Internasional

Pribumisasi Islam Dibahas di Sudan

Rab, 30 Juni 2021 | 20:00 WIB

Pribumisasi Islam Dibahas di Sudan

Seminar internasional 'Pribumisasi Islam; Antara Indonesia dan Sudan' diadakan Lakpesdam PCINU Sudan, Senin (28/6). (Foto: istimewa)

Khartoum, NU Online

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PCINU Sudan bekerjasama dengan Majma’ Fikih Sudan menyelenggarakan seminar internasional dengan tema Pribumisasi Islam; Antara Indonesia dan Sudan, pada Senin (28/6). 

 

Dzikro Juniawan memandu dan memantik acara bahwa nilai pribumisasi Islam adalah gagasan yang dikembangkan di Indonesia dan Sudan. Kedua bangsa memiliki kesamaan nilai dalam agama Islam, namun mempunyai praktik masing-masing dalam kebudayaan.

 

Katib 'Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam seminar tersebut menyampaikan bahwa Indonesia sudah lama menerapkan pribumisasi Islam yang digagas oleh KH Abdurrahman Wahid. Ini terlihat dari kemajemukan Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan tipikal masyarakat.

 

"Indonesia merupakan negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia. Namun, dari berbagai negara dengan agama Islam, terdapat di dalamnya identitas wilayah berupa budaya yang beragam," ujarnya.

 

Sementara itu, Rais Majma Fiqih Sudan menyebutkan bahwa Islam di Sudan sangat kuat, dipandang dari masyarakatnya mulai dari remaja hingga dewasa. Menurutnya semua itu berdasarkan naluriah dan konsep keselamatan yang sudah ditanamkan sehingga membentuk pola perilaku yang dominan dalam keislaman. 

 

Setelah pemaparan dari kedua pembicara kunci, Ribut Nur Huda sebagai pemateri pertama memperkenalkan bagaimana Mabadi Khaira Ummah diterapkan di Indonesia pada zaman ini.

 

"Melihat besarnya dampak terhadap perubahan sosial yang terjadi pada zaman ini, tentulah suatu perubahan konteks akan membawa  konsekuensi yang tidak kecil. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa penyesuaian dan pengembangan dari pergerakan sebagai langkah menuju terwujudnya masyarakat yang ideal," kata Nur Huda.

 

Pemateri kedua, Adil Hasan Hamzah menyatakan Indonesia dan Sudan mempunyai identitas masing-masing. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah menjadi perbedaan yang fundamental. Sebab, kata Adi Hazan, "Esensi Islam bagi Indonesia dan Sudan adalah sama, namun berbeda dalam manifestasi praktik budaya lokal."

 

Setelah pemaparan dari keynote speaker dan pemateri, dilanjutkan dengan tanggapan dan tanya jawab. Terlihat hadirin sangat antusias dan sangat mengapresiasi acara yang digelar oleh dua instansi ini.

 

Di tengah-tengah waktu antara pemateri pertama dan kedua, ditampilkan video dokumenter yang menjelaskan bahwa pribumisasi Islam adalah upaya kontekstualisasi ajaran Islam dengan menghargai hasil budaya dan kreativitas suatu bangsa. 

 

Seminar ini diikuti oleh perwakilan dari Turki, Etihad Fathani, Etihad Malaysia, Majma Sufi, Jam'iyyah Asy’ari, Muhammadiyah, juga para generasi muda dan mahasiswa dari Forpass, PPI Sudan, PPPI Sudan, serta beragam ormas lainnya.

    
Editor: Kendi Setiawan