Muhammad Faizin
Kontributor
Sudah hampir lima tahun Abdul tinggal di Arab Saudi setelah mendapat beasiswa kuliah dari pesantrennya. Selama tinggal di Arab, Abdul termasuk bisa cepat beradaptasi karena memang pintar berbahasa Arab. Namun untuk urusan makanan, ia merasa sulit menyesuaikan diri dengan rasa makanan Arab.
Suatu hari ia pun tidak tahan lagi untuk mencicipi masakan Indonesia, Gudeg. Ia keliling kota untuk mencari restoran Indonesia yang menyediakan menu favoritnya itu. Akhirnya setelah keliling hampir dua jam, ia menemukan restoran Indonesia dengan menu Gudeg.
Abdul pun memesan menu Gudeg dan menunggu dengan antusias makanan yang sudah lima tahun ia tidak nikmati. Setelah menu spesial itu datang, Abdul pun langsung menikmatinya. Akibat kelamaan di Arab, ia merasa Gudeg di Arab lebih nikmat dari yang di Indonesia.
“Enak sekali, Pak, Gudegnya,” ungkap Abdul kepada pemilik rumah makan tersebut, setelah menghabiskan dua porsi menu khas Jogja itu. “Apa rahasianya bisa lebih nikmat dari Gudeg di Indonesia,” tanya Abdul.
“Rahasianya karena nangkanya, Mas. Kalau di Jogja kan pakai nangka lokal. Kalau di sini kita pakai nangka impor,” jawab pemilik rumah makan.
“Oooo… ada pengaruhnya ya ternyata antara nangka lokal dan impor. Terus nangka di sini impor dari mana, pak? Tanya Abdul penasaran.
“Dari Jogja, Mas,” jawab pemilik rumah makan tanpa dosa. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua