Nasional

Jika Tidak Segera Diatasi, Stunting Akan Jadi Bom Waktu

Rab, 20 November 2019 | 00:04 WIB

Jika Tidak Segera Diatasi, Stunting Akan Jadi Bom Waktu

Ilustrasi pencegahan stunting. (Foto: Antara)

Jakarta, NU Online
Stunting telah merenggut masa depan sepertiga anak-anak Indonesia. Problem kegagalan tumbuh kembang anak ini membatasi intelektulitas, emosi, dan fisik anak.

Kepala Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH UI) Ahmad Syafiq mengingatkan bahwa jika hal tersebut tidak segera diatasi akan mengakibatkan hal buruk di masa mendatang

"Stunting akan jadi bom waktu," katanya saat diskusi di Pojok Gus Dur, Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lantai 1, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (18/11).

Sebab, stunting berpotensi memberikan efek buruk terhadap kesehatan, prestasi, dan pendapatan individu dan negara. Bukan cuma karena perawakannya atau secara fisik saja, tetapi juga koginisinya yang terbatas.

Stunting juga tidak hanya menyebabkan fisiknya yang lebih rendah dari biasanya, tetapi juga obesitas. "Penyebab obesitas juga bisa jadi karena stunting. Kalau kelebihan gizi bisa jadi disimpan dan jadi obesitas," ujarnya.

Bahkan, dalam skala yang lebih luas, stunting berdampak pada kerugian yang tidak sedikit. "Dalam skala makro pernah dihitung bahwa kerugian akibat stunting adalah 2-3 persen dari PDB atau sekitar 300 Triliun Rupiah," katanya.

Syafiq juga menyampaikan bahwa stunting juga mengancam sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk dapat bersaing dan unggul. Bahkan, Indeks Pembangunan Indonesia terendah di ASEAN, yakni berada di peringkat 87.

"Prestasi anak Indonesia rendah gak heran. Persoalannya otak itu bukan cuma menentukan mana benar dan salah, tetapi juga baik dan buruk," ujar pengajar di Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia itu.

Ia juga menjelaskan bahwa kondisi kapital lokus fokus stunting rendah, baik kapital sosial, kapital manusia, kapital natural, maupun kapital kultural. "Artinya dapat dikonfirmasi bahwa wilayah dengan stunting tinggi memang wilayah yang minus kapital," katanya.

Dengan begitu, Syafiq mengingatkan bahwa stunting merupakan ancaman kemanusiaan mengingat dampaknya yang begitu besar terhadap banyak sektor. Tidak hanya di Indonesia, hal ini menjadi fenomena global.
 
"Ini kegagalan global. Secara global stunting pernah diabaikan," pungkas akademisi asal Pondok Buntet Pesantren Cirebon ini.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad