Jakarta, NU Online
Sebuah pawai karnaval TK dan PAUD di Probolinggo yang digelar pada Sabtu (18/8) lalu untuk memperingati HUT Ke-73 Kemerdekaan Indonesia menjadi viral. Pasalnya, ada salah satu kelompok peserta yang mengenakan jubah dan cadar hitam-hitam. Lebih mencengangkan lagi, anak-anak itu dilengkapi dengan asesoris replika senjata dari gabus.
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilai, pawai dengan memakai pakaian hitam-hitam sambil menenteng replika senjata tersebut merupakan bentuk propaganda radikalisme.
“Dalam konteks tampilan simbolik yang dikenal luas dalam masyarakat, pakaian hitam-hitam dan bedil otomatis itu cuma ada pada kelompok-kelompok radikal sejenis ISIS,” kata Gus Yahya di akun Facebooknya, Senin (20/8).
Dia mengaku curiga dengan kepala sekolah TK yang membiarkan anak didiknya melakukan hal demikian. Baginya, dengan menampilkan pawai berjubah hitam dan bersenjata sang kepala sekolah hendak menunjukkan bahwa apa yang dilakukan kelompok-kelompok radikal sudah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw.
“Kepala Sekolah TK yang bersangkutan memang berniat menciptakan artikulasi untuk memberi pembenaran atas kelompok-kelompok radikal itu sebagai “cermin perjuangan Rasulullah SAW,” jelasnya.
“Mustahil TNI dan Polri atau bagian mana pun dari kedua institusi itu tidak mampu memahami ini kecuali bermaksud melindungi orang-orang tertentu atau menyembunyikan kerusakan institusional yang menggerumuti dua lembaga itu akibat infiltrasi radikalisme,” tambahnya.
Gus Yahya mengaku aneh dengan apa yang dilakukan polisi, yaitu memburu pengunggah potongan video pawai anak - anak TK Kartika V-69 binaan Kodim 0820 Probolinggo di media sosial (medsos). Menurut Gus Yahya, pengunggah video itu berjasa karena telah memberikan peringatan kepada masyarakat akan bahaya radikalisme.
“Kalau itu dilakukan lantaran Polri atau TNI merasa dipermalukan, yang terjadi justru mereka semakin memalukan. Bahkan membahayakan negara,” tegasnya.
Sementara itu, sebagai penanggung jawab TK dan Paud Kartika yang berada di dalam naungan Kodim 0820 Probolinggo, Letkol Kav. Depri Rio Saransi menjelaskan, apa yang dilakukan TK terkait memang murni memanfaatkan properti yang ada di sekolah tersebut. Dia juga menegaskan kalau tidak ada maksud atau unsur sengaja untuk menunjukkan paham radikalisme.
“Ini hanyalah semata mata untuk menunjukkan bahwa ikut berpartisipasi dan bukan pemberian doktrin radikalisme,” katanya sebagaimana dikutip dari laman website Polres setempat.
Memburu pengunggah pertama
Kapolres Kota Probolinggo AKBP Alfian Nurrizal mengatakan akan mencari tahu siapa yang pertama kali mengunggah potongan video tersebut. Alfian menduga, pengunggah pertama video itu bisa saja memiliki tujuan dan motif lain seperti mencemarkan nama baik, penghasutan, atau SARA.
Alfian menyebut, langkah ini juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada unsur kesengajaan mengunggah video itu sepotong, tidak utuh. Jika video yang diunggah utuh, maka tidak akan ada kesalahpahaman dan keresahan karena tema yang diangkat dalam pawai adalah perjuangan Rasulullah dalam memperjuangkan Islam.
“Ini masih dugaan. Makanya kami akan mencari tahu dan akan kami buru siapa penyebar video ini ke medsos hingga akhirnya menyebabkan dampak seperti ini, meresahkan dan lainnya,” katanya. (Muchlishon)