Fragmen

Sebelum PMII, Sejumlah Aktivis di Jakarta Inisiasi Pendirian Ikatan Mahasiswa NU

Rabu, 16 April 2025 | 09:00 WIB

Sebelum PMII, Sejumlah Aktivis di Jakarta Inisiasi Pendirian Ikatan Mahasiswa NU

Surat Edaran IMANU. (Foto: dokumentasi Ajie Najmuddin)

Sebelum kelahiran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di tahun 1960, sebetulnya sudah muncul sejumlah inisiasi untuk mendirikan organisasi mahasiswa di kalangan Nahdlatul Ulama. Salah satunya yang pernah muncul adalah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMNU/IMANU) Djakarta.


Sesuai namanya, organisasi ini dibentuk oleh sejumlah mahasiswa NU di Jakarta. Dalam buku Fragmen Seperempat Abad PMII (DSC PMII Solo, 1985) merujuk pada materi makalah Mapaba Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam (PC PMII) Semarang yang ditulis A Chalim (1977) berjudul Ke-PMII-an, diterangkan upaya pendirian IMANU ini pada tahun 1955.


“Hasrat untuk mahasiswa Islam yang berhaluan Ahlusunah wal jamaah untuk mendirikan organisasi tersendiri sebenarnya sudah lama ada, dan karena Partai Nahdatul Ulama adalah merupakan refleksi dari Islam Ahlusunah Wal Jamaah, organisasi itu (IMANU) diorientasikan kepadanya (Partai NU), cita pembentukan organisasi itu pada bulan Desember 1955 di Jakarta dengan nama IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdatul Ulama). 


Selain IMANU Djakarta, pada waktu yang hampir bersamaan juga lahir Keluarga Mahasiswa Nahdatul Ulama (KMNU/KEMANU) di Kota Surakarta, yang dimotori oleh H Mustahal Ahmad dan kawan-kawan. 

Stempel Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama Djakarta. (Foto: Dokumentasi Ajie Najmuddin)


Surat Edaran

Pada 17 November 1955, IMANU mengeluarkan Surat Edaran No 1 yang ditujukan kepada segenap anggota pengurus sementara. Isi surat edaran tersebut pada intinya memberitahukan bahwa pada tanggal 14 November 1955, telah terjadi pertemuan antara IMANU dengan perwakilan IPNU Wilayah (Jakarta). Pada pertemuan tersebut, IMANU menjelaskan secukupnya perihal berdirinya organisasi mahasiswa NU tersebut. Yang kemudian disepakati, kedua badan tersebut akan bersama-sama menghadap Ketua Umum PBNU KH M Dachlan.


Sebelum sowan kepada Kiai M Dachlan, pengurus IMANU yang diketuai HBS Amin dan Bunjamin Ahmad sebagai sekretaris, mengirimkan surat kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang saat itu beralamat di Jalan Menteng Raya 24, kira-kira 300 m sebelah Timur Stasiun Gambir. Surat IMANU kepada PBNU di antaranya berisi sebagai berikut:


"Bersama ini kami sampaikan dengan hormat sehelai surat edaran dan sehelai anggaran dasar IMANU jang telah disjahkan pada rapatnja tanggal 11-11-1955, untuk diketahui dan diminta wedjangan seperlunja."


Tanggal, bulan, dan tahun tersebut (11 November 1955) merupakan waktu pertama kali pengurus dan anggota IMANU mengadakan rapat, yang kemudian dijadikan sebagai tanggal lahir organisasi tersebut, sesuai yang tercantum juga dalam Anggaran Dasar IMANU.


Anggaran Dasar IMANU terdiri atas XII (dua belas) fasal. Selain terkait nama, tempat, dan waktu didirikan, Anggaran Dasar IMANU juga memuat hal-hal lain seperti dasar, tujuan, keanggotaan, dan lain sebagainya.


Dituliskan dasar IMANU yakni Islam dengan tujuan Menegakkan Agama Islam seluas-luasnja dalam haluan Madzhab dengan fungsi Universiter guna Kemasjarakatan. Kemudian, usaha yang akan dilakukan antara lain: Menjempurnakan tjara dan pelaksanaan Pendidikan, Pengadjaran & Kebudajaan umum jang sesuai dengan adjaran Islam. Juga mengadakan hubungan dan kerdja sama dengan organisasi2 lain, dalam dan luar negeri, di lapangan perdjuangan menegakkan agama dan negara. (Pasal III, IV, dan V)


Pada pembahasan mengenai keanggotaan, IMANU tidak hanya diikuti oleh anggota yang beragama Islam saja, tetapi juga ada anggota luar biasa yang berasal dari kalangan manapun yang bersimpati kepada IMANU.


Prematur

Sayangnya, kemunculan IMANU ini dinilai prematur, mengingat hanya baru setahun berselang (1954) lahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pertimbangan ini pula yang kemudian membuat keberadaan IMANU kurang direspons secara positif oleh PP IPNU dan PBNU.


Selain itu, banyak di antara pengurus PP IPNU itu juga mahasiswa, sehingga dikhawatirkan justru akan mengganggu gerak IPNU yang baru saja berdiri jika IMANU didirikan. Dari adanya keberatan para aktivis IPNU itu, maka kehadiran IMANU menemui jalan buntu atau lebih tepat dikatakan mati sebelum dibesarkan.


Setelah beberapa tahun, baru di tahun 1958, wacana untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU ini kembali menguat. Muktamar III IPNU di Cirebon yang diselenggarakan pada tanggal 27-31 Desember 1958, memutuskan untuk membentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dipimpin oleh rekan Ismail Makky.


Beberapa tahun berikutnya, pada Konferensi Besar (Konbes) I IPNU di Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 14-17 Maret 1960 dibahas kembali mengenai pentingnya dibentuk satu wadah organisasi mahasiswa NU yang lepas dari IPNU, baik secara organisatoris maupun administratif.


Maka diputuskanlah, setelah Konbes I IPNU ini akan diadakan musyawarah mahasiswa NU dengan limit waktu satu bulan, dan direncanakan musyawarah pembentukan organisasi mahasiswa NU itu akan dilaksanakan di Kota Surabaya, yang akhirnya dikenang sebagai kota kelahiran PMII.
 

Ajie Najmuddin, Pemerhati sejarah NU