Daerah

MPR RI Gelar Sosialisai Empat Pilar di Pesantren Nurul Huda

NU Online  ·  Ahad, 2 September 2018 | 02:00 WIB

Surabaya, NU Online
Ada sosialisasi empat pilar yakni Pancasila, Binneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI), Undang-Undang Dasar 1945 di Yayasan Pondok Pesantren (YPP) Nurul Huda Surabaya. Kegiatan juga menyampaikan sejumlah ketetapan MPR RI, Sabtu (1/9). 

Kegiatan dihadiri H Zainut Tauhid Saadi selaku anggota DPR RI Badan Sosialisasi MPR RI yang disambut pengurus YPP Nurul Huda Surabaya di antaranya KH Abdurrahman Navis,  Gus Syauqi Liqa’ Ar Rahman dan M Mundir.

Zainut Tauhid Saadi menjelaskan tujuan diselenggarakan sosialisasi ini untuk menyegarkan ingatan akan nilai-nilai dasar negara yakni Pancasila, Binneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Undang-Undang Dasar 1945.

“Nilai-nilai ini sangat penting, agar selalu ingat bahwa kita mempunyai konstitusi yang menjadi landasan hidup bermasyarakat dan bernegara,” katanya kepada NU Online. Sebagai seorang Muslim dapat tetap menjalankan kewajiban syariat, tapi selaku warga negara juga mempunyai tanggung jawab bagaimana menjaga Indonesia agar tetap jaya, lanjutnya. 

Zainut merasa senang bertemu para santri. Yang membuat bangga bukan hanya baik dan ramah namun para santri juga cerdas serta berani. “Ini menjadi modal untuk santri menjadi orang yang berhasil,” jelasnya.

Dirinya berharap pesantren ini menjadi tempat bersemainya kader Nahdhatul Ulama yang menjadi penerus bangsa. “Saya yakin ketika nanti santri Nurul Huda menjadi pemimpin akan menjadi pemimpin yang baik, jujur dan amanah,” katanya di hadapan ratusan santri yang memadati aula. 

Sedangkan M Mundir selaku sekretaris yayasan menyampaikan bahwa kehadiran wakil rakyat tentu menjadi motivasi tersendiri bagi para santri. “Apalagi H Zainut Tauhid Saadi adalah kader Nahdhatul Ulama mulai dari jenjang IPNU,” ungkapnya.

“Santri tidak ada yang tidak mungkin untuk menjadi apapun, termasuk seperti H Zainut Tauhid Saadi. Karena itu teruslah belajar,” tandasnya. (Hisam Malik/Ibnu Nawawi)