Daerah

Sebelum Datangnya Khilafah, Damaskus Kota yang Sangat Indah

Sab, 14 September 2019 | 10:45 WIB

Sebelum Datangnya Khilafah, Damaskus Kota yang Sangat Indah

Gus Najih kedua dari kiri dan Kang Ayik berkoko biru (Foto: NU Online/Siti Aisyah)

Banjar, NU Online
Sebelum adanya khilafah, Damaskus merupakan negeri yang aman subur makmur. Bahkan Damaskus termasuk ke dalam sepuluh negara teraman di dunia. Tak hanya negerinya yang aman, warga Damaskus juga sangat percaya terhadap Hadits. Tidak seperti orang Indonesia yang membaca Hadits hanya membaca saja dan tidak terlalu percaya terhadap Hadits tersebut. 
 
Hal tersebut disampaikan penulis buku 'Daulah Islamiyah' Gus Najih dalam halaqah kebangsaan dan bedah buku di Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar, Jawa Barat, Jumat (13/9). 
 
Penulis buku itu meneruskan bahwa sebagai contoh saja seperti Hadits  yang apabila memberi makanan, atau bersedekah pada bulan Ramadhan. Orang Damaskus sangat percaya akan pahala dan kehebatan suatu Hadits tersebut. Dan dapat kita nikmati selaku mahasiswa yang sering diberi sedekah oleh mereka. 
 
"Contoh lain apabila seorang wanita keluar dari rumahnya pada tengah malam meskipun sendirian tidak ada yang mengganggu. Mobil saja diparkirkan di pinggir jalan tidak ada yang digarasi, negaranya aman sangat aman," tandasnya. 
 
Selain itu, Damaskus juga merupakan negara yang mempunyai peradaban tua. Sejak zaman Habil dan Qobil saja Damaskus sudah ada. Damaskus terdiri dari dua suku kata Dam dan Syaqiq yang berarti darah saudara kandung. 
 
"Maka jadilah nama Damaskus. Tak hanya itu, Damaskus juga dahulu menjadi negara peradaban Bani Umayah, Abbasiyah, Turki Usmani sampai Romawi Timur dahulu pernah berperadaban di negeri Syiria ini," tegasnya. 
 
Namun, setelah adanya khilafah semuanya berubah drastis. Di gerbang masuk perbatasan Damaskus saja sudah hangus akibat di bom oleh yang menggembor gemborkan khilafah. Dahulu Kahlil Gibran juga dari Damaskus yang dalam bahasa Arab disebut dengan Holil Jibron. Syairnya banyak yang menceritakan keindahan kota Damaskus yang aman tentram. 
 
"Tidak ada pencurian dan kriminalisasi. Namun semuanya berubah setelah adanya Arab Spring. Di mana para pemimpin Timur Tengah satu persatu dikudeta dan turun dari kursi kepemimpinannya," beber Gus Najih. 
 
Gus Najih mengenang Kiai Hasyim Muzadi pernah guyon "jika ada perempuan Damaskus 10, maka yang cantik ada 20, karena bayangannya pun cantik," selorohnya sontak mengundang tawa gus Najih dan teman-temannya. 
 
Kang Ayik Heriansyah mantan ketua HTI Bangka Belitung dan pernah menjabat 10 tahun lamanya mengatakan bahwa HTI yang digembor-gemborkan adalah suatu partai politik. Seperti halnya partai politik lainnya, pastilah menginginkan bahwa kader HTI dapat menjadi orang nomor satu di negaranya. 
 
"Begitupun HTI yang ingin menjadikan kadernya sebagai pemimpin di negaranya, namun dengan berbeda sistem," ungkapnya. 
 
Masih menurut kang Ayik, sebenarnya HTI adalah proxy atau kepanjangan tangan dari Inggris yang ingin memporak-porandakan suatu negara dengan imajinasi semu yang kebenarannya belum tentu terwujud.
 
"Dan Inggris sengaja menjadikan HTI di Indonesia untuk melenakan rakyat Indonesia dan menyibukkannya dengan berbagai hal yang semu dan tidak tahu akan kebenarannya," tegasnya. 
 
Buktinya saja di setiap negara yang di negaranya menggembor-gemborkan khilafah tidak ada negara yang sukses. Yang membuat tentram negaranya. Melainkan yang ada hanyalah kelaparan, pembunuhan, penyiksaan penduduk di negara tersebut.   
 
Kontributor: Siti Aisyah
Editor: Abdul Muiz