Ilmu Tauhid

Bukti-bukti Kerasulan Nabi Muhammad

Kam, 24 Oktober 2019 | 02:00 WIB

Bukti-bukti Kerasulan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad ditopang mukjizat fisikal dan mukjizat rasional yang tak mungkin bisa ditiru siapa pun. (Ilustrasi: NU Online)

Banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai utusan Tuhan, bahkan hingga kini. Namun tentu saja sebuah klaim tak begitu saja bisa dipercaya, apalagi klaim tentang hal yang begitu penting seperti kerasulan. Lalu apakah bukti bahwa pengakuan seorang lelaki bernama Muhammad bin Abdillah dari suku Quraisy bahwa dirinya seorang rasul (utusan Allah) adalah benar?

 

Jawaban pertanyaan ini panjang sebab untuk membuktikan sesuatu perlu dilakukan dengan penyajian data yang tidak sedikit. Namun intinya dapat disarikan dalam beberapa poin berikut ini, yaitu:

 

1. Karena sosok Muhammad memenuhi standar minimal kelayakan sebagai seorang utusan. Standar itu adalah: shiddiq (perkataannya tak pernah bohong), amanah (tindakannya tak pernah berkhianat atau korup), tabligh (segala pesan Tuhan disampaikan tanpa ada yang disimpan dengan alasan apa pun), dan fathanah (cerdas).

 

2. Selain standar minimal di atas, beliau adalah pribadi yang menghimpun karakter-karakter mulia lain, seperti berbudi halus, penyayang, penyabar, bijak, dan akhlak mulia lain. Ia adalah role model keluhuran akhlak bagi kaumnya hingga kaumnya menjulukinya sebagai al-Amin. Tak ada rekam jejak buruk dari pribadi beliau.

 

3. Bukan hanya sifatnya baik, beliau mampu membuktikan klaimnya sebagai rasul. Cara membuktikannya adalah dengan banyaknya mukjizat yang beliau tunjukkan. Mukjizat ini adalah sesuatu yang tak dapat diduplikasi oleh orang lain sehingga secara rasional disimpulkan bahwa pelakunya pasti dibantu oleh Tuhan semesta alam Yang Mahakuasa

 

Mukjizat beliau dibagi menjadi dua:

 

A. Mukjizat fisikal. Mukjizat jenis ini berupa hal-hal yang "melanggar" hukum alam atau fisika. Misalnya: dari tangannya mengalir air bersih yang cukup dibuat minum dan berwudhu sekitar 2000 orang, mampu melihat apa yang terjadi di belakangnya, mengembalikan mata dan lengan sahabatnya yang hampir putus, berbicara dengan binatang, membuat benda-benda mati menjadi hidup dan bicara, membelah bulan yang disaksikan banyak orang, dan banyak lainnya. Meskipun luar biasa, jenis mukjizat ini sebenarnya lemah dan efektif hanya bagi orang awam.

 

B. Mukjizat rasional. Jenis mukjizat ini adalah mukjizat yang utama dan dapat menaklukkan orang awam mau pun orang pintar. Mukjizat ini adalah Al-Qur’an. Ia mempesona bagi orang awam, dan sekaligus membuat orang pintar yang mempelajarinya menyerah.

 

Tata bahasanya indah, strukturnya tertata dengan sempurna, kontennya luar biasa mencerahkan, mendobrak semua kejumudan, kabar ghaibnya valid, bahkan hingga kini terus muncul hal-hal baru yang mengejutkan dari Al-Qur’an seolah ia sumber mata air segar yang tak pernah kering. Pembahasan tentang mukjizat yang satu ini sangat kompleks hingga menjadi ilmu tersendiri, yakni Ulumul Qur’an.

 

Hebatnya, Al-Qur’an yang sedemikian luar biasa itu muncul dari seorang pria yang tak bisa membaca dan menulis, tak punya guru, tak punya relasi akademis dengan siapa pun, tak punya koneksi internasional yang barangkali membimbingnya mengarang itu. Semua kritik dan kecurigaan patah dengan sendirinya di depan realitas ini.

 

Mau dibilang hasil bisikan setan, isinya baik dan malah mengutuk setan. Mau dibilang karangan atau saduran dari sumber lain, Muhammad tak bisa baca tulis. Mau dibilang gila, Muhammad cerdas. Mau dibilang karya sastra (syair), orangnya bukan penyair dan tak sesuai dengan gaya syair, tetapi tetap indah. Mau dibilang sihir, tak ada tanda-tanda penyihir dalam diri Muhammad, tapi isinya mampu merasuk dalam kalbu pendengarnya dan memberinya kesadaran baru. Tak ada lagi kemungkinan kecuali menerima bahwa Al-Qur’an adalah wahyu ilahi dan penerimanya adalah seorang utusan Tuhan.

 

Wallahu a’lam.

 

 

Ustadz Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti Bidang Aqidah di Aswaja NU Center Jawa Timur.