Nasional

NU dan NKRI Tidak Terpisahkan Selamanya

NU Online  ·  Selasa, 24 Januari 2017 | 10:06 WIB

Jakarta, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdhatul Ulama (STAINU) Jakarta menyelenggarakan kuliah umum dengan narasumber Wakil Ketua Lakpesdam PBNU H. Ahmad Baso. Seluruh mahasiswa STAINU Jakarta beserta dosen mengikuti kuliah mengawali pertemuan pertama semester genap.

"NU dan NKRI tidak akan dipisahkan selamanya, bagaikan melindungi orang kepanasan, menunjukan jalan yang benar bagi orang yang kesasar, melarang orang yang mengalami kegelapan," ujar Ahmad Baso di kampus yang berlokasi di Yayasan Miftahul Huda, Cengkareng, Jakarta Barat, Ahad ( 22/1 ). 

Menurut dia, NU membangun ikatan kebersamaan pada segenap penduduk Indonesia tanpa melihat latar belakang keyakinan dan agamanya. Bahkan sebelum Indonesia merdeka, para pejuang dan pahlawan serta syuhada mayoritas dari kalangan santri dan ulama pondok pesantren yang berafiliasi dengan NU. 

Sehingga, lanjut pria yang pernah nyantri di Pesantren An-Nahdlah Makassar (1985-1990) dibawah asuhan Anregurutta Muhammad Haritsah AS, itu keberadaan NKRI ini dibangun di atas tulang berulang para syu'hada, santri, dan ulama tanpa pamrih.

"Para penguasa dan pejabat di Nusantara ini harus menegakkan keadilan tidak mengunakan akal pikiran saja, melainkan menggunakan hati nurani ke-NU-an," kata penulis buku Agama NU untuk NKRI tersebut.

Salah satu mahasiswa STAINU Jakarta bertanya kepada narasumber, bagaimanakah sumbangsih NU untuk mempertahankan UUD 1945 dan Pancasila.

"Hakikat musyawarah itu tidak dapat tergantikan yaitu asas kekeluargaannya, tradisinya dan pondasi. Itu tidak dapat diubah-ubah. Dan yang diubah dari UUD 1945 itu hanyalah bajunya saja, tetapi makna dan filosofi undang- undang tentang ekonomi, adat, agama, dan kemakmuran rakyat Indonesia tetaplah pada pondasinya yaitu Pancasila," jawab Ahmad Baso, anggota Komnas HAM RI (periode 2007-2012).

Kalau, Indonesia diubah dengan sistem lain, lanjut Ahmad Baso, warga NU dan mayoritas umat Islam tidak akan menerima sistem baru yang belum teruji dengan membuang sistem pemerintahan yang telah menjamin pemerintahannya.

"Dengan sejumlah alasan tersebut, tidak ada pilihan bagi warga NU, kecuali semakin mantap dalam berjam'iyah serta kukuh menjaga negeri ini. Bahkan dikatakan bahwa NKRI harga mati," pungkasnya. (Elsa Ruspandi/Abdullah Alawi)