang kosong yang perlu diisi. Baru kemudian kita pelajari apakah terdapat beberapa alternatif teknologi yang dapat membantu mengisi ruang kosong tersebut.


Dengan demikian, kebutuhan panitia dan peserta Muktamar ke-34 mesti diterjemahkan dengan baik untuk kemudian dibandingkan dengan perkembangan terbaru dari berbagai aspek. Antara lain kesiapan venue Muktamar, seperti ketersediaan jaringan internet yang dapat diandalkan, khususnya saat diakses bersamaan oleh puluhan hingga ratusan orang. Tentu saja perkembangan Covid-19 yang mempengaruhi kebijakan pemerintah secara nasional, demikian juga kesehatan para masyayikh selama Muktamar berlangsung, juga mesti diperhitungkan.


Kedua, terdapat setidaknya empat parameter yang perlu dijadikan fokus saat menyeleksi alternatif teknologi yang ada. Apalagi dalam penyelenggaraan event sebesar dan sepenting Muktamar NU. Keempat faktor itu adalah keamanan (security) data yang harus dijaga. Diikuti dengan privasi, khususnya dalam rangka memastikan identitas yang menjadi perwakilan dari masing-masing pengurus. Kemudian integritas, bagaimana menjamin suara yang diberikan pemiliknya tak berubah mulai dari proses input sampai output datanya. Terakhir, pertimbangan agar sistem senantiasa berkelanjutan (sustainability).


“Idealnya, diskusi soal infrastruktur digital ini tidak hanya untuk keperluan Muktamar sekarang, tetapi bagaimana agar dapat digunakan untuk lebih jauh. Apalagi NU akan segera memasuki abad keduanya. Namun tentu saja, prioritas terdekat adalah bagaimana Muktamar dapat berlangsung dengan lancar” katanya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin