Daerah

Ada 3 Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur’an

Sel, 30 Juni 2020 | 07:00 WIB

Ada 3 Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur’an

Kegiatan Diklat hafidz hafidzah Pemprov Jabar kerja sama dengan PW JQHNU Jabar (Foto: NU Online/Ayi Abdul Qohar)

Bandung, NU Online

Pengasuh Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sumedang, Jawa Barat KH Sa'dulloh mengatakan, proses menghafal Al-Qur’an terkadang tidak berjalan mulus sesuai dengan yang diinginkan. Banyak sekali hambatan yang dialami peserta penghafal Al-Qur'an.

 

"Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi penghambat dalam menghafal Al-Qur'an," ujarnya. 

 

Hal tersebut disampaikan oleh KH Sa’dulloh di hadapan peserta diklat program satu desa satu hafidz (Sadesha) yang digagas Gubernur Jawa Barat H Ridwan Kamil di Hotel Grand Sunshine Soreang Bandung, Selasa (30/6).

 

Dikatakan, faktor penghambat dalam menghafal Al-Qur’an yang pertama yaitu kesehatan. Kesehatan adalah faktor penting dalam upaya menghafal Al-Qur’an. Karena aktivitas menghafal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan adanya kesinambungan. 

 

"Kesehatan fisik dan psikis harus senantiasa dijaga agar tidak mengganggu  dalam membuat target hafalan Al-Qur’an," tegasnya.

 

Disampaikan, gangguan fisik contohnya seperti penyakit mata, telinga, tenggorokan, flu, panas dingin, dan penyakit lainnya yang bisa mengganggu konsentrasi menghafal. "Hal ini dapat dicegah dengan rajin berolahraga, mengatur pola makan yang sehat, dan tidur yang cukup," kata Kiai Sa’dulloh. 

 

Sementara contoh gangguan psikis lanjutnya, yaitu stres, mudah tersinggung, dan yang lainnya. Hal ini juga bisa di cegah dengan cara sering berkomunikasi dengan teman, guru, dan selalu berprinsip ‘santai, serius, sukses’.

 

"Faktor penghambat menghafal Al-Qur’an yang kedua yaitu aspek psikologis. Faktor penghambat dalam menghafal bersumber dari dalam diri sendiri, yaitu pasif, pesimis, putus asa, bergantung pada orang lain, berkencenderungan matrealistik, dan lain-lain," ucapnya.

 

Disampaikan, sifat pasif adalah sifat seseorang yang tidak mau berupaya atau berikhtiar dalam segala hal. Orang yang memiliki sifat pada umumnya tidak memiliki gairah hidup dan tidak memiliki perhatian dan antusias dalam mengikuti pelajara. 

 

"Sementara sifat pesimis adalah sifat yang mengarahkan orang untuk selalu tidak siap karena merasa tidak mampu, kurang percaya diri, dipenuhi rasa waswas dan keraguan, serta nerasa tidak memiliki kecerdasan yang cukup," lanjutnya.

 

Menurutnya, sifat pasif, pesimis, putus asa, bergantung pada orang lain, dan berkencenderungan materialistik semuanya bisa mengganggu orang yang mau menghafal Al-Qur’an. "Faktor yang ketiga penghambat dalam menghafal Al-Qur’an yaitu motivasi," ucap H Sa’dulloh. 

 

Kurangnya motivasi atau ketiadaan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an sambungnya, adalah faktor yang paling menghambat suksesnya menghafal Al-Qur’an. Kegagalan yang sering terjadi, tidak hanya dalam menghafal Al-Qur’an tetapi seluruh bidang, berawal dari kurang atau tidak adanya motivasi. 

 

"Orang yang menghafal Al-Qur’an harus memiliki motivasi yang tinggi," pungkasnya. 

Koordinator program Sadesha Lukman Hakim mengatakan, diklat diikuti oleh peserta program sadesha yang sudah mendapatkan SK Gubernur Jawa Barat pada tahun 2019. 

 

"Diklat selama tiga hari ini baru diikuti oleh peserta dari lima kabupaten dan kota yang dibagi menjadi dua angkatan. Angkatan pertama diikuti peserta Sadesha dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Cimahi. Sementara angkatan kedua dari Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang," jelasnya.

 

Lukman menyampaikan bahwa diklat ini merupakan bentuk apresiasi dan perhatian pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkolaborasi dengan PW JQHNU kepada hafidz dan hafidzah yang nantinya akan menjadi delagasi ke tiap-tiap desa yang ada di Provinsi Jawa Barat. 

 

"Program sadesha ini bisa jadi merupakan program yang satu-satunya berada di Indonesia yang di gagas oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil," pungkasnya.

 

Kontributor: Ayi Abdul Qohar
Editor: Abdul Muiz