Nasional

Inovasi Penyaluran Bantuan LPBINU untuk Warga Terdampak Covid-19

Sab, 26 Desember 2020 | 23:15 WIB

Inovasi Penyaluran Bantuan LPBINU untuk Warga Terdampak Covid-19

Relawan mengantar bantuan kepada penerima yang berhalangan mendatangi warung yang bekerjasama. (Foto: LPBINU)

Jakarta, NU Online
Inovasi yang menyesuaikan teknologi kekinian dalam membantu masyarakat terdampak Covid-19 dilakukan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU). Dalam program yang disebut pemberian bantuan dengan Mekanisme BaNTu dan Digital diawali kerja sama dengan penyedia jasa fintech, seleksi calon penerima bantuan, seleksi warung atau toko lokal, penyiapan distribusi bantuan, dan pelaksanaan distribusi bantuan.


Setelah tahap kerja sama dengan penyedia jasa fintech, dilakukan rencana teknis distribusi bantuan, standar teknis distribusi bantuan, penyediaan e-voucher dan teknologi pengenalan wajah via smartphone, pembuatan dashboard pemantauan distribusi, dan pendampingan teknis.

 

"Kemudian pada seleksi calon penerima bantuan, ini berdasarkan data warga oleh Pokja bersama aparat pemerintah desa dan Tim Lokal LPBINU," kata Ketua LPBI PBNU M Ali Yusuf saat Webinar Tantangan Penanggulangan Covid-19 di Pesantren, Jumat (25/12) malam.

 

Calon penerima bantuan lalu difoto wajah, foto kopi KTP & NIK-nya. Sementara warung atau toko menandatangani kontrak kerja dengan pihak fintech. Setelah itu, setiap warung atau toko yang bekerjasama mendapatkan akun. Toko lalu menyediakan barang bantuan yang akan disalurkan. 

 

Setelah melalui semua tahap, pengambilan barang dilakukan berdasarkan jadwal yang disepakati bersama. Jika berhalangan, bantuan akan diantar ke rumah calon penerima bantuan. "Untuk memastikan penyaluran bantuan, distribusi terekam di dashboard pemantauan realtime LPBI NU," papar Ali.

 

Ali mengatakan dengan cara tersebut, LPBINU berhasil memberikan manfaat kepada 2.236 KK di Gresik; 4.504 KK di  Buleleng; 5.710 KK di Pasuruan; 3.053 KK di Malang; 2.178 KK di Lamongan; 3.134 KK di Kediri; 2.552 KK di Sidoarjo; 2.867 KK di Lombok Barat; dan 2.245 KK di Jembrana.

 

Penyaluran bantuan dengan model tersebut adalah satu dari berbagai langkah yang dilakukan LPBINU. Sebagai bagian dari NU Peduli, LPBINU juga mengadakan tiga serial pelatihan Peningkatan KapasitasTim Pelaksana Program; Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) dengan rincian 847 orang Pokja di 121 RW yang mencakup aparat desa/RT/RW, tokoh masyarakat, perwakilan kelompok perempuan dan pemuda serta bidan/tenaga kesehatan.


Langkah lainnya adalah pendataan warga berbasis geospasial yang mencakup 127,809 jiwa atau 29.832 KK  di mana nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, riwayat kesehatan, kondisi disabilitas dan nomor kontak kepala keluarga diinput oleh Pokja via smartphone, kemudian divisualisasi melalui dashboard geotagging.
 

LPBINU juga melakukan survei efektivitas komunikasi risiko pemerintah terkait Covid-19 diJatim, Bali dan NTB; melakukan kampanye publik pencegahan Covid-19 melalui alat peraga dan sosialisasi di rumah ibadah serta kegiatan keagamaan; penyediaan fasilitas pendukung untuk pencegahan Covid-19 mencakup distribusi masker ke seluruh warga dan penyediaan fasilitas cuci tangan di tempat-tempat strategis atau fasilitas publik.


Tak hanya itu, penyusunan SOP Pencegahan Covid-19 Berbasis RW dan monitoring rutin kesehatan warga; penyusunan SOP Karantina Berbasis RW bagi Suspek dan Penyediaan Fasilitas Karantina tidak ketinggalan dilakukan.


Ali menegaskan aktivitas penanggulangan bencana Covid-19 jika dilakukan secara sinergis dan kolaboratif, hasil dan manfaatnya jauh lebih maksimal, lebih berkualitas, lebih efisien dan lebih efektif. Hal yang tak kalah penting untuk diingat, praktik penanggulangan bencana Covid-19 saat ini harus menjadi pembelajaran bersama bagi semua pihak untuk memperbaiki kualitas aktivitas dan program selanjutnya.

 

"Sehingga dapat memperkuat ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana," tegasnya.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Muhammad Faizin