Nasional

Keunikan Kurikulum dan Sistem Pendidikan di Pesantren

Rab, 19 Juli 2023 | 06:00 WIB

Keunikan Kurikulum dan Sistem Pendidikan di Pesantren

Ilustrasi: Pesantren memilki kurikulum yang unik dan sudah ada sejak jauh sebelum Kemendikbud memiliki kurikulum. (Foto: NU Online/Firdausi)

Jakarta, NU Online
Pesantren merupakan lembaga pendidikan di Indonesia yang sudah berusia ratusan tahun. Uniknya, di usianya yang sudah ratusan tahun dengan kurikulum dan sistem pendidikan yang terkesan 'begitu-begitu' saja, nyatanya banyak alumni pesantren yang berhasil tampil di berbagai bidang, terutama di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan.


"Menurut saya, kurikulum pesantren sangat unik dan jauh berbeda bahkan sudah ada jauh sebelum Kementerian Pendidikan punya kurikulum," kata Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) atau Asosiasi Pesantren NU Jawa Barat, Kiai Abdurrohman kepada NU Online, Selasa (18/7/2023).


Sistem pendidikan yang dibangun di pesantren, kata dia, tidak hanya pada transfer knowledge (pengetahuan). Lebih dari itu adalah praktik di lapangan dengan berpedoman pada ajaran sami’na wa atha’na para santri kepada kiainya.


"Saya rasa di tiap pesantren itu memiliki standar kurikulum yang berbeda-beda, kecuali kitab-kitab kuning yang dikaji tidak jauh berbeda, (kitab) Safinah dan lain-lain,” ujarnya.


Walaupun ada perbedaan kurikulum di pesantren, sambung dia, tetapi ada keterkaitan dan keterikatan yang kuat antara satu pesantren dengan pesantren lain, yaitu sanad keilmuan.


"Kalau sistem pendidikan di pesantren itu kan secara keilmuan kita bersanad. Mau kurikulumnya berubah seperti apapun, seorang kiai akan mengikuti apa yang disampaikan oleh kiainya lagi," tambah dia.


Hal ini berbeda dengan kurikulum di sekolah yang bersifat tunggal dan ditentukan oleh pemerintah kemudian diterapkan di semua lembaga pendidikan yang ada di bawahnya, sementara kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan budaya di wilayah Indonesia tidaklah sama.


"Bagi sekolah yang belum memiliki fasilitas memadai, maka kurikulum itu semakin susah untuk diterapkan. Makanya ada sekolah favorit ada sekolah tertinggal," katanya.


Di pesantren, kata dia, tidak ada istilah pesantren favorit atau tertinggal karena keunggulan pesantren tidak bisa diukur oleh fasilitas atau lokasi keberadaannya.


"Entah di dalam hutan, di gunung, atau di tengah kota itu tidak berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di pesantren. Banyak santri yang sukses berasal dari tengah kota, pegunungan, bahkan tidak terpaku pada fasilitas karena mungkin pesantren itu mengambil jalan yang sederhana," jelasnya.


Keberhasilan seorang santri, menurutnya ada pada khidmah, himmah, shuhbah, dan kesungguhan belajar santri sesuai dengan apa yang diarahkan oleh kiainya.


"Pesantren itu tidak ada kurikulum baku yang mengharuskan semua sama rata, tergantung siapa yang membawa, mau salaf murni, semi modern, namun tetap menjaga sanad keilmuannya,” ungkapnya.


Selain itu, keunggulan sistem pendidikan pesantren adalah adanya interaksi yang intens antara guru dan murid karena 24 jam hidup bersama dalam satu lingkungan. 


"Sehingga tidak hanya teori yang didapatkan santri, tapi juga praktik dan keteladanan. Apa yang mereka lihat itu sama dengan apa yang mereka pelajari," pungkasnya.