Nasional

Alumnus Harvard: AI dan Jurnalistik Saling Berdampingan

Kam, 27 Juli 2023 | 08:00 WIB

Alumnus Harvard: AI dan Jurnalistik Saling Berdampingan

Ilustrasi: Teknologi AI berperan sebagai pelengkap yang tidak akan seutuhnya menggeser peran manusia (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah bidang ilmu komputer yang didesain untuk belajar dan berpikir seperti manusia. AI memiliki kemampuan mesin dan program untuk memproses informasi dan memperbaiki kinerja mereka seiring waktu. 

 

Dalam era digital teknologi AI dapat membantu efisiensi dan produktivitas kerja di beragam sektor termasuk dalam sektor media massa. Namun, perkembangan pesat AI ditakutkan akan menjadi ancaman manusia karena memiliki keunggulan dalam melakukan pekerjaan yang repetitif dan tidak membutuhkan proses berpikir kreatif. 

 

Meski ada kekhawatiran perkembangan pesat AI saat ini dapat menggeser peran manusia, alumnus Harvard Business School Toronata Tambun menilai, AI berpesan sebagai pelengkap yang tidak akan menggeser seutuhnya peran manusia.


"Meskipun ada kekhawatiran tentang pergeseran peran manusia, saya melihat AI berfungsi lebih sebagai asisten daripada menggantikan manusia sepenuhnya. Tenaga kerja manusia tetap penting dalam pengembangan, pengawasan, dan pemanfaatan teknologi ini," terangnya kepada NU Online, Rabu (26/7/2023). 

 

Menurutnya, jurnalis dan AI dapat berdampingan secara simbiosis. AI membawa berbagai keuntungan bagi industri jurnalistik dan tidak akan menggantikan peran jurnalis karena memiliki kemampuan berpikir kritis, penilaian etis, kreativitas, dan kesadaran jurnalistik. 


“AI, termasuk Model Bahasa seperti GPT-3, mengungguli dalam pemrosesan bahasa alami, tetapi jurnalis memiliki kekuatan kunci," ujar Affiliated Alumni MIT Sloan School of Management tersebut. 


Ia menjabarkan peran dan kekuatan kunci yang dimiliki jurnalis di tengah tren teknologi AI adalah sebagai berikut. 

1. Pemahaman Kontekstual

Jurnalis dapat mengerti konteks yang lebih luas dalam sebuah cerita, termasuk aspek sejarah, budaya, dan sosial yang mungkin sulit bagi AI untuk sepenuhnya pahami. 


"Pemahaman kontekstual ini memungkinkan jurnalis untuk menyajikan narasi yang lebih dalam dan holistik," ucapnya.

 

2. Berpikir Kritis dan Analisis

Jurnalis mengevaluasi informasi, mengidentifikasi bias, dan menginterpretasikan data kompleks dengan akurat, memastikan integritas pelaporan mereka.

 

3. Emosi dan Empati Manusia
Menurutnya, teknologi AI kurang memiliki kecerdasan emosional dan empati, sementara Jurnalis dapat berempati dengan subjek berita. 

 

"Melalui interaksi dengan sumber dan komunitas, menciptakan cerita yang penuh empati," kata dia.

 

4. Kreativitas dan Orisinalitas

Jurnalis menawarkan kreativitas dengan menemukan sudut pandang unik dan pendekatan cerita yang menarik bagi audiens.


5. Pengambilan Keputusan Etis

Ia menilai, menjaga standar etika dalam menangani informasi sensitif dan melindungi sumber tetap menjadi tanggung jawab jurnalis manusia.