Internasional

Umrah Perdana di Masa Pandemi Penentu Peluang Jamaah Berikutnya

Jum, 6 November 2020 | 07:00 WIB

Umrah Perdana di Masa Pandemi Penentu Peluang Jamaah Berikutnya

Pelaksanaan umrah harus mengikuti aturan ketat untuk jaga protokol kesehatan cegah Covid-19. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online

Rombongan jamaah umrah perdana setelah pembukaan kembali umrah oleh Pemerintah Arab Saudi untuk jamaah negara asing menjadi penentu apakah peluang akan semakin terbuka lebar bagi jamaah umrah berikutnya atau sebaliknya.

 

Konsul Jenderal RI Jeddah Eko Hartono mengatakan hal itu saat saat melepas rombongan jamaah perdana Rabu (4/11). Pernyataan Konjen ini dapat dipahami karena jika pelaksanaan umrah perdana bebas dari penularan Covid-19 akan membuka peluang untuk keberangkatan jamaah berikutnya. Sebelumnya para jamaah yang dilepas telah tiga hari menjalani karantina di tempat penginapan yang telah disediakan oleh pihak muassasah.

 

Konjen juga mengimbau calon jamaah umrah dan penyelenggara perjalanan umrah (operator travel) agar mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi dan Pemerintah Indonesia.

 

"Patuhi sungguh-sungguh protokol kesehatan. Kedisiplinan itu demi kebaikan kita semua. Konsisten menjaga kepercayaan yang diberikan pemerintah setempat, berarti turut menjaga nama baik bangsa dan negara," pesan Konjen kepada jamaah sebagaimana rilis yang diterima NU Online.

 

Diberitakan, waktu pelaksanaan umrah yang sedianya dijadwalkan pada pukul 16:00 waktu setempat diundur karena terjadi hujan lebat disertai angin hingga menjelang waktu Magrib. Terdapat 224 jamaah umrah yang mendarat dengan Saudia Airlines pada 1 November 2020.

 

"Mereka kemudian menjalani karantina selama tiga hari di dua hotel di Mekkah. Tujuannya untuk memastikan kondisi kesehatan mereka sebelum dilepas menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah umrah," jelas Konjen. 

 

Penginapan juga telah diatur ketat oleh pemerintah setempat. Satu kamar hanya dihuni maksimal dua orang. Katering juga tidak boleh dalam bentuk prasmanan, melainkan dalam paket yang diantar ke setiap kamar jamaah.

 

Seperti diberitakan, Pemerintah Arab Saudi telah menerbitkan aturan bagi jamaah umrah dari luar negeri selama masa pandemi. Ketentuan tersebut, antara lain, pembatasan usia antara 18-50 tahun, bebas Covid-19 yang dibuktikan dengan hasil tes PCR yang berlaku 72 jam sejak pengambilan sampel, terdaftar pada aplikasi Eatamarna dan tiket pesawat pergi-pulang yang telah terkonfirmasi.

 

Tiga jamaah terkonfirmasi Covid-19

Sementara itu sebanyak tiga calon jamaah umrah Indonesia yang setelah dilakukan swab test di salah satu hotel di Makkah positif Covid-19. Hingga Kamis (5/11), jamaah tersebut tengah menjalani karantina tambahan selama tujuh hari sesuai dengan aturan dari Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi.    

 

Terkait hal itu, Ketua Satgas NU Peduli Covid-19, dr Muhammad Makky ​​​​​​​​​​​​​​Zamzmi​​​​​​​ ​​​​​​​menanggapi, Indonesia perlu memperketat standardisasi pemeriksaan Covid-19. Hal ini penting karena banyak variabel yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan di setiap negara.

 

"Bisa jadi saat dilakukan pemeriksaan di Indonesia sebelum keberangkatan, jamaah terbebas dari Covid. Namun, saat pemeriksaan di Arab Saudi, jamaah menjadi positif," kata Makky, Kamis (5/11).

 

Ia menjelaskan ada tiga variabel yang mempengaruhi hasil dari pemeriksaan Covid-19. Pertama adalah waktu pemeriksaan. Hal ini terkait dengan apakah pemeriksaan dilakukan di hari pertama atau hari kedua setelah seseorang terkena virus corona.  

 

"Yang kedua terkait dengan teknik pengambilan sampelnya dan yang ketiga adalah human error (kesalahan manusia) saat pemeriksaan," ungkapnya.

 

Human error ini terjadi misalnya saat pemeriksaan, terjadi penumpukan orang yang diperiksa sehingga akurasi dari konsentrasi dan pengambilan sampelnya tidak akurat. Walaupun ada standardisasi internasional terkait prosedur pemeriksaan, namun tiga variabel ini bisa memengaruhi hasil.  

 

"Memang bagus ada double checking antara dua negara. Saat berangkat di Indonesia dipastikan negatif kemudian sampai Arab Saudi dicek kembali juga sah-sah saja," katanya.

 

Banyak aturan harus ditaati

H Rizqi Amali Rosyadi, seorang warga Indoesia yang mengikuti umrah perdana di masa pandemi, menyampaikan ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan harus siap dengan aturan-aturan yang berubah demi penekanan angka Covid-19.

 

"Beberapa aturan yang saya catat di hari pertama 1 November 2020, di antaranya adalah pastikan visa umrah selalu di tangan baik dalam bentuk pdf dan fisik kertas," pesannya.  

 

Kemudian, memastikan bahwa hasil tes PCR selalu dibawa, selain tiket. Hasil PCR harus dalam bentuk fisik di atas kertas karena akan ditempel stiker oleh petugas Kementerian Kesehatan Saudi saat mendarat di terminal baru Jeddah.  

 

Jamaah umrah akan naik skytrain menuju loket imigrasi dan bagasi. Lalu jamaah akan diminta mengisi form kesehatan dan disclaimer yang dibagikan oleh awak kabin. "Jangan lupa isi form kesehatan dan disclaimer yang dibagikan awak kabin sebelum turun pesawat biar tidak numpuk antre di terminal," ia mewanti-wanti.  

 

Sementara pembagian kunci kamar hotel menurut Rizqi dilakukan di bus, karena dilarang jika itu dilakukan di loby hotel. Pihak maskapai dan bus masing-masing memberikan safety kit seperti masker dan lain-lain.  

 

"Saat sampai di hotel, kami harus dikarantina selama tiga hari, tidak keluar kamar apalagi hotel. Di hari kedua karantina dilakukan uji dan jika hasilnya negatif, jamaah boleh melaksanakan rangkaian ibadah umroh termasuk thawaf sampai sai," ungkap Rizqi.

 

Selesai melaksanakan umrah, Rizqi melanjutkan, jamaah diminta untuk karantina lagi selama dua hari untuk mengevaluasi penyebaran Covid-19. Jika tidak ada yang positif maka jamaah Indonesia dapat melaksanakan ibadah di Masjidil Haram.  

 

Selain aturan-aturan itu, menurut H Rizqi masih banyak aturan baik yang sudah tertulis maupun kebijakan mendadak. Itu dikarenakan banyaknya faktor, baik faktor jamaah atau kebijakan Kerajaan Arab Saudi.
 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad