Mirip di Indonesia, Sirop jadi Tanda Datangnya Bulan Ramadhan di Turki
NU Online · Jumat, 17 Maret 2023 | 18:00 WIB
Jakarta, NU Online
Sirop menjadi salah satu “ikon” mencolok yang menandakan tibanya bulan suci Ramadhan di Indonesia. Beragam jenis pilihan produk minuman berasa ini memadati “display” toserba, minimarket, dan semacamnya.
Jumlah yang dipajang pun tampak lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa di luar bulan Ramadhan. Tak hanya di Indonesia, ternyata tradisi semacam ini juga ada di Turki.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki, Nazihah yang beberapa tahun ini bermukim di Turki untuk menyelesaikan studi magister di Marmara University, Istanbul.
“Kalau sudah ada iklan sirop, tandanya Ramadhan sudah dekat. Di Turki juga sama,” terang Nazihah kepada NU Online Jumat (17/3/2023).
Ia menyebut, meningkatnya permintaan sirop saat Ramadhan memang terjadi di Turki. Ini karena adanya perubahan pola makan dan kebutuhan untuk hidangan menu dan minuman yang menjadi andalan saat bulan puasa.
“Ketika Ramadhan itu ada sirop-sirop dari sari buah yang kita konsumsi seperti buah lemon, delima, salgam atau lobak ungu. Itu kita konsumsi itu selama bulan Ramadhan,” kata mojang asal Cianjur, Jawa Barat tersebut.
Bedanya, tambah dia, ada di waktu konsumsi. Jika di Indonesia sirop biasa difungsikan sebagai minuman pembatal puasa baik itu dalam diminum dalam sop buah maupun terpisah, beda halnya dengan Turki. Nazihah menyebut, masyarakat Turki biasa mengonsumsi sirop setelah menyantap hidangan pokok atau sebelum melaksanakan Tarawih.
“Bedanya yang sirop-siropan itu kita konsumsi setelah buka puasa, sebelum Tarawih. Kalau di Indonesia sirop itu kan, untuk takjil, ya,” tutur penerima Beasiswa Pemerintah Turki atau Turkiye Burslari Scholarships (YTB).
Nazihah mengatakan, Turki akan melaksanakan Ramadahan 1444 H pada musim semi. Berbeda dengan tahun lalu yang dilaksanakan pada musim panas. “Karena akan dimulai akhir Maret dan itu adalah permulaan musim semi,” ujar dia.
“Di musim semi awal ini, waktu Subuh sekitar jam 5:50 dan waktu Maghrib 7.30. Jadi, kalau sekarang di musim semi berarti sekitar 13-14 jam puasanya,” tutup dia.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua