Nasional

Muslimat NU: Jaga Kesehatan Mental Anak, Keluarga adalah Sekolah Pertama

Sab, 17 April 2021 | 12:45 WIB

Muslimat NU: Jaga Kesehatan Mental Anak, Keluarga adalah Sekolah Pertama

Ketika anggota keluarga sebagai lingkungan mampu mengelola stres dengan baik maka akan membawa dampak positif bagi sekitar.

Jakarta, NU Online 
Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pengurus Pusat Muslimat NU (PP Muslimat NU), Hj Yaniah Wardani Ny Yaniah mengatakan bahwa keluarga berperan penting mendampingi anak-anaknya, terlebih di masa pandemi. Keluarga wajib memperhatikan kesehatan mental terutama pada anak usia dini oleh seluruh orang tua. 

 

"Sebab, jika orang tua abai memperhatikan kesehatan mental anak, bisa menyebabkan gangguan emosional, masalah prilaku yang menghambat tumbuh kembang anak dalam proses belajar dan bersosial," kata Hj Yaniah saat membuka sambutan pada acara Webinar Nasional Islamic Parenting yang diadakan oleh PP Muslimat NU secara virtual Sabtu (17/4).

 

Ia mengutip pepatah populer dalam Islam, al ummu madrasatul ula, yang berarti juga keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak. "Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anak dalam pembangunan mental dan pembentukan karakter," kata Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Muslimat NU ini.

 

Ny Yaniah menambahkan bahwa survai menyatakan, anggota keluarga yang rentan terkena gangguan stres adalah ibu. Pasalnya berbagai peran domestik yang dijalani seperti mengasuh anak dan mengelola rumah tangga. Mengutip psikolog anak dan keluarga, bahwa seorang ibu mempunyai peran dua per tiga lebih banyak daripada seorang ayah.

 

Peran penting lainnya adalah emotion work (pusat emosi). Semua (perempuan) sadar dirinya sebagai pusat emosi di rumah. "Selain itu, peran lainnya juga mental work (pusat mental) yang meliputi pendelegasian tugas keluarga, keuangan, konsen kesehatan, dan masalah gizi keluarga," terang Ny Yaniah.

 

Ny Yaniah mengklasifikaskan gangguan stres masa pandemi ke dalam beberapa kategori. Pertama, stres akademik yang dialami oleh siswa hingga mahasiswa. Kedua, stres di tempat bekerja. Ketiga, stres dalam keluarga.

 

"Stres dalam keluarga sangat potensial dialami oleh ibu rumah tangga, karena kebijakan pembelajaran di rumah yang membuat ibu rumah tangga mendadak harus mendampingi putra-putrinya belajar di rumah dengan segala persoalannya tentunya," lanjutnya.

 

Kendati demikian, Ny Yaniah menjelaskan terdapat dua kata kunci dalam mengelola stres, yaitu, keluarga dan emosi. Ketika anggota keluarga sebagai lingkungan mampu mengelola stres dengan baik maka akan membawa dampak positif bagi sekitar. Misalnya, meningkatnya produktivitas, kreativitas, dan inovasi sehingga mampu menghasilkan suatu hal yang baik. 

 

"Sedangkan anak di dalamnya adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, lingkungan sekitar anak, yaitu, keluarga, sekolah, pemerintah harus menciptakan anak yang berkualitas dan sehat baik secara fisik maupun mental. Karena kesehatan mental anak adalah suatu investasi yang sangat penting untuk membentuk generasi yang baik," jelasnya. 

 

Melalui Islamic Parenting ini, Ny Yaniah menekankan kepada para orang tua agar dapat menjaga emosinya lebih stabil ketika mendampingi anak-anaknya. "Apabila setiap individu tidak dapat mengelola emosinya maka hidupnya akan penuh dengan prahara dan kendala. Na'udzubillah," ungkapnya. 

 

Ditambahkan, dalam perspektif Al-Qur'an ada beberapa ayat yang bisa dijadikan tips mengelola emosi. Misalnya, Surat Yusuf mengingatkan untuk memperbanyak dzikir, memaafkan orang lain, dan berlaku sabar. 

 

"Yang harus kita pegang sebagai kunci sukses, keberhasilan, serta kemenangan dalam menjalani seluruh kehidupan, karena kesabaran yang terpancar lewat keimanan bisa mewujudkan ketenangan batin," tegasnya.

 

Kontributor: Syifa Arrahmah 
Editor: Kendi Setiawan