Daerah

Metode Belajar Efektif Menurut Umar bin Abu Bakar

Sen, 19 Agustus 2019 | 03:00 WIB

Metode Belajar Efektif Menurut Umar bin Abu Bakar

Pengasuh Pesantren Miftahul Huda Al_azhar Citangkalo, Kota Banjar, Jawa Barat KH Muhammad Basithurijal

Kota Banjar, NU Online
Pengasuh Pesantren Miftahul Huda Al_azhar Citangkalo, Kota Banjar, Jawa Barat KH Muhammad Basithurijal mengungkapkan, metode Belajar yang baik dan efektif menurut Umar bin Abu Bakar, guru Imam Abu Hanifah.
 
"Sebagaimana tercantum dalam kitab Ta’limul Muta’alim karya Syekh Al-Jarnuzi pada halaman dua puluh tujuh disebutkan bahwa metode menghafal menurut iman Umar bin Abu Bakar yaitu bagi penuntut ilmu awal atau santri dalam permulaan belajar sebaiknya membaca hafalan pelajaran dengan dua kali pengulangan," ujarnya.
 
Hal demikian disampaikan dalam pengajian bersama santri putri  pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Jawa Barat Sabtu (17/8) bakda Maghrib.
 
Gus Rijal, sapaan akrabnya melanjutkan, entah mampunya sebaris, dua baris, atau tiga baris atau lebih. Lakukanlah dua kali pengulangan. Dan lebih baiknya bagi santri permulaan belajar tidak terlalu banyak menghafal. 
 
"Jangan terlalu banyak memahami pelajaran pada setiap harinya. Dan jika dalam pengulangan yang kedua kali hafal, maka itulah kadar kemampuan seseorang," jelasnya.
 
Dicontohkan, Seperti santri A menghafal dua baris nadzam Alfiyah Ibnu Malik, setelah dua baris dibaca sekaligus dihafal, dan ternyata mampu untuk mengingat, maka kadar kemampuan santri A tersebut menghafal adalah dua baris. Dan berlaku kelipatan, begitu juga seterusnya. 
 
"Setelah menghafal dengan sedikit demi sedikit, maka langkah selanjutnya yaitu dtambahkan satu baris berikutnya dan setiap harinya, ditambah hafalan minimal sehari sebaris sesuai kadar kemampuan otak seseorang. Maka dari itu otak akan terbiasa digunakan untuk menghafal," paparnya.
 
Selain itu, lanjutnya, dalam kitab yang akrab dikaji di pesantren ini juga menerangkan bahwa otak jika tidak dilatih untuk menghafal, maka akan menjadi lambat dan cepat lupa. “Otak akan semakin tajam jika digunakan untuk menghafal,” ungkap gus H Muhammad Basithur Rijal. 
 
"Kemudian jika telah dihafal berulang ulang, maka setelah nanti bertambah banyak hafalan, jika ingin mengingatnya kembali cukup dengan membaca dua kali saja akan langsung hafal nadzam yang dihafalkan," imbuhnya.
 
Dikatakan, dalam kitab Ta’lim, sebaiknya mendahulukan menghafal kemudian memahami pelajaran tersebut. Karena hanya ada dua batasan dalam belajar yaitu menghafal dan memahami. 
 
Gus Rijal mencontohkan jika ingin mempelajari nadzam Jurumiyah, Imrithi, ataupun Alfiyah maka hafalkanlah dahulu nadzamnya lalu fahamilah dan jangan lupa untuk menuliskannya. 
 
Dalam pengajian itu gus Rijal bercerita tentang Imam Syafi’i dahulu ketika membuka sebuah kitab lalu memahaminya, maka kitabnya ditutupi sebagian. Dikhawatirkan takut memahami keseluruhan. “Karena Imam Syafi’i jika membaca satu kali itu langsung faham dan hafal,” katanya. 
 
Sehingga lanjutnya, dengan Imam Syafi’i menutup sebagian kitabnya akan semakin mendalami bagian yang sedang dibacanya. Dan akan semakin faham. “Kan kalau dibuka semuanya akan hafal semua tetapi kurang mendalaminya, kira-kira begitu,” paparnya. 
 
Ia melanjutkan, hal itu berbeda dengan kalian yang membaca berulang-ulang tidak hafal-hafal dan entah faham entah tidak, kemudian ditinggal ngerumpi maka lupalah semuanya,” sontak membuat ratusan santri tertawa. 
 
“Maka dari itu, belajarlah sedikit demi sedikit,” pungkasnya. (Siti Aisyah/Muiz)