Nasional

Kasus Teror di Sigi, Densus 99 Asmaul Husna: Kelemahan Intelijen

Sel, 1 Desember 2020 | 09:15 WIB

Kasus Teror di Sigi, Densus 99 Asmaul Husna: Kelemahan Intelijen

Komandan Detasemen Khusus (Densus) 99 Asmaul Husna Gerakan Pemuda Ansor Nuruzzaman. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Kejadian aksi terorisme yang sangat keji dan biadab yang dilakukan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora beberapa hari lalu di Sigi, Sulawesi Tengah mendapat perhatian dari Komandan Detasemen Khusus (Densus) 99 Asmaul Husna Gerakan Pemuda Ansor Nuruzzaman.


“Memang kalau mau jujur (kejadian di Sigi itu) kelemahan intelijen. Badan Intelijen Negara (BIN) tidak terlalu serius menindak atau masuk ke dalam mereka dan memberikan informasi yang baik kepada aparat keamanan,” katanya kepada NU Online, Selasa (1/12) siang.


Jika BIN bekerja dengan baik, katanya, informasi pasti akan didapat dengan mudah. Kemudian informasi tersebut diberikan kepada aparat keamanan untuk mencegah terjadinya aksi terorisme seperti di Sigi.


“Artinya, kalau informasi intelijen ini didapat dari BIN misalnya, maka hal-hal seperti ini tidak akan terjadi dan bisa dihindari,” tegas Kang Zaman, sapaan akrabnya.


Menurutnya, aparat keamanan selama ini sudah bekerja secara maksimal. Sementara dalam kasus Sigi, fokus kerjanya ada di aparat intelijen khususnya BIN. Seharusnya lembaga intelijen negara itu memperhatikan berbagai ancaman yang terjadi di Indonesia. 


“Seperti ancaman tahunan di setiap bulan Desember, mereka (BIN) harus paham dan kemudian membagi informasi ini kepada seluruh aparat. BIN harusnya tidak kecolongan,” katanya. 


Lebih jauh ia mengatakan bahwa tindakan terorisme tidak akan terjadi begitu saja tanpa ada rentetan atau tahapan kejadian sebelumnya. Saat ini, katanya, ekstremisme agama serta politik identitas dengan mengatasnamakan agama sangat menguat. 


Selain itu ditambah pula dengan beredarnya video sekelompok orang menyerukan azan dan menyelipkan kalimat Hayya Alal Jihad. Hal tersebut, menurut Kang Zaman, salah satu pemantik dari munculnya radikalisme dan terorisme di Indonesia.


“Jadi hal-hal seperti itu menurut saya juga harus diantisipasi secara serius oleh pemerintah. Kalau memang melanggar hukum maka harus diproses secara hukum, karena itu sudah membuat teror dan ketakutan banyak orang. Bahkan membuat ancaman kepada pemerintah,” tutur pria asli Cirebon, Jawa Barat ini.


Dengan tegas, ia menekankan agar pemerintah tidak perlu takut untuk menghadapi berbagai kelompok yang ingin mengacaukan negeri ini. Sebab pemerintah pasti memiliki semua instrumen secara lengkap.


“Pemerintah nggak usah takut karena punya senjata, masa takut dengan orang yang membawa golok? Ini harus dihadapi karena menjadi bagian dari alur kekerasan atas nama agama di Indonesia,” tegasnya.


Ia mendukung pemerintah untuk melakukan penumpasan terhadap kelompok yang kerap menyebarkan ancaman dan aksi teror di Indonesia. “Apa pun kelompoknya harus ditumpas oleh negara itu tidak boleh didiamkan saja. Kita mendukung apa pun yang dilakukan pemerintah,” katanya.


Sementara itu, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan pernyataan terhadap kasus terorisme yang terjadi di Sigi, beberapa hari lalu. Katanya, ia mengutuk keras segala bentuk tindak teror yang di luar batas kemanusiaan. 


“Saya perlu menegaskan bahwa tak ada satupun tempat di Tanah Air bagi tindak terorisme. Tindakan yang biadab itu jelas bertujuan untuk menciptakan provokasi dan teror di tengah masyarakat yang ingin merusak persatuan dan kerukunan di antara warga bangsa,” tegas Jokowi dikutip NU Online dari laman facebook resminya, hari ini.


Ia mengaku telah memerintahkan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) untuk mengusut tuntas jaringan pelaku teror hingga ke akar-akarnya. “Kepada Kapolri dan Panglima TNI, saya juga menginstruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan,” tuturnya.


Selain itu, ia juga menyampaikan rasa belasungkawa mendalam bagi keluarga korban. Ditegaskan Jokowi, pihaknya akan memberikan santunan bagi keluarga mereka yang ditinggalkan.


“Saya juga mengajak seluruh masyarakat untuk tenang dan tetap menjaga persatuan sambil meningkatkan kewaspadaan. Dalam kondisi saat ini, semua elemen masyarakat harus bersatu melawan terorisme,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad