Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
NU Online · Selasa, 17 Juni 2025 | 20:30 WIB

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU, pada Selasa (17/6/2025). (Foto: TVNU/Junaidi)
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengingatkan umat Islam agar tetap berpegang teguh kepada para ulama yang istiqamah dalam menyampaikan kebenaran, terutama di tengah situasi zaman yang penuh kegaduhan dan guncangan. Ia menyebut masa ini sebagai zaman pengayakan, sebagaimana digambarkan Rasulullah, yakni ketika manusia disaring dan hanya yang teguh pada kebenaran yang akan bertahan.
“Ini zaman guncangan, zaman kegaduhan. Tapi dari sana akan terpilih manusia-manusia yang tersaring. Rasulullah sudah menggambarkan itu dalam haditsnya,” ujar Kiai Miftach dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, pada Selasa (17/7/2025).
Kiai Miftach mengutip sabda Nabi Muhammad yang menyebut bahwa akan datang suatu masa ketika umat seperti digerakkan oleh alat pengayak, hingga sulit ditemukan manusia yang benar-benar amanah.
"Yang tinggal hanya sisa-sisa, dan bahkan yang sisa pun bercampur antara yang jujur dan tidak," jelasnya.
Dalam situasi seperti itu, Rasulullah berpesan agar umat tetap bersama jamaah ulama dan memegang teguh apa yang mereka kenal sebagai kebaikan.
"Ambil yang kamu kenal sebagai kebaikan, tinggalkan yang kamu ingkari. Peganglah jamaah," tegasnya.
"Sekarang ini pribadi-pribadi sulit dikenali, maka peganglah jamaah ulama yang istiqamah menyampaikan kebenaran." tambahnya.
Kiai Miftach juga menyinggung fenomena maraknya buzzer (pendengung) yang mendominasi opini publik dan membentuk narasi-narasi sesat di ruang digital. Menurutnya, kekuatan opini hari ini sudah menjadi industri yang sulit dilawan dengan cara biasa.
"Ketua Umum (Gus Yahya Cholil Staquf) tadi menyampaikan bahwa sekarang ini adalah zaman permainan kekuatan buzzer. Kalau kita mau hadapi dengan buzzer juga, biayanya sangat mahal. Ini era power of opinion," ujarnya.
"Apa yang kita sampaikan bisa dipotong, digoreng, dibakar jadi isu baru. Dan itu bisa menyudutkan siapa saja, termasuk ulama," jelas Kiai Miftach.
Meski demikian, Kiai Miftach menegaskan bahwa para pengurus dan warga NU tidak boleh terseret ke dalam permainan tersebut.
"Kita ini diberi ujian dalam mengemban amanat. Apa yang bisa kita lakukan bukan ikut permainan mereka, tapi tetap menyampaikan kebaikan, menyelamatkan umat," ucapnya.
Kiai Miftach juga menekankan pentingnya menjaga niat dalam berkhidmah kepada umat, terlebih dalam rangka melanjutkan perjuangan para muassis Nahdlatul Ulama.
“Kalau kita tetap di garis para muassis, dan niat kita benar untuk khidmah dan membanggakan perjuangan mereka, insyaallah pahala kita akan berlipat-lipat,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
6
Tuntutan Tak Diakomodasi, Sopir Truk Pasang Bendera One Piece di Momen Agustusan Nanti
Terkini
Lihat Semua