Daerah

NU di Sumenep Perkuat Ideologi Pelajar dengan Cerdas Cermat

Jum, 6 Maret 2020 | 01:00 WIB

NU di Sumenep Perkuat Ideologi Pelajar dengan Cerdas Cermat

Peserta cerdas cermat Aswaja di MWCNU Pragaan, Sumenep sedang bertanding. (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online
Dalam rangka pekan Rajabiyah dan peringatan hari lahir ke-97 tahun Nahdlatul Ulama, sejumlah kegiatan digelar oleh kepengurusan di daerah. Salah satu yang berbeda adalah seperti dilakukan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Sumenep, Jawa Timur.
 
Mereka menyelanggarakan lomba cerdas cermat dan merupakan salah satu kegiatan tahunan yang ditunggu. Para peserta adalah seluruh lembaga pendidikan Islam atau swasta di kawasan setempat.
 
Lomba yang dipersembahkan oleh Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama Pragaan tersebut selalu dibanjiri peminat. Satu lembaga pendidikan bisa mengirim 2 hingga 3 grup terbaik untuk mengambil tiga tingkatan yakni MI, MTs dan MA. 
 
“Sejak diluncurkannya buku ajar atau materi Aswaja an-Nahdliyah oleh Lembaga Pendidikan Ma'arif Pragaan tahun 2015 ke berbagai lembaga pendidikan Islam di pelosok pedesaan, memberi semangat kepada para kepala sekolah untuk dijadikan muatan lokal dalam kurikulumnya,” kata Abdul Kadir. Implikasinya, para pelajar secara pelan-pelan mengasah kemampuan dan wawasan Aswaja ala NU di kelas masing-masing, lanjutnya. 
 
Menurut Ketua LP Ma’arif MWCNU Pragaan tersebut, kegiatan lomba membutuhkan waktu kurang lebih empat hari.  Acara yang digelar di halaman kantor NU setempat tersebut tentu saja menyita perhatian warga hingga larut malam, sampai kegiatan berakhir.
 
"Lomba ini sebagai bentuk ideologi materi NU kepada para pelajar. Santri mampu menjawab seluruh soal di luar kepala, tinggal diruhi dengan semangat amaliah, fiqrah dan harakah kebangsaan,” tegas Ustadz Abdul Kadir.
 
Dijelaskannya bahwa latar belakang kegiatan ini karena bangsa Indonesia memiliki tantangan yang semakin berat sehingga mengharuskan para kiai kampung membekali santri dan peserta didiknya dengan ketahanan ideologis Aswaja sejak dini. 
 
“Sadar dengan tantangan yang demikian berat tersebut, makanya materi Aswaja harus diwariskan kepada peserta didik sejak dini dan salah satunya lewat lomba cerdas cermat ini,” jelasnya.
 
Sebelum lomba dimulai, Kiai Imam Sutaji selaku juri, membacakan mekanisme lomba. Antara lain tiap regu wajib melakukan registrasi ulang sebelum perlombaan dimulai. Sistem penilaian mutlak berada di tangan dewan juri, satu lembaga boleh mendelegasikan lebih dari satu grup. Peserta grup tidak boleh diganti oleh anggota lain, serta pelaksaan lomba terdiri atas dua babak yakni penyisihan dan final.
 
“Pengumuman sekaligus penyerahan hadiah akan dilaksanakan di akhir acara dan para juara akan mendapat tropi serta uang pembinaan,” pungkasnya.
 
 
Kontributor: Firdausi
Editor: Ibnu Nawawi