Nasional

Harlah NU, LTM PBNU Instruksikan Bersih-bersih Masjid dan Doa Bersama

Jum, 19 Februari 2021 | 13:00 WIB

Harlah NU, LTM PBNU Instruksikan Bersih-bersih Masjid dan Doa Bersama

Aksi Bersih-bersih Masjid (BBM) LTM PBNU mengingatkan umat Islam agar kembali mengaktifkan masjid. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Menyambut dan memeriahkan peringatan harlah ke-98 Nahdlatul Ulama, Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU menginstruksikan LTM seluruh Indonesia untuk mengadakan aksi Bersih-bersih Masjid (BBM). Instruksi tertuang dalam surat edaran Nomor 374/LTM-PBNU/II/2021 yang dikeluarkan Jumat (19/2).

 

Dalam surat yang sama, disebutkan juga intruksi untuk menyelenggarakan istighotsah dan doa bersama pada Sabtu, 27 Februari 2021 malam bertepatan dengan 16 Rajab 1442 Hijriah. Kegiatan istighotsah dan doa bersama agar dilakukan secara sederhana dan memenuhi standar protokol kesehatan. "Menginstruksikan takmir masjid Nahdliyin untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut," demikian tertulis dalam edaran yang ditandatangani Ketua LTM PBNU KH Moh Mansur Syaerozi, Wakil Sekretaris Ali Sobirin, dan diketahui Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani.

​​​​​​​

Di samping itu pengurus LTM NU di tingkat provinsi dan kabupaten serta takmir masjid Nahdliyin untuk mensosialisasikan kegiatan tersebut dengan tagline 'Harlah ke-98 NU' ke seluruh jangkauan media sosial masing-masing.

 

Wakil Sekretaris LTM PBNU, Ali Sobirin mengatakan salah satu tujuan NU didirikan adalah agar terselenggara pos-pos pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk Muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.

 

"Di sini masjid merupakan ujung tombak bagi tujuan tersebut, tidak hanya sebagai pemberi kabar, baik berupa tabsyir atau kabar gembira dan tandzir atau kabar peringatan, tapi juga tempat pendidikan karakter secara praksis atau aplikatif atau melalui keteladanan perilaku secara langsung," kata Ali Sobirin.

 

Menurutnya potensi masjid sangat besar dari segala sisi baik fisik, sosial maupun mental-spiritual. Karenanya umat Islam harus dikembalikan lagi ke masjid. Masjid juga harus kembali menjadi kiblat hiruk-pikuk kemasyarakatan bahkan kebangsaan.

 

"Masjid merupakan khazanah dan instistusi sosial formal yang sangat kaya, oleh karenanya ia sangat potensial bagi kebangkitan umat. Sebagaimana shirah yang sudah diteladankan oleh Rasul dan para sahabatnya, yang dilanjutkan oleh para  waliyullah di Nusantara, masjid menjadi pusat pembentukan peradaban," kata penulis buku Teknologi Ruh ini.

 

Pada momen Harlah ke-98 NU, sambung dia, sangat penting untuk mengingatkan kepada umat Islam alasan mengapa masjid didirikan, untuk apa ia didirikan, dan bagaimana mengelolanya secara Islami yang produktif bagi kemaslahatan sesuai tantangan zaman.

 

"Para Takmir Masjid perlu terus didorong untuk mampu berpartisipasi di segala bidang untuk mengemban misi rahmatan lil 'alamin. Bahwa, masjid merupakan tangan panjang bagi pewujudan kasih sayang dan kemakmuran masyarakat tanpa kecuali, yaitu untuk seluruh semesta raya sesuai keberadaan dan jangkauannya masing-masing," imbuhnya.

 

Di samping itu, pada bulan Rajab ini sangat penting untuk mengembalikan masyarakat kepada masjid. Selain bulan Rajab sebagai bulan lahirnya Nahdlatul Ulama, yang salah satu misinya adalah agar umat Islam di Nusantara melaksanakan shalat, juga ini adalah bulan di mana Rasulullah menerima perintah shalat lima waktu. "Kita mengenalnya sebagai peristiwa Isra' Mi'raj," ujar Ali Sobirin.

 

Isra' adalah peristiwa rihlah Rasul dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram, dan Mi'raj adalah rihlah Rasul dari Masjidil Haram ke Sidratil Muntaha. "Dari masjid ke masjid lalu diangkat menembus langit-tujuh dan di situlah menerima perintah shalat. Satu-satunya ibadah yang perintahnya disampaikan  langsung oleh Allah kepada Rasulullah. Dan, masjid adalah pijakan sekaligus persinggahannya," pungkasnya.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad