Internasional

NU Tunisia Sowan Ulama Palestina yang Gemar Santuni Pelajar Indonesia

Jum, 8 Januari 2021 | 05:00 WIB

NU Tunisia Sowan Ulama Palestina yang Gemar Santuni Pelajar Indonesia

engurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia bersama Sayyid Ahmad Mansur Qurtham. (Foto: Istimewa)

Tunis, NU Online
Awal pandemi Covid-19 merupakan masa-masa berat bagi semua pihak. Kesehatan tak menentu, pendidikan tak berjalan, hingga ekonomi terpuruk. Hal ini juga dirasakan mahasiswa Indonesia di Tunisia.


Namun, di tengah keadaan yang demikian rumit, Sayyid Ahmad Mansur Qurtham menyediakan oase yang cukup menyegarkan. Saban bulan melalui muridnya, ulama asal Palestina itu memberikan santunan sebesar 700 Dinar Tunisia atau setara Rp3,5 juta untuk mahasiswa Indonesia yang membutuhkan.


Berganti bulan, santunan tersebut kembali diterima. Hal demikian membuat mahasiswa Indonesia berencana langsung menemuinya untuk bersilaturahim sekaligus menyampaikan rasa terima kasihnya.


"Berawal dari situ, saya sangat penasaran dengan sosok dermawan tersebut sehingga kami terus mencari tahu, bagaimana caranya bisa bertemu langsung dengan beliau. Dan alhamdulillah akhirnya baru kemarin kesampaian," ujar Ahmad Tamami, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia, kepada NU Online pada Kamis (7/1).


Tamami mengatakan bahwa sebenarnya keinginan untuk silaturahmi ke kediaman Sayid Ahmad itu sudah cukup lama. Namun, kondisi yang belum memungkinkan membuat rencana itu baru dapat terlaksana pada Selasa (5/1). ā€œSemoga nanti kita bisa ber-istifadah lebih banyak dengan beliau jugaā€, ujarnya.


Sayid Ahmad yang juga Mursyid Tarekat Syadziliyah itu begitu mengagumi ulama-ulama Indonesia. Ia mengenal betul sosok Musniduddunia, Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani sebagai ulama dunia asal Indonesia.


Kecintaannya pada Indonesia semakin bertambah manakala berkunjung ke Negeri Zamrud Khatulistiwa saat gelaran Forum Sufi Dunia yang dihelat Maulana Habib Luthfi bin Yahya. Dari situ, ia mengagumi sosok Habib Luthfi yang dipilih sebagai pemimpin sufi dunia itu.


Dari Habib Luthfi juga, ia mendapat kabar banyak mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Tunisia, negara yang kini ia tinggali. Mendengar hal itu, ia merasa gembira hingga mengasihi mereka dengan menyantuninya.


Garis nasab dari ayah dan ibunya berasal dari darah mulia Baginda Rasulullah saw. melalui Sayyidina Husain ra.


Sejak usia belia, sebagaimana anak-anak Palestina lainnya, ia sudah sangat akrab dengan dunia militer dan gerakan revolusi Palestina. Dari sang ayah, ia belajar ilmu kedokteran atau yang dikenal sekarang dengan istilah pengobatan alternatif, sehingga bidang ini sudah benar-benar ia kuasai sejak masih muda.


Di usia ke-26, tepatnya pada tahun 1986, Sayid Ahmad memulai ā€˜pengembaraanā€™ menuntut ilmu ke luar Palestina. Kota Tunis menjadi tempat pertamanya berpijak dalam perjalanan mencari ilmu. Kemudian, ia berkelana ke negara lain seperti Maroko, Hijaz (Arab Saudi), Irak, Cyprus, dan Mesir.


Saat ini, ia aktif mengisi kajian di tengah masyarakat dan masjid-masjid yang berada di ibukota Tunis.


Di akhir pertemuan, Sayid Ahmad memberikan sejumlah kitab karyanya untuk setiap individu yang turut sowan, seperti Ad-Durru al-Mantsur min Syuyukhi Abi al-Fadhl Ahmad bin Mansur, Qatfu al-Tsamroti min Ahkami al-Hajj wal Umroh, al-I'lam bi Sanadi ila Ba'dil A'lam, dan Al-Nasmah al-Nadiyyah minal Aqidah al-Bahiyyah aw al-Nafhah az-Zakkiyyah minal Aqidah al Bahiyyah.


Perlu diketahui, ia telah menyusun puluhan kitab dari berbagai cabang keilmuan, mulai dari akidah, biografi ulama, fikih, akhlak, tasawuf ,hingga ulum al-Qurā€™an.


Ketika berpamitan, PCINU meminta kajian khusus untuk Nahdliyin Tunis. Namun, padatnya jadwal membuat Sayid Ahmad belum bisa memenuhi permintaan tersebut dalam waktu dekat. Meskipun demikian, ia akan meluangkan waktunya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin