Nasional

LPBINU: Sikap Pahlawan adalah Kurangi Risiko Bencana dan Dampak Perubahan Iklim

Sel, 10 November 2020 | 07:30 WIB

LPBINU: Sikap Pahlawan adalah Kurangi Risiko Bencana dan Dampak Perubahan Iklim

Ali Yusuf (Foto: NU Online/Syakir)

Jakarta, NU Online
Hari Pahlawan yang diperingati oleh bangsa Indonesia setiap tanggal 10 November menjadi perhatian tersendiri bagi lembaga penyelamat lingkungan seperti Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama. Sikap pahlawan yang bisa diadopsi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah berbuat baik kepada alam semesta agar tidak berdampak buruk kepada kehidupan makhluk hidup dan umat manusia itu sendiri. 


Menurut Ketua LPBI NU, Muhammad Ali Yusuf, sikap pahlawan saat ini tentu bukanlah sesuatu yang mustahil untuk ditumbuhkan. Bangsa Indonesia dapat melakukannya dengan bersama-sama mengurangi risiko bencana, merespons adaptasi perubahan iklim dan melakukan pelestarian lingkungan hidup. Ketiganya, kata dia, berperan untuk melindungi umat manusia dari dampak yang muncul seperti bencana alam dan bencana non alam yang saat ini kerap kita jumpai. 


“Siapa pun dia dari mana pun dia yang memang sadar melakukan aksi untuk mengurangi risiko bencana juga merespons perubahan iklim juga melestarikan lingkungan hidup patut jadi pahlawan hari ini,” kata Ali Yusuf , Selasa (10/11). 


Ia menambahkan, orang-orang yang sadar dan melakukan aksi yang mendorong tidak terjadinya dampak buruk bagi lingkungan hidup  harus ada diantara bangsa Indonesia. Mereka merupakan penyelamat umat manusia dan makhluk hidup lainnya. 


Risiko bencana di Indonesia, lanjutnya, masih sangat tinggi. Perlu ada perhatian khusus dari kita sebagai makhluk yang mengisi keberlangsungan hidup di dunia ini. Hal ini bisa dimulai dengan meningkatkan kesadaran kita terhadap pentingnya merawat lingkungan hidup. 


Beberapa bencana yang muncul akibat perubahan iklim dan memburuknya kondisi lingkungan hidup kita misalnya banjir bandang, longsor dan tsunami. Semuanya jelas akan mengganggu habitat makhluk hidup dan merugikan masyarakat.  


“Sekecil apapun yang dilakukan orang, kalau dia konsisten dan melakukan upaya untuk risiko bencana dan mengendalikan dampak perubahan iklim sekecil apapun layak disebut pahlawan hari ini,” katanya. 


Menurut Ali Yusuf, merekalah sejatinya hamba Allah yang mengimplementasikan ajaran agama. Sebab, agama cukup tegas melarang umat manusia berbuat tidak adil kepada alam semesta. Berbuat tidak adil itulah yang diyakini sebagai sikap merusak dan mengeskploitasi lingkungan hidup yang ada. 


“Paling utama harus kita lakukan adalah kita harus sadar risiko bencana, bahwa di lingkungan kita termasuk daerah rawan bencana. Kedua, kita harus melakukan pengurangan potensi bencana melalui kerja sama antar individu,” tuturnya. 


Ali Yusuf mencontohkan, misal saja bagi masyarakat yang tinggal di kawasan yang rawan banjir. Sebisa mungkin bersama masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Sebaliknya, sampah yang berpotensi menyumbat air harus dikendalikan dengan membersihkannya setiap waktu. 


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Abdullah Alawi