Daerah

Tujuh Metode Belajar Al-Qur'an Menurut Ketua JQHNU Jabar

Sel, 21 Juli 2020 | 06:00 WIB

Tujuh Metode Belajar Al-Qur'an Menurut Ketua JQHNU Jabar

Suasana diklat Wawasan Kebangsaan SaDeSHa oleh PW JQHNU Jabar dan Pemprov Jabar. (Foto: Dok. JQHNU Jabar)

Tasikmalaya, NU Online
Dalam mempelajari Al-Qur'an, terdapat tujuh tahapan yang hendaknya dilalui oleh setiap orang yang akan belajar. Pasalnya, dengan tujuh metode ini akan mempermudah seseorang dalam memahami Al-Qur'an.


Hal demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Jam’iyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Jawa Barat, KH Cecep Abdullah Syahid, dalam acara Diklat Wawasan Kebangsaan SaDeSHa (Satu Desa Satu Hafizh). Diklat yang digelar di hotel Santika Kota Tasikmalaya itu dijadwalkan tiga hari, Sabtu-Selasa, 19-21 Juli 2020.


Dalam materinya, Kiai Cecep menyampaikan tujuh metode pembelajaran Al-Qur'an. “Di antaranya yaitu Talfidzul Huruf, Tahaji, Mushaful Mu'allam, Mushaful Murattal, Mushaful Mujawwad, Tahfidzul Qur'an, dan Qiraatus Sab'i," ungkapnya, Senin (20/7).


Menurut dia, Talfidzul Huruf (melafalkan huruf) merupakan metode yang pertama kali harus dilakukan oleh seseorang yang akan belajar Al-Qur'an. Selain itu, di dalam metode ini dibahas hukum-hukum mengucapkan huruf (makharijul huruf) yaitu dengan cara mengucapkan huruf sesuai makhraj dan sifatnya. 


Metode kedua, lanjut Kiai Cecep, adalah Tahaji (melafalkan huruf beserta harakat yang menyertainya secara rinci). Biasanya, metode ini diterapkan oleh para kiai kampung kepada para santrinya dengan ejaan Persia (contoh ba sin mati kasrah 'bis' mim kasrah mi 'bismi').
 

Baca juga: Diklat Peserta ‘Desa 1 Hafizh’, Wujud Sinergi JQHNU dengan Pemprov Jabar


Metode ketiga, Mushaful Mu'allam (membaca dengan penekanan pada huruf beserta dzat dan sifatnya). Maksudnya, kata Kiai Cecep, dalam membaca setiap kalimat dalam Al-Qur'an haruslah dengan rasa semangat dengan penuh kehati-hatian.


Hal ini bertujuan untuk memantapkan dalam melafalkan kalimah atau ayat Al-Qur'an. 
“Metode keempat, Mushaful Murattal. Dengan metode ini, seseorang yang akan belajar Al-Qur’an harus mengetahui dan memahami di mana tempat berhenti dan memulai bacaan Al-Qur’an,” terangnya.

 
Metode kelima, lanjut Kiai Cecep, Mushaful Mujawwad. Metode ini dikhususkan bagi pelajar atau santri yang mempunyai minat atau bakat dalam olah seni dan suara Al-Qur’an. Biasanya dilakukan oleh para Qari’ dan Qari'ah. 


Metode keenam, Tahfidzul Qur'an. Dalam materinya, Kiai Cecep tidak membahasnya secara khusus. Sebab, akan ada materi khusus untuk metode itu. Metode ketujuh, yaitu Qiraah Sab'i. “Jika ingin mempelajari Al-Qur’an, harus mempelajari tahapan pada setiap tingkatan metode yang telah dipaparkan,” tandasnya.

 
Acara ini merupakan kerja sama antara pemerintah provinsi Jawa barat dengan PW JQHNU Jawa Barat sebagai pembekalan dalam penempatan para hafidz yang telah ditugaskan di desanya masing-masing.


Dalam acara ini, dilengkapi juga dengan materi Wawasan Kebangsaan Kealquranan serta keislaman. Dengan pendidikan dan pelatihan (Diklat) ini, diharapkan peserta yang notabene para hafizh hafizhah tidak melenceng dari NKRI.


Kontributor: Siti Aisyah
Editor: Musthofa Asrori