Nasional

Konflik Poso Dulu Telah Selesai, Masyarakat Jangan Lagi Terprovokasi

Sel, 1 Desember 2020 | 16:15 WIB

Konflik Poso Dulu Telah Selesai, Masyarakat Jangan Lagi Terprovokasi

Ilustrasi terorisme. (NU Online)

Jakarta, NU Online

Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imdadun Rahmat mengingatkan kepada masyarakat agar jangan terprovokasi dengan aksi teror yang dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Ali Kalora. Mereka memang sengaja melakukan itu dengan tujuan menebar ancaman ketakutan.


“Sikap kita sebagai masyarakat tentu tidak boleh terprovokasi oleh aksi ini, khususnya kaum Kristiani tidak terprovokasi kemudian melakukan tindakan kekerasan sebagai balasan terhadap ini karena konflik agama di Poso itu sudah selesai,” katanya kepada NU Online pada Selasa (1/12).


Oleh karena itu, Imdad menegaskan agar jargon tidak takut kepada terorisme itu harus terus disosialisasikan. Sebab, jika masyarakat merasa takut dan tidak aman secara berlebihan, menurutnya tujuan mereka tercapai.


“Terorisme perlu diwaspadai tapi kita tidak boleh ketakutan berlebihan karena kita Masyarakat takut dan merasa tidak aman secara berlebihan maka sesungguhnya tujuan dari para teroris itu tercapai


Pemerintah juga, menurutnya, tidak akan tinggal diam dan akan mengambil langkah-langkah tegas. “Kita berharap anjuran Presiden untuk mengerahkan polisi dan TNI untuk memberantas terorisme akar-akarnya di Poso dan sekitarnya bisa terlaksana dengan baik,” kata Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute itu.


Lebih jauh, Ketua Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) 2016-2017 itu meminta kepada seluruh masyarakat agar mempererat persatuan dan kesatuan, tali persaudaraan sesama bangsa Indonesia, agar terorisme musnah.


“Kita mesti menguatkan barisan sesama anak bangsa untuk melawan upaya provokasi perpecahan semacam ini,” katanya.


Imdad menegaskan bahwa Perdamaian Malino yang sudah diterima oleh semua pihak menjadi solusi dari konflik yang terjadi di wilayah Poso. “Jadi, ini adalah tindakan terorisme bukan konflik antar agama lagi,” ujarnya.


Ia juga mengingatkan pemerintah agar tidak melepaskan perhatiannya pada sel-sel teroris yang sedang tidur. Pengawasan terhadap mereka harus tetap dilakukan agar tidak ‘kecolongan’ lagi sehingga peristiwa yang tidak diinginkan dapat dicegah.


“Tidak memfokuskan pada Jawa saja. Jadi jangan menyepelekan sel-sel yang sedang tidur, tetap menaruh perhatian terhadap seluruh sel-sel yang ada,” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad