Nasional

Bill Gates Pilih Indonesia Jadi Lokasi Uji Coba Vaksin TBC, Ketua LK PBNU: Ini Dilema Sekaligus Momentum Introspeksi

NU Online  ·  Sabtu, 10 Mei 2025 | 21:00 WIB

Bill Gates Pilih Indonesia Jadi Lokasi Uji Coba Vaksin TBC, Ketua LK PBNU: Ini Dilema Sekaligus Momentum Introspeksi

Ilustrasi vaksinasi

Jakarta, NU Online
Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa pendiri Microsoft, Bill Gates, memilih Indonesia sebagai salah satu lokasi uji coba vaksin tuberkulosis (TBC). Langkah ini dinilai sebagai bentuk komitmen Gates dalam mendukung pemberantasan penyakit menular tersebut.

 

Menanggapi hal itu, Ketua Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKPBNU), Zulfikar As’ad, mengatakan bahwa keputusan ini harus menjadi momentum introspeksi bagi Indonesia. Sebab, Indonesia saat ini menempati peringkat kedua dunia dalam jumlah kasus TBC, setelah India.

 

“Penanganan TBC ini sebenarnya sesuatu yang sangat mendasar, sehingga sisi positifnya kita harus menjadikan hal itu untuk introspeksi. Bill Gates melihat data itu, sehingga terbaca bahwa Indonesia sangat tepat bila dijadikan sebagai salah satu sasaran, terlepas dari kepentingan lain,” ujar dokter Zulfikar kepada NU Online, Jumat (9/5/2025).


Ia menyebut, kenyataan pahit itu mau tidak mau tidak bisa kita hindari. “Ini suatu yang sangat dilematis. Rasa-rasanya kita tidak menerima (kenyataan ini), tapi realitanya negara kita sekarang ini menempati peringkat kedua di dunia,” tambahnya.


Doktor Kesehatan Masyarakat ini menjelaskan bahwa TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mikobakteri tuberkulosis. Penanganannya pun harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak bisa hanya fokus pada satu individu.


“Ketika sudah terdeteksi sebagai penderita TBC, penanganannya harus komprehensif. Satu sisi, pengobatan harus tuntas. Sisi lain, perlu edukasi kepada penderita agar menjaga diri, mulai dari menggunakan masker, cara batuk, meludah dll” tegasnya.


Ia juga menyoroti pentingnya edukasi masyarakat tentang potensi penularan penyakit ini. “Apa yang keluar dari orang tersebut, baik keringat, ludah, atau batuk, ketika mengenai orang sekitar akan dapat dengan mudah menular,” jelasnya.


Dokter Zulfikar menegaskan bahwa TBC bisa disembuhkan jika penderita menjalani pengobatan secara tuntas. Ia juga mendorong adanya gerakan bersama yang melibatkan semua sektor, bukan hanya Kementerian Kesehatan.

 

“TBC butuh gerakan bersama. Kampus, pesantren, pemukiman dan lingkungan rentan juga harus kita pahamkan. Terutama soal pencegahan, karena apa pun pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati,” tuturnya.


Ia menilai kerja sama lintas sektor sangat penting, termasuk menjaga sanitasi, lingkungan, dan fasilitas umum. Selain itu, edukasi dan perubahan gaya hidup juga harus ditekankan.


“Upaya pencegahan harus tetap diutamakan, misalnya dari pola makan, olahraga, pemenuhan gizi, hingga menata lingkungan dengan baik. Ini bentuk upaya yang baik agar kasus TBC tidak terus berkelanjutan,” katanya.

 

Dokter Zulfikar mengingatkan bahwa semua langkah tersebut membutuhkan keberpihakan politik dan kepedulian masyarakat. “Ini butuh political will. Pemerintah harus perhatian, dan seluruh lini masyarakat harus menjadikan ini sebagai upaya bersama,” pungkasnya.


Pada tahun 2024, Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah memulai tiga uji klinis vaksin TBC. Salah satunya adalah vaksin M72/AS01E yang dikembangkan oleh Yayasan Bill & Melinda Gates dan GlaxoSmithKline. Uji klinis fase 3 untuk vaksin ini dimulai pada 20 September 2024, setelah lebih dulu dilakukan di Afrika Selatan dan Kenya.
 

 

Selain itu, Indonesia juga akan terlibat dalam fase 2 vaksin TBC berbasis mRNA, BNT164a1, yang dikembangkan oleh BioNTech bersama Biofarma, setelah sebelumnya menyelesaikan fase 1.
 


Uji coba ketiga dilakukan terhadap vaksin berbasis vektor virus, AdHu5Ag85A, hasil kerja sama antara CanSinoBio dan Etana, yang kini tengah menjalani fase 1.
 


"Kami optimistis bahwa salah satu uji coba ini akan selesai pada tahun 2028, sehingga membuka jalan bagi kemajuan vaksin TBC terbaru secepat mungkin,”kata Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan resmi


Uji klinis vaksin juga akan dilaksanakan di University of the Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan dan India. Jika terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan efektif, M72/AS01E berpotensi menjadi vaksin pertama yang membantu mencegah TB paru pada remaja dan orang dewasa, bentuk penyakit yang paling umum, dan vaksin TB baru pertama dalam lebih dari satu abad.


"Mencapai Tahap 3 dengan kandidat vaksin TB yang sangat dibutuhkan merupakan momen penting bagi warga Afrika Selatan karena hal ini menunjukkan adanya komitmen lokal dan global yang kuat untuk memerangi penyakit yang masih sangat umum di masyarakat kita,” kata Dr. Lee Fairlie, Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di Wits RHI di University of the Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan, dan peneliti utama nasional untuk uji klinis di Afrika Selatan.