Internasional

Belajar dari Kerumunan Puluhan Ribu Orang di Wuhan dan Piala Eropa

Jum, 18 Juni 2021 | 07:45 WIB

Belajar dari Kerumunan Puluhan Ribu Orang di Wuhan dan Piala Eropa

Para wisudawan di Central China Normal University di Wuhan saat mengikuti wisuda akbar, Ahad (13/6). (Foto: AFP)

Jakarta, NU Online

Pengendalian penularan Covid-19 secara ketat hingga ke angka 0 membuat Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yakin untuk mengumpulkan massa ribuan orang dalam sebuah acara. 


Terakhir, 11.000 pelajar Universitas Wuhan mengikuti prosesi wisuda akbar, Ahad (13/6) tanpa harus mengenakan masker dan tidak menjaga jarak. Sebelumnya, warga Wuhan juga mengadakan konser dan festival musik pada 1 Mei 2021 yang dihadiri sekitar 11 ribu orang.


Sebuah spanduk merah besar dipasang di Central China Normal University di Wuhan untuk menyambut para peserta. "Menyambut lulusan 2020 kembali ke rumah. Semoga masa depan Anda cerah," bunyi tulisan di spanduk itu dikutip dari New Straits Times, Rabu 16 Juni 2021.


11.000 pelajar yang mengikuti prosesi wisuda akbar tersebut tidak hanya berasal dari lulusan tahun 2021, tetapi juga lulusan tahun 2020. Sebab, sebelumnya Wuhan melakukan pembatasan upacara kelulusan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

 


Dilansir The Sun pada Selasa (15/6), pada Januari 2020 Wuhan menerapkan lockdown paling ketat di dunia. Karantina wilayah tersebut berlangsung selama 76 hari sebelum akhirnya dibuka kembali.


Pemerintah China menyatakan, total terdapat 4.636 korban meninggal karena pandemi, di mana mayoritas tercatat di Wuhan. Saat ini, kota itu kembali menjadi sorotan setelah kembali menyeruaknya teori bahwa virus corona berasal dari laboratorium di sana.


Terkait dengan vakasinasi, akhir Desember 2020 China sudah memulai program vaksinasi Covid-19. Bahkan vaksin disuntikkan meski pemerintah belum secara resmi mensertifikasi berbagai vaksinnya.


Vaksinasi dimulai di Wuhan, lokasi pertama yang mengonfirmasi kasus Covid-19. Target pertamanya adalah kelompok tertentu, yaitu mereka yang berusia 18 hingga 59 tahun.

 


Fans Padati Perhelatan Euro 2020


Tontonan kerumunan massal juga terlihat dalam perhelatan Piala Eropa 2020 yang berlangsung di sejumlah kota di negara-negara Eropa, salah satunya di Kota Budapest, Hungaria. Sebanyak 67.000 penonton memadati Stadion Puskas Arena Budapest saat digelar pertandingan antara tuan rumah Hungaria melawan Portugal pada Selasa (15/6) malam. Fans di tribun stadion tidak ada yang jaga jarak dan tidak pula memakai masker.


Sebelumnya, Pemerintah Hungaria berupaya keras untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan program vaksinasi secara masif jelang Euro 2020. Kini, sekitar 5,3 juta dari total 9,8 juta penduduk Hungaria telah mendapatkan vaksin.


Pemerintah Hungaria juga telah memberlakukan lockdown untuk menekan penyebaran virus Covid-19 jelang Euro 2020. Hal itu dilakukan pemerintah Hungaria agar warganya bisa menikmati pesta Euro di Budapest.


Kemudian, penonton yang akan ingin menyaksikan laga Hungaria vs Portugal diwajibkan menunjukkan sertifikat vaksinasi nasional. Sementara, anak di bawah 18 tahun harus ditemani orang dewasa yang sudah divaksin.

 


Sedangkan untuk fans Portugal yang hadir ke Hungaria diwajibkan menunjukkan sertifikat vaksin atau dapat menunjukkan hasil tes PCR yang dilakukan 72 jam sebelum kick-off.


Pemandangan padatnya stadion juga terlihat ketika para fans Tim Dinamit Denmark memadati Stadion Parken Copenhagen saat tuan rumah Denmark melawan Belgia, Jumat (18/6) dini hari.

 

Selain mendukung timnas Denmark, puluhan ribu fans yang memenuhi stadion juga untuk memberikan penghormatan dan dukungan kepada gelandang Timnas Denmark, Christian Eriksen yang di pertandingan pertama melawan Finlandia ambruk karena serangan jantung. Beruntung salah satu punggawa klub Inter Milan itu masih bisa terselamatkan.

 

Perhelatan sepak bola akbar negara-negara Eropa tersebut sedianya dilaksanakan tahun 2020, namun karena pandemi belum terkendali, federasi sepak bola Eropa, UEFA memutuskan untuk memulai kick-off Piala Eropa pada tahun 2021.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon