Nasional HARI SANTRI 2019

Ketua NU Jatim: Seni Sarana Efektif Tanamkan Ajaran Islam

Rab, 30 Oktober 2019 | 03:00 WIB

Ketua NU Jatim: Seni Sarana Efektif Tanamkan Ajaran Islam

Pagelaran wayang kulit oleh PW Lesbumi Jatim dalam rangkaian Hari Santri 2019. (Foto: NU Online/panitia)

Surabaya, NU Online
Di antara acara dalam rangka memeriahkan Hari Santri 2019 oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur adalah dengan pagelaran wayang kulit.
 
Kegiatan di bawah koordinasi Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Jawa Timur tersebut dilaksanakan Selasa (28/10) malam. Acara dipusatkan di halaman parkir PWNU Jatim, Jalan Masjid  al-Akbar Timur 9 Surabaya.
 
Terkait kegiatan yang menghadirkan dalang Ki Sinarto dengan lakon 'Sri Mulih' tersebut, Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar sangat mengapresiasi. 
 
Dalam pandangan Kiai Marzuki, dakwah Islam di Indonesia hingga berkembang pesat seperti sekarang tidak lepas dari perjuangan Walisongo. Selama berjuang menyebarkan agama Islam di Nusantara, tidak mengabaikan kultur atau budaya yang berkembangan di tengah masyarakat.
 
Menurut dosen di Universitas Islam Negeri Maulana  Malik Ibrahim Malang tersebut, Walisongo justru mengembangkan kultur dan budaya dengan diselingi ajaran agama Islam. 
 
“Wayang kulit sejak zaman Walisongo telah dikenal sebagai seni yang digemari masyarakat. Karena di situlah, nilai ajaran Islam ditanamkan,” katanya saat memberikan sambutan. 
 
Menurut Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang ini, dalam pertunjukan wayang kulit yang dipelopori Sunan Kalijaga menjadikan dakwah Islam bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat.
 
Sebagai tanda dimulainya wayang kulit, Kiai Marzuki menyerahkan gunungan kepada dalang Ki Sinarto didampingi Wakil Ketua PWNU Jatim KH Reza Ahmad Zahid dan Ketua PW Lesbumi Jatim, Ki Nonot Sukrasmono. 
 
Selain itu, tampak hadir sejumlah lembaga dan badan otonom di lingkungan PWNU Jawa Timur. Sementara acara dipandu Cak Lupus Arboyo yang juga aktivis Lesbumi NU Surabaya.
 
Dalam lakon Sri Mulih, dalang Ki Sinarto yang juga Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur menceritakan kisah perjalanan seorang tokoh perempuan menunjukkan kemampuan sebagai pribadi di tengah masyarakat yang terus berubah.
 
Sri Mulih mampu berjuang untuk memimpin di tengah masyarakatnya yang sedang membangun dan membawa perubahan ke arah perbaikan. Sehingga, menjadikan negeri yang tata tenterem kerta raharjo dan gemah ripah loh jinawi, serta bisa dirasakan rakyat dan masyarakat secara luas.
 
Ki Sinarto menghadirkan gaya wayangan gagrag Surakarta dan tetap memegang teguh pakem, tata cara permainan khas wayang kulit yang telah dikenal masyarakat.
 
Dalang kelahiran Lamongan ini tetap menghormati tata aturan yang berlaku bagi kesenian rakyat yang digemari sejak dulu hingga kini.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR