Nasional BULAN GUS DUR

Saat Sejumlah Warga Papua Mengadu kepada Gus Dur di Kantor PBNU

Sel, 15 Desember 2020 | 07:15 WIB

Saat Sejumlah Warga Papua Mengadu kepada Gus Dur di Kantor PBNU

Gus Dur saat bertemu dengan warga Papua. (Foto: dok. Pojok Gus Dur)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU) Rumadi Ahmad mengisahkan soal kedekatan KH Abdurrahman Wahid dengan masyarakat Papua. Ia pernah menyaksikan beberapa orang Papua berdatangan ke Kantor PBNU dan mengadukan nasibnya di hadapan Gus Dur.


Pada 6-9 Desember lalu, Rumadi melakukan kunjungan ke Manokwari, Papua Barat. Terdapat pengalaman menarik. Rumadi berhasil mengisahkan pengalamannya dengan sangat baik. Ia juga mampu membuat seorang rakyat Papua, terngiang dengan jasa Gus Dur. 


Di sela-sela kunjungan tersebut, Tim Kedeputian V Kantor Staf Kepresidenan (KSP) diundang Dewan Adat Papua  Wilayah III Domberai (Manokwari, Sorong, Raja Ampat).


“Ketua Dewan Adatnya (Wilayah III Domberai) seorang anak muda cerdas, Manawir Paul Vincen Mayor, namanya. Usianya baru 28 tahun. Lulusan Perguruan Tinggi di Bandung. Kami dan rombongan disambut dengan upacara adat,” kata Rumadi dikutip NU Online, Selasa (15/12) dari faceboooknya.


Lalu dialog dilakukan. Rumadi bersama Kedeputian V KSP mendengar berbagai keluhan soal Papua dan Indonesia, Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus), identitas Orang Asli Papua (OAP). Bahkan ada seorang ibu mengadukan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang tidak bisa digunakan.


“Seluruh keluh kesah ditumpahkan dan kami dengarkan,” kata Rumadi.


“Di depan saya duduk ada orang tua yang sejak saya masuk ruangan, lebih banyak banyak diam. Namun Paul Mayor, selalu menyebut namanya Wempi Kambo sebagai saksi sejarah. Usianya 78 tahun,” lanjut Rumadi.


Menjelang akhir pertemuan, Wempi Kambo diberi kesempatan bicara. Di usianya yang sudah senja, Wempi bicara dengan sangat tertata. Ingatannya masih tajam. Setelah mengungkapkan berbagai persoalan, Wempi mengatakan sesuatu yang menohok.


"Saya tidak butuh pembangunan. Bangsa Papua lebih ingin dihargai kemanusiaannya, jangan terus dibantai. Hargai harkat dan martabat kami,” demikian potongan pernyataan Wempi yang ditulis Rumadi.


Saat diberi kesempatan memberi tanggapan, Rumadi mengatakan bahwa kedatangannya bersama tim ke Tanah Papua bukan semata karena bekerja di KSP. Namun alasan kedatangannya adalah karena sebagai sesama manusia. 


“Dalam melihat Papua, saya mengikuti Gus Dur. Saya ini ABG (Anak Buah Gus Dur) yang ingin mengangkat harkat dan martabat Bangsa Papua karena kemanusiaanya,” tegas Rumadi dalam forum di Papua.


“Gus Dur hanya memberi dua hal kepada rakyat Papua untuk mengangkat harkat dan martabatnya, yaitu mengganti Irian Jaya menjadi Papua dan memperbolehkan bendera Bintang Kejora dikibarkan tapi harus tetap di bawah bendera Merah Putih,” imbuh Rumadi.


Selain itu, katanya, Gus Dur pun turut membantu Kongres Rakyat Papua pada 2000 silam. Momentum tersebut menjadi sangat berharga bagi rakyat Papua.


Mendengar penjelasan itu, Wempi Kambo seketika berdiri dan menyatakan bahwa setelah acara ia ingin berbicara dengan seorang yang ia tunjuk dengan jemarinya yakni Rumadi. Seorang yang mengaku sebagai Anak Buah Gus Dur itu.


“Saya tentu deg-degan, ada apa gerangan Pak Wempi mau bicara khusus dengan saya,” ungkap Rumadi.


Saat acara selesai dan ditutup, Rumadi bergegas menghampiri Wempi Kambo. Dengan seketika, tangan Rumadi dipegang erat dan Wempi berkata, “Saya bersyukur bisa bertemu dengan Anak Buah Gus Dur.”


Kemudian Wempi melanjutkan dengan bercerita banyak hal. Termasuk perjumpaannya dengan Gus Dur. Soal nama Papua, Bendera Bintang Kejora, dan Kongres Rakyat Papua pada 2000 diceritakan Wempi dengan fasih seraya matanya berkaca-kaca.


“Kami bangsa Papua sangat hormat kepada Gus Dur,” kata Wempi mengkahiri pembicarannya sambil melepas tangan Rumadi.


Pada 9 Desember sebelum ke Bandara, Rumadi bersama Tim KSP meninjau Tempat Pemungutan Suara Pilkada di dekat Kantor Dewan Adat Papua. Ia lantas mampir sejenak ke Kantor Dewan Adat itu. Di sana, terlihat seorang Wempi Kambo.


Seraya Rumadi pamit untuk pulang Jakarta, Wempi masih saja menyerukan kalimat yang sebelumnya ia katakan. “Kami Bangsa Papua sangat hormat pada Gus Dur. Saya bahagia bisa ketemua anak buah Gus Dur,” kata Wempi.


Pengalaman tersebut, kata Rumadi, menambah deretan cerita soal Gus Dur yang jejaknya untuk menggalang perdamaian serta mengangkat harkat dan martabat rakyat Papua dengan begitu nyata.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad