Abdurrahman Wahid Center Universitas Indonesia Diskusikan Stunting
NU Online · Senin, 18 November 2019 | 23:00 WIB
Jakarta, NU Online
Stunting akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak pihak. Bahkan saking pentingnya, isu ini juga menjadi pembahasan dalam debat Pilpres beberapa waktu lalu.
Lebih dari itu, stunting di Indonesia sudah cukup membahayakan. Pasalnya, data menunjukkan bahwa sepertiga anak usia bawah lima tahun di Indonesia menderita stunting.
Tak ayal, Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH UI) mendiskusikan hal tersebut pada Senin (18/11) di Pojok Gus Dur, Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lantai 1, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta.
Kepala AWCPH UI Ahmad Syafiq yang hadir sebagai pembicara menyampaikan bahwa stunting merupakan ancaman kemanusiaan. "Stunting sebagai sebuah bentuk kekurangan gizi yang dicirikan rendahnya tinggi badan di usianya itu menjadi ancaman serius bagi kemanusiaan," katanya.
Pasalnya, persoalan tersebut dapat mengikis potensi manusia karena bisa mengganggu fisik, emosi, dan intelektualitas manusia. "Karena dia menggerus sendi-sendi dan potensi dasar manusia baik secara fisik, emosional, maupun, intelektual," tambahnya.
Oleh karena itu, pengabaian terhadap persoalan ini merupakan pembiaran kasus kemanusiaan. "Sehingga mengabaikan dan membiarkan stunting artinya kita membiarkan dan mengabaikan kemanusiaan," ujar dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu.
Syafiq menjelaskan bahwa stunting membatasi kapasitas intelektual manusia. Hal tersebut tentu berdampak pada prestasi dan daya saing anak ke depan di masa yang akan datang. "Kapasitas intelektualnya menjadi terbatas sehingga dampaknya terhadap prestasi kemampuan daya saing di mana kita ingin menjadi bangsa yang unggul itu sangat ditentukan oleh status gizi dari anak-anaknya," ujarnya.
Karenanya, Syafiq menegaskan bahwa hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pembangunan Indonesia ke depannya. "Inilah yang penting dalam membangun Indonesia yang unggul," kata akademisi asal Pondok Buntet Pesantren itu.
Tidak hanya itu, ia juga mengingatkan bahwa pembangunan fisik manusia tak kalah pentingnya agar kuat. "Jangan lupa kita juga harus membangun watak intelektualitasnya juga membangun badannya bangun fisiknya sehingga menjadi kuat dan sehat," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua