Nasional

Kiai Said Ingatkan Pentingnya Jalin Rekonsiliasi

NU Online  ·  Senin, 25 Agustus 2014 | 12:01 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengingatkan pentingnya menjalin kembali persaudaraan dan rekonsiliasi. Momentum kali ini sangat tepat setelah pelaksanaan pilpres dan bulan Syawal, yang bagi umat Islam merupakan bulan untuk saling bermaaf-maafan.
<>
Hal ini disampaikannya ketika memberi tausiyah pada halal bihalal PP Muslimat NU yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (25/8).

Ia mengingatkan peristiwa pembukaan kota Makkah setelah selama delapan tahun Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Namun, peristiwa tersebut tidak dilakukan dengan gagap gempita dan sorak-sorai kemenangan untuk membalas dendam melainkan sebagai upaya rekonsiliasi dan pemberian amnesti untuk mempersatukan kembali.

“Islam bisa berkembang karena kesopansantunan, kelembutan dan pemberian simpati,” jelasnya.

Bahkan bukan hanya memberi maaf, Rasulullah juga mengajak penduduk Makkah untuk bermusyawarah untuk menjalankan kehidupan bersama yang lebih baik.

“Islam adalah agama yang memberi rahmat,” tegasnya. 

Terkait dengan kekerasan yang dilakukan oleh Islamic State of Irak and Syam (ISIS), yang membunuh dengan semena-mena orang yang tidak berdosa, ia mengatakan, tidak ada kekerasan dalam agama. 

Ia menegaskan, untuk menciptakan perdamaian, agama saja tidak cukup, tetapi harus ada komitmen bersama untuk membangun kesatuan dan keselamatan negeri.

Ia menunjukkan contoh negara yang sepenuhnya dihuni oleh umat Islam seperti Afganistan dan Somalia, tetapi kedua negara tersebut tidak berhenti mengalami kekerasan. 

“Diperlukan rasa aman dulu, baru kita bisa berdakwah,” tegasnya. 

NU bukan hanya menolak ISIS, tetapi juga kelompok Wahabi, yang merupakan kelompok Islam fundamentalis, yang dalam kadar tertentu bisa menjadi kelompok radikal dan tidak mau menghargai perbedaan golongan lain.

Acara diakhiri dengan salam-salaman bersama. Seluruh hadirin berbaris untuk saling bersalaman sebagai tanda permintaan maaf atas kesalahan dan kehilafan yang telah dilakukan selama ini. (mukafi niam)